Share

Malam Pertama

Penulis: Nazila Arisakit
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-30 02:24:21

Suasana hening. Mulut Shaila kaku meski pertanyaan sudah beruntun di dalam pikirannya. Ezra fokus dengan benda kotak pipih yang ia pegang. 

 

"Zan, ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan." Shaila menoleh ke arah Ezra yang sedari tadi duduk di sampingnya. 

 

"Aku juga." Ezra sedikit melirik Shaila. 

 

"Wanita itu?" Belum selesai Shaila berbicara. 

 

"Wanita?" Sontak Ezra menengok ke arah Shaila sambil mengerutkan alisnya. Lalu Ia segera menyimpan ponselnya diatas tempat tidur. 

 

Ia mendesah kasar. 

 

"Oke, mungkin sekarang saatnya aku harus menjelaskan situasi ini. Tapi, kamu harus janji, tidak akan berkomentar apapun!" Seraya ia bangkit dan berdiri, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. 

 

Sementara Shaila masih tetap dalam posisi duduk di tepi ranjang. 

 

"Tidak janji." Kepala Shaila menggeleng. 

 

"Janji atau tidak, kamu jangan berkomentar! Ini perintah suamimu."

 

"Apakah kamu tidak bisa merasakan kalau laki-laki yang bersamammu ini bukan Fauzan kekasih hati  yang kau puja-puja?" Nadanya dingin. 

 

"Maksudmu??" 

 

"Aku bilang jangan berkomentar!"

 

Ezra melangkah menuju jendela kamar. Matanya menatap nun jauh ke arah luar. 

 

"Aku bukan Fauzan, tapi Ezra saudara kembarnya. Aku tahu kamu kekasih Fauzan sejak lama. Tapi sayang, Si Brengsek itu mengkhianatimu selama dia di Australia. Memangnya kamu tidak menyadarinya????"

 

"Dan... satu lagi, Mama yang memintaku datang menggantikannya. Tugasku menggantikan Fauzan selesai. Sekarang terserah padamu, meneruskan pernikahan ini atau tidak. Keputusan bergantung padamu." 

 

Setelah mendengar perkataan itu. Hidung Shaila terasa sangat sakit dan tiba-tiba bulir bening mengalir dari matanya. 

 

Tidak tahu sejak kapan Ezra berada di belakangnya. Shaila menoleh dan menabrak bidang dadanya.  Ezra menahan lalu memeluknya. Nafas Shaila terengah. Dadanya sesak, sedikit kehabisan nafas, kemudian berkata, "Maaf"  Ia membenamkan kepalanya ke dalam pelukan. 

 

Ezra hanya terdiam. Setelah beberapa saat, ia perlahan menepuk punggung Shaila. 

 

"Salahku apa? Sehingga dengan mudahnya Fauzan mampu menghilangkanku dan menggantinya dengan wanita lain. Apa aku kurang cantik?"

 

Shaila menatap Ezra dengan genangan air di matanya. 

 

Ezra memahami apa yang Shaila maksud. Setelah hening sejenak,  Ia berkata,

 

 "Sekarang, kamu sudah menikah denganku."

 

Shaila terdiam. Kemudian mendorong Ezra menjauh. Ia menghapus air matanya. 

 

"Aku minta maaf." Shaila menunduk. 

 

Ezra mengangguk mengerti.

 

"Kalau kamu lelah, tidur saja dulu! Aku akan ke ruang kerja." Ezra menunjuk ranjang dengan dagunya. 

 

"Terima kasih. Aku... " Kata-kata Shaila terputus, banyak yang ingin ia katakan, namun tidak tahu harus bagaimana mengatakannya. 

 

Ezra tiba-tiba berbalik. Menatap Shaila dengan penuh ketenangan. 

 

"Lupakan semua yang terjadi! Hari ini hanyalah sementara. Kalau masih berharap sama Fauzan. Aku akan membiarkanmu menunggunya. Mungkin dia akan datang."

 

Selesai berbicara, dia melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. 

 

"Aku masih ada konferensi video. Mungkin aku akan tidur di ruang kerja. Tolong bangunkan aku satu jam sebelum subuh." 

 

Shaila menatap punggung Ezra yang berlalu meninggalkannya. Lalu ia menoleh ke arah ranjang yang besar. Ia mengingat perkataannya kepada Bi Esih. Fauzan tidak akan datang dan ternyata itu benar. Seharusnya malam ini adalah malam terindah untuknya bersama Fauzan. 

 

Tetapi, dibalik itu ia merasa sangat berterima kasih kepada Ezra. 

 

Pernikahan bisa berlangsung berkat adanya Ezra. Ezra juga terlihat sopan dan baik. Mengajak Shaila pulang dengan anggun. Menjadikan harinya istimewa dalam resepsi pernikahan tersebut.

 

*****

 

Keesokan Paginya

 

Shaila terbangun. Posisinya langsung duduk. Dia keheranan kenapa dia bisa berada di ruang yang berbeda? Matanya menyapu seluruh ruangan. Tidak mendapati Ezra. Yang ada hanyalah buku-buku yang tersusun rapi di rak serta meja kerja yang tertata rapi. Dia ingat harus membangunkan Ezra sebelum subuh. Tapi kenapa malah dia yang tidur di ruang kerja?.

 

Dia mendekati meja Ezra. Dipojok samping kiri terdapat hiasan bunga edelweiss. Bunga edelwiss jawa yang sering ia temui ketika pergi ke Gunung Galunggung. Setiap pergi kesana, dia selalu membeli bunga itu dari penjual asongan di sekitar gunung. Karena kalau untuk mengambil sendiri, terlalu bahaya resiko yang akan dialami. Mengingat pohonnya berada di tepi jurang. Dia heran. Kenapa Ezra lebih memahaminya daripada Fauzan. Ezra lebih tahu kesukaannya daripada Fauzan. 

 

Dia menuju kamar berniat untuk mandi membersihkan diri. Melihat Ezra yang masih tertidur mengenakan baju koko dan sarung. Begitu gagah dan menenangkan. Membuat Shaila merasa tentram. Tapi, kenapa dia sendiri tidak ikut salat? Dia memukul keningnya yang tak pusing. 

 

Matahari sudah terbit. Cahayanya menusuk jendela kamar sehingga membuat mata sedikit silau. Dia masih sedikit ragu untuk mengulurkan tangan membangunkan Ezra. 

 

“Ezra, bangun sudah hampir siang! “ 

 

Satu kali, tidak ada tanggapan. Shaila menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya dengan kasar.

 

 “Ternyata susah juga membangunkannya.”

 

Dia bersiap berteriak. Mengulurkan tangan dan menggoyangkan badan Ezra. 

 

“Woy, bangun! “ Masih tidak ada sahutan. 

 

“Kebo juga ni orang.”

 

Shaila mendekat. Mengulurkan tangan kembali menggoyangkan badan Ezra dengan kencang. Tiba-tiba tangannya di tarik Oleh tangan  yang sangat kuat. Dia berteriak lagi tanpa sadar dan berbaring di tempat tidur. 

 

Ezra masih menutup matanya. Seolah dia masih berpura-pura memejamkan mata, tapi dia memeluk Shaila. Kepala Shaila terbenam di dada Ezra. Hatinya gemetar. Seharunya dia merasa biasa saja karena tak ada perasaan apapun terhadap Ezra. 

 

Posisi ini membuatnya kaku. Telinganya merah padam. Dia merasa tergencet karena pelukannya yang sangat erat. Tangannya bergerak berusaha mendorong Ezra. Tapi tangan kirinya malah tak sengaja menyentuh bagian terlarang itu. Kemudian mata Ezra membuka dan menatap Shaila. 

 

Sontak Shaila turun dari ranjang dan langsung berdiri. 

 

“Ma,, maaf, tadi...tadi...itu, itu kamu yang menarikku.” 

 

Ezra menatap Shaila dengan penuh ketenangan.

 

“ Aku pikir kamu Muezza.”

 

Muezza? Siapa Muezza? Namanya sangat cantik. Apakah dia wanita kekasih Ezra. Wajar saja untuk laki-laki setampan Ezra memiliki kekasih. Membuat Shaila merasa canggung mendengar Ezra menyebutkan nama wanita lain dihadapannya. 

 

Shaila menjadi salah tinggkah di buatnya. Sedangkan Ezra dengan santainya bangun dan membuka Sarung yang melingkar di pinggangnya. Serta membuka baju koko dengan tenang. 

 

“kenapa kamu terdiam seperti itu? “

 

Tanya Ezra sambil merebahkan tubuhnya kembali diatas ranjang. 

 

“engg,, enggak... “ jawab Shaila terbata. 

 

Tiba-tiba seekor kucing ras persia berwarna putih berlari dan bergegas menaiki tubuh Ezra. Ezra duduk memangku Muezza  sambil merapikan bulunya. 

 

“Shaila ini Muezza.”

 

“Hah? Ini?”

 

“Iya ini Muezza” kali ini Ezra mengangkat kedua tangan kucing itu. 

 

“Muezza?” Mata Shaila membelalak tak mengira kalau Muezza itu seekor kucing, bukan seorang  gadis lain seprti yang ia bayangkan. 

 

Muezza sangat mungil imut sama seperti dirinya. Long hair white membuat kucing itu terlihat sangat lucu. 

 

Shaila penasaran jika tidak menyentuhnya. Karena  dia juga sangat menyukai hewan peliharaan termasuk kucing. Dia memeluk Muezza. 

 

“Kamu lucu banget!” Shaila mengusap bulunya. 

 

“Dia jantan.” Sahut Ezra yang sedang membuka lemari. 

 

“Sepertinya lebih cocok jika kamu memanggilnya ganteng atau keren.”

 

“........“ kucing lucu seperti ini bulu yang lebat seperti ini ternyata laki-laki? Aku kira ini kucing betina”

 

Ezra yang sedang memilih pakaian tiba-tiba berbalik menghadap Shaila. 

 

“Apa? Tadi kamu panggil aku apa? “

 

Mata Shaila tertuju pada dadanya yang penuh dengan rambut-rambut kecil. Ezra masih  mengenakan kaos dalam setelah tadi melepas baju kokonya. 

 

Ezra tersadar dan kembali mengambil pakaiannya dalam lemari. 

“Kalau kamu ingin bercanda, kamu bisa memanggilku terus dengan sebutan itu.”

 

Mendengar itu, Shaila merasa sangat canggung. Lalu dia menundukkan kepalanya. 

 

“Panggil namaku” tiba-tiba Ezra menyentil hidung Shaila yang tak begitu mancung. 

 

Memanggil suami atau kata lain dari suami masih terdengar canggung, apalagi mereka tidak memiliki perasaan sedikitpun. 

 

Tapi Ezra bersikap akrab. Shaila terus menatap Ezra. Tiba-tiba kucing mengeong terus, seolah mengatakan ada sesuatu diantara mereka berdua. 

 

“Den, Den Ezra.” Bi Minah pembantu setia keluarga Nataprawira mengetuk pintu kamar dengan kencang. 

 

“Den Fauzan datang dengan istrinya dan bertengkar dengan Ibu di ruang makan.” Bi Minah merasa cemas. 

 

Bi Minah masih memikirkan bagaimana bisa Shaila menikah dengan Ezra.sedangkan, seharusnya Fauzan yang menikah dengan gadis itu. Tetapi Fauzan malah membawa wanita lain. Wajah yang seperti pinang di belah dua membuat Bi Minah bingung membedakan yang mana Fauzan dan yang mana Ezra anak majikannya itu. 

 

Tanpa menoleh, Ezra mengambil kesempatan  itu untuk mendekati bibir titpisnya Shaila. Lalu menempelkan mulutnya yang tebal sambil membungkuk. 

 

“Aku turun dulu. Kamu bersihkan diri dulu ganti pakaian, nanti susul aku.” Bisiknya di telinga Shaila. 

 

Shaila tercengang tidak percaya. Dia menyentuh bibirnya. Lalu matanya membelalak. Dia lari  menghampiri cermin. Apa? Tadi itu? Sesekali memejamkan mata lebih lama. Mencubit pipi sekedar ingin membuktikan ini mimpi atau nyata. Apa yang Ezra lakukan barusan. Apa hanya ingin terlihat mesra di depan orang lain agar mereka mengira kita sudah bisa saling mencintai? 

 

 

Bab terkait

  • Pernikahan Sandiwara   Menantu Kesayangan

    Ketika Shaila hendak menyusul Ezra, dia masih berdiri di tangga paling atas seolah menunggunya.Mereka benar-benar menyaksikan apa yang terjadi di ruang tamu. Semua beradu mulut dengan hebatnya.Shaila membeku. Ayahnya mengusir Ezra? Lalu kenapa dia datang kembali dan menyelamatkan keluarga Nataprawira?Dia berpikir dan menatap Ezra, semakin banyak teka-teki di rumah yang ia tempati saat ini. Popularitas, kenyamanan, kemewahan, kesempurnaan yang selama ini ia ketahui, semua itu hanyalah rekayasa belaka demi menutupi kekacauan yang sebenarnya terjadi pada keluarga Fauzan.Ekspresi Ezra terlihat sangat tenang, seolah dia tak mendengar apapun yang dikatakan Fauzan saudara kembarnya."Kamu sudah mendengar semuanya. Jadi sekarang kamu masih punya kesempatan meminta dia kembali." Nadanya dingin.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Pernikahan Sandiwara   Hanya Status

    "Dan...satu hal lagi, jika kamu ingin mengakhiri semua ini, kapanpun kamu mau. Aku tidak keberatan. Tapi aku minta padamu jangan membuat malu!"Lagi, Shaila menunduk. Pernikahan ini hanyalah status, seandainya dia tidak memulai dengan pura-pura dekat saat didepan Indira, mungkin tidak akan sampai ke titik ini. Ia merasa hatinya sudah hancur berkeping."Oke, aku setuju. Begitu juga denganmu. Kalau kamu menemukan wanita yang ingin kamu nikahi, beritahu aku kapan saja. Aku berharap sebelum bercerai, kita bisa saling menjaga."Shaila tersenyum menahan seluruh kepahitan yang sudah menggunung.Tanpa berpamitan Shaila berbalik meninggalkan Ezra. Dia tak mau menunjukkan kesedihan di depan Ezra.Dia pikir, Ezra adalah laki-laki yang baik dan berhati mulia, tapi pikirannya itu salah besar.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Pernikahan Sandiwara   Mulai Tergoda

    Dua hari kemudian"Ila, nanti malam aku ada pertemuan. Kamu boleh ikut denganku."Shaila melihat ke arah Ezra yang sedang fokus dengan layar laptopnya.Sebelum mereka berangkat ke Sukabumi, Ezra mengatakan bahwa ia akan mengajak Shaila sesuai rencana bulan madu yang diinginkan Mama Indira sekaligus akan mengurus proyek dengan Keluarga Han yang sangat berjasa pada perusahaannya. Keluarga Han adalah investor pertama dalam pembangunan Pabrik Sepatu milik Ezra di Bandung. Dia akan membangun Pabrik baru di Sukabumi. Jadi dia datang bukan untuk berbulan madu, Melainkan untuk kepentingan proyeknya membangun pabrik baru.Shaila terkejut mendengar tutur Ezra. Ia tak pernah menyangka Ezra akan mengajaknya ke pertemuan itu. Dia mengira akan berlama-lama sendirian tinggal di Villa yang membosankan itu.Lebih terkejut, ketika Ezra membuka

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Pernikahan Sandiwara   Dibakar Api Cemburu

    "Pertemuan untuk kepentingan proyek? Apa tidak salah? ku kira hanya pertemuan makan malam biasa. Ternyata ini acara pesta. Hmmh..." Gumam Shaila dalam hati saat ia hendak keluar dari kamar mandi. Ia merasa tak nyaman memakai gaun tertutup yang diberikan Ezra. Membuat dirinya tak percaya diri. Apalagi tamu yang hadir dalam pesta itu lumayan banyak."Ah, bodohnyaa... kenapa aku harus menuruti kemauan dia memakai baju seperti ini, ribet banget."Dia mengangkat ujung pakaiannya yang menyapu jalanan.Ekspresi Shaila berubah seketika menyaksikan pemandangan yang membuat ia melongo. Ia melihat Ezra berbincang dengan seorang wanita. Jaraknya sangat dekat. Tangan wanita itu hampir menyentuh bahu Ezra. Bahkan tatapan Ezra kepada wanita itu sangat lembut dibandingkan ketika sedang menatapnya."Oh ...Jadi itu wanita idaman Ezra? Dia menyuruhku memak

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Pernikahan Sandiwara   Memadu Kasih

    "Kita akhiri hubungan ini. Kamu bisa tanda tangan surat cerainya! Dan, mulai detik ini, kamu boleh pergi dari kehidupanku." Ezra menyerahkan surat perceraian. Tatapannya dingin hingga menusuk hati seorang wanita yang berada di depannya.Shaila meraih surat itu dengan tangan gemetar. Dadanya bergemuruh hebat. Mulut yanh berwarna merah merona itu kelu, seakan dunia hancur seketika.Sifat lelaki yang begitu dingin, tidak ada sedikit pun rasa iba padanya.Laki-laki berpostur tubuh tinggi, dengan sweater putih yang ia kenakan, melangkah berlalu meninggalkan Shaila, tanpa menoleh lagi, ia terus berlalu, semakin menjauh hingga hanya bayangan dan menghilang."Tuhan, kenapa ini harus terjadi? Lebih baik aku memilih mati sebelum pernikahan itu. Seharusnya aku memilih mundur, meski bertemankan sepi, jika tahu akhirnya akan terjerumus dalam pernikahan sep

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-19
  • Pernikahan Sandiwara   Cinta Meleburkan Janji

    Penyatuan kasih dalam balutan kehalalan telah terwujud. Kini mereka menjadi pasangan normal layaknya suami istri. Perjanjian hanyalah perjanjian, Ezra melanggarnya tanpa diminta oleh Shaila. Laki-laki berwajah teduh, namun bersifat dingin itu masih tertidur pulas, mengingat dia kelelahan setelah itu. Tapi tidak dengan Shaila, dia masih tetap terjaga hingga matahari mulai mengintip. Tidak ada rasa kantuk sedikit pun menggelitik di matanya. Ia hanya tak ingin menyia-nyiakan momen-momen kedekatan antara mereka yang telah menjadi sejarah bagi Shaila. Baru beberapa hari kebersamaannya dengan Ezra, namun Shaila sudah bisa membaca watak Ezra yang terkadang gampang berubah. Ia menatap laki-laki yang tidur di sebelahnya. Matanya terlihat seperti jarang tidur. Terdapat kantung mata sedikit hitam. Dan, seperti ada segurat rasa cemas dalam wajahnya. Terkadan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-22
  • Pernikahan Sandiwara   Wanita Penggoda

    "Dasar egois, memangnya cuma dirinya yang paling pintar? ""Hmm...liat saja nanti laki laki bunglon. Akan ku pastikan namaku tertulis tebal di balik kesuksesan perusahanmu itu. Aku akan membuatmu mengakui kepintaranku. Aku akan membuatmu bertekuk lutut meminta maaf di hadapanku karena ucapan-ucapanmu itu ."shaila berjalan menelusuri trotoar sepanjang jalan H. Alpi sambil menggerutu kemudian ia mengikat rambut lurusnya tak teratur. Hingga tak sadar ia sudah berjalan jauh dari Kantor Ezra. Lantas, tangannya melambai ketika melihat taksi AA berwana kuning melewatinya."Mau kemana Neng?" Tanya Sopir sambil melirik kaca spion depan."Jalan aja dulu Pak!"Pun, Sopir itu tersenyum melihat tingkah Shaila. Bagaimana tidak, mulutnya terus berkomat-kamit seperti baca mantra.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • Pernikahan Sandiwara   Love Disease (Penyakit Cinta)

    Selama di ruangan rapat. Ezra tidak bisa fokus. Pikirannya masih terngiang dengan Shaila yang sama sekali tidak memberinya kabar.Dia mulai gusar pada dirinya sendiri. Mengingat semua perlakuannya kepada Shaila sejak pertama kali bertemu. Ia menyesal, padahal dia tahu bagaimana hukum menyakiti hati seorang istri. Meski sejujurnya dia belum bisa memberikan rasa cinta itu untuk Shaila, tapi setidaknya dia tidak harus melakukan hal yang di larang agama. Yakni menyakiti hati seorang istri.Melihat keadaan bosnya seperti itu, Sekertaris Gun mewakili Ezra menutup rapat sementara.Setelah semua peserta rapat keluar dari ruangan, Gun menghampiri Ezra yang masih terlena dengan lamunannya."Bos, kamu kenapa? Mukamu terlihat sangat pucat.""Ah, apa karena gadis itu??" Lanjutnya sambil memperhatikan bosnya ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27

Bab terbaru

  • Pernikahan Sandiwara   Tiba-tiba kerinduan yang menggebu semakin menyatu

    Shaila tidak melanjutkan perkataannya, dia kembali terdiam dan menunduk. Menelan ludah sedalam-dalamnya. Harusnya, dia tidak muncul, dan membiarkan Ezra mematikan api itu.Tak masalah, nanti dia bisa menyalakan lagi saat Ezra pergi. Tapi sayang, dia lepas kendali, karena rasa takut tiba-tiba menerobos dalam dirinya. Hingga dia tak sadar lari melesat keluar dari tempat dia bersembunyi. Dan harus bertatap dengan Ezra.Dia sangat takut, produk sepatu yang dia buat tidak maksimal dan tak sesuai harapan, jika tidak sesuai dalam memberikan cap sepatu karena kurang maksimal saat memanaskan untuk capnya, maka hasilnya pun tidak akan istimewa, sebab orang-orang penting lebih memilih sepatu buatan tangan dengan cap yang benar-benar sempurna. Jika capnya tidak jelas, maka akan terlihat kalau sepatu itu hanyalah produk bodong alias barang kawe, bukan original."Jawab! Sedang apa kamu di sini, Shaila? Dan, dan apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Ezra sekali lagi. Rahangnya mengeras, tanda kem

  • Pernikahan Sandiwara   Apa Yang sedang kau lakukan, Shaila?

    Angin menelusuk masuk ke jendela yang sedikit terbuka.Di dalam ruangan, hanya ad Ezra. Hari hampir sore, dia masih saja membersihkan seluruh peralatan yang terlihat kotor, kemudian menata kembali barang yang masih terpakai. Dia paling tidak suka melihat barang atau ruangan yang kotor walau hanya secuil. Baginya tidak nyaman jika harua berada di ruangan seperti itu. Walau tak terpakai, setidaknya dia bisa merawat ruangan itu. Pria itu mendesah kasar. Tidak gengsi baginya jika harus melakukan pekerjaan ini sendiri, tanpa harus menyuruh orang lain. Ezra melipat sedikit lengan kemejanya.Beberapa kali dia melirik jam di pergelangan tangannya. Hampir dua jam Ezra menunggu. Orang yang sudah berjanji akan membantunya itu tidak datang juga. Gun pun belum muncul ke hadapannya."Ish, kemana anak itu?" Ezra mengumpat, lalu melempar kain lap yang sedang ia pegang.Seja

  • Pernikahan Sandiwara   Pertemuan Shaila dengan Ezra di dalam lift

    Shaila memeluk kedua lututnya di pojok kamar. Akhir-akhir ini, dia lebih sering menyendiri. Setelah menandatangani dokumen persetujuan kontrak kerja sama dengan perusahaan Fauzan, pikiran Shaila selalu bercabang dan tidak bisa fokus.Sebenarnya, saat pulang dari kantor, Fauzan mengajak Shaila untuk ikut bersamanya, tapi perempuan itu menolak halus. Dia tidak ingin memberikan harapan lain pada Fauzan, selain urusan pekerjaan. Cukup sudah, Fauzan menjadi masa lalu. Dia tidak akan membiarkan lelaki itu kembali memporak-porandakan isi hatinya seperti dulu yang pernah dilakukannya. Memghancurkan sampai tak ada harapan.Terbuai dalam lamunan, tiba-tiba Shaila memikirkan perusahaan mendiang ayahnya yang sudah tak beroperasi, bahkan tak terawat. Bangunan yang cukup luas, terlihat sedikit angker karena tak berpenghuni. Semua itu, karena ulah kakak angkatnya, Raka.Shiala terkadang berpikir untuk membuka pabrik itu kembali. Meski

  • Pernikahan Sandiwara   Inikah, ikatan batin seorang ayah dengan calon bayinya?

    Wangi yang tak asing menelusuk, merasuk ke dalam lubang hidung Shaila. Dia terdiam seketika, menikmati harum yang membuatnya kembali bernostalgia, pada masa-masa dia bersama lelaki yang masih memenuhi ruang hatinya. Rindu dalam dadanya membuncah, pada seseorang yang memiliki bau yang sama. Rindu yang baginya serasa seabad.Nyaman, dan tak ingin beranjak, begitu yang dirasakan Shaila saat mencium wangi khas lavender kesukaannya. Bahkan, tak ada orang lain yang rela memakai parfum yang dia suka, selain Ezra. Shaila berharap ini hanyalah mimpi, dia tidak ingin bangun dan beranjak dari mimpinya.Menyadari tubuhnya jatuh pada pelukan seseorang, Shaila segera membuka kedua matanya. Tak disangka, dia dipertemukan dengan pria yang sejak tadi melayang-layang di otaknya. Lelaki yang selalu saja membuatnya rela melakukan apapun demi kebahagiaannya."Ezra." Mulut Shaila ternganga, namun tubuhnya masih

  • Pernikahan Sandiwara   Shaila ketakutan

    Langkah Shaila terhenti, setelah berada tepat di depan pintu ruangan Ezra. Terdiam dan memikirkan bagaimana resiko yang akan dihadapi, jika dia benar-benar nekad masuk, dan mengatakan seluruh kebenarannya."Tidak, aku tidak boleh melakukannya. ini tidak boleh terjadi. Aku harus punya pendirian. Yaa Allah, tapi, ini kenapa aku ingin sekali melihat dia. Aku ingin mencium aroma bau tubuhnya," keluhnya dalam hati. Sungguh kehamilannya ini membuat emosinya mudah berubah-ubah. Terkadang dia ingin marah dan terkadang rindu tak tertahan.Lantas, Shaila menghentikan tangan yang tadinya akan mengetuk pintu, membiarkannya mengambang di udara. Wanita berjilbab mocca itu mendesah kasar. Mulutnya mengerucut, lalu kembali mengurungkan niatnya untuk bertemu Ezra.Jika dia bertekad mengikuti naluri. Atau entah keinginan jabang bayi, sama saja dia akan kembali terhanyut dalam kerinduan. Sedangkan, pengorbanan yang dia lakukan untu

  • Pernikahan Sandiwara   Kemarahan Ezra

    "Tega sekali kamu Shaila, tapi kenapa harus dengan Fauzan?" tanyanya lagi dalam hati.Ezra mendesah kasar lalu melemparkan seluruh dokumen yang ada di atas meja. Amarah menguasai diri. Mencoba tidak peduli pun percuma. Nyatanya pikirannya selalu dihantui oleh Shaila. Kenangan bersama Shaila.Bersamaan dengan itu, Ezra pun sangat membenci Shaila, wanita yang telah berani-beraninya mengaborsi darah dagingnya.Ezra mengacak-acak rambut frustasi, dan menjatuhkan diri di lantai. Tangan kanananya memegang kening, air mata dan amarah bercampur menjadi satu.Setelah berdiam beberapa jam, dia kembali tersadar dari lamunannya. Menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya kasar. Dia berusaha membuang jauh-jauh bayangan Shaila, dia tidak boleh frustasi hanya karena seorang wanita yang sudah mengkhianatinya. Dia kembali berdiri dan membereskan seluruh

  • Pernikahan Sandiwara   Kenapa harus Fauzan?

    Setelah beberapa jam perjalanan, tibalah Shaila di rumah ibunya. Sebelum masuk, dia berusaha mempersiapkan suasana hati agar tetap tersenyum di depan wanita yang paling dia hormati dan sayangi."Tetap kuat ya sayang, bantu ibumu ini! Sekarang kita ke rumah oma," Shaila mengusap perutnya. Dia selalu mengajak calon bayinya berkomunikasi. Kata dokter itu membantu merangsang pertumbuhan janin.Sekali lagi, Shaila tidak ingin memperlihatkan kesulitan yang dialaminya. Meskipun, sesungguhnya sudah tahu, kalau saat ini dia sedang berada dalam masa sulit, setidaknya hanya satu kesulitan yang ia berikan pada sang ibu. Shaila tidak ingin menambah beban lagi.Suasana rumah sudah berbeda sejak kepergian ayahnya, serta kakak angkatnya yang sudah berada di penjara. Kehamilannya pun masih disembunyikan. Seharusnya kehamilan adalah kebahagiaan bagi semua keluarga, namun baginya, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengatakan k

  • Pernikahan Sandiwara   Kamu Terlihat Lelah, tapi Pura-pura kuat

    "Sayang bertahanlah!" ucap Shaila dalam hati, dia tahu bayi yang di dalam kandungannya tidak rela jika ibunya membentak ayahnya. Atau dia tidak mau melihat pertengkaran orang tuanya."Kenapa kamu menjauh? Apa kamu takut aku sentuh?" tanya Ezra semakin mendekati Shaila."Hentikan, aku akan keluar!" Shaila kembali menegakkan kakinya untuk berdiri. Dia menarik napas dalam-dalam berusaha menahan rasa mualnya. Jangan sampai Ezra tahu tentang kehamilannya. Usahanya tetap saja sia-sia, wanita hamil tidak bisa menahan rasa pusing dan mual itu. Hingga matanya kunang-kunang, dia masih tetap memaksa untuk berjalan regak ke luar pintu.Ezra segera memgang bahu Shaila ketika dia sudah berada di ambang pintu."Duduklah, aku tahu kamu kelelahan! Akan kuambilkan air putih!" Ezra segera menarik Shaila, dan mendudukkannya di sofa. Shaila tidak bisa menahan kepalanya yang terasa sangat pusing.

  • Pernikahan Sandiwara   Pertemuan Ezra dan Shaila

    Pria itu menatap tajam wanita yang baru saja masuk ruangan. Wajah imut dengan tubuh mungil itu kembali berdiri di hadapannya. Ezra merasa sia-sia membuang semua pikiran tentang wanita itu. Nyatanya Shaila selalu saja datang di hadapannya tanpa di rencana.Bukan itu yang membuatnya sedikit ingin marah. Meski sudah ia talak, tapi bukan berarti bisa dekat dengan laki-laki lain di hadapannya. Bukankah menjaga perasaan orang lain itu lebih penting daripada menjaga hatinya sendiri? Ezra mengepalkan tangannya yang tersembunyi di bawah meja.Shaila mematung di ambang pintu, menyaksikan Ezra yang tengah duduk terpaku di meja utama meeting. Matanya beradu, salung pandang dengan hati nurani masing-masing. Ezra dengan sorot kemarahannya. Sedangkan Shaila dengan penuh rasa sesal, dia langsung mengalihkan pandangan pada lantai. Dia benar-benar tak mampu memandang pria nya lama-lama. Ia pun tak mampu mendekat. Hanya terus terdiam.

DMCA.com Protection Status