Share

Hanya Status

Penulis: Nazila Arisakit
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-30 02:25:46

"Dan...satu hal lagi, jika kamu ingin mengakhiri semua ini, kapanpun kamu mau. Aku tidak keberatan. Tapi aku minta padamu jangan membuat malu!"

 

Lagi, Shaila menunduk. Pernikahan ini hanyalah status, seandainya dia tidak memulai dengan pura-pura dekat saat didepan Indira, mungkin tidak akan sampai ke titik ini. Ia merasa hatinya sudah hancur berkeping. 

 

"Oke, aku setuju. Begitu juga denganmu. Kalau kamu menemukan wanita yang ingin kamu nikahi, beritahu aku kapan saja. Aku berharap sebelum bercerai, kita bisa saling menjaga."

 

Shaila tersenyum menahan seluruh  kepahitan yang sudah menggunung. 

 

Tanpa berpamitan Shaila berbalik meninggalkan Ezra. Dia tak mau menunjukkan kesedihan di depan Ezra. 

 

Dia pikir, Ezra adalah laki-laki yang baik dan berhati mulia, tapi pikirannya itu salah besar. 

 

"Mau kemana?" Tanya Ezra santai. 

 

"Aku harus pulang. Aku harus menjelaskan semuanya kepada orang tuaku."

 

"Jangan! Jangan pulang sendiri! Biarkan aku menemanimu bertemu mereka. Akupun bertanggung jawab atas ini. Insya alloh nanti menunggu waktu yang tepat kita beritahu mereka."

 

Ezra menghentikan langkah Shaila yang sudah beranjak beberapa meter darinya. 

 

"Untuk saat ini pulanglah dulu ke rumah Mama. Dia sudah menunggumu."

 

***

 

Di ruang makan mereka sudah mnunggu Shaila. Tapi kali ini tidak ada Fauzan dan Alyne. 

 

"Mama menungguku?" 

 

"Mama menunggu kalian." Indira tersenyum lembut sambil merangkul Shaila. 

 

"Duduk sayang! Makan dulu."

 

"Kita sudah makan Ma." Jawab Ezra yang berlalu menaiki tangga. 

 

"Tunggu Zra! Mama mau bicara sama kalian."

 

"Hmmmh" Ezra berbalik sambil mendesah kasar. 

 

"Mama sudah berdiskusi dengan Papa. Sebaiknya Ezra mengajakmu bulan madu  sayang."

 

Shaila terdiam membeku. 

 

"Ta... Tapi Ma... " 

 

Belum selesai Shaila berbicara, Indira sudah memotong perkataannya. 

 

"Jika kamu tidak pergi, orang lain akan berpikir Mama tidak memperlakukan menantu Mama dengan baik."

 

Jelas-jelas tadi Ezra sudah menjelaskan, dia tidak mau berdekatan dengannya. Tapi Mama Indira memaksa untuk pergi bulan madu. 

 

"Aku dengar, Ezra sangat sibuk Ma. Jadi kita bisa bulan madu lain kali." Shaila tersenyum sambil melirik Ezra. 

 

"Jangan memikirkan Perusahaan terus! Perusahaan Ezra masih bisa di selamatkan tanpa Dia harus pergi ke kantor. Biar Papa utus karyawan Papa untuk mengontrol perusahaan Ezra." Tiba-tiba Dirga bersuara. Tatapannya dingin. 

 

Shaila hanya bisa terdiam dan menatap Ezra. 

 

Mendengar permintaan kedua orang tuanya, mata Ezra berubah suram. Apakah ini keinginan Papa? Perusahaanku baru saja berada di titik puncak dan banyak proyek. Jika aku pergi. Apa Papa ingin mengacak-ngacak kantorku? 

 

Ini pasti ada hubungannya dengan niat Papa yang tidak ingin Perusahaanku melampaui Perusahaan Papa. 

 

Shaila tiba-tiba berpikir, apakah ada niat lain dari Papa Dirga? 

 

"Ma, sepertinya untuk saat ini Perushaan lebih penting bagi Ezra." Shaila mencoba merayu lagi. 

 

Tiba-tiba Ezra mengulurkan tangannya menepuk punggung Shaila. 

 

"Oke Ma, kita akan pergi bulan madu. Soal pekerjaan biar Sekertarisku yang handle. Aku juga bisa mengontrol dari kejauhan." 

 

Shaila menatapnya. 

 

"Apa dia setuju?" Hatinya bertanya. 

 

"Mama tahu, kamu pasti memahami Mama." Indira memeluk Ezra. 

 

"Jangan khawatir! Mama bisa datang mengontrol kantormu sesekali."

 

Shaila berusaha tersenyum dan beranjak meninggalkan ruangan bersama Ezra. 

 

"Jadi, kita akan pergi bulan madu?"

 

Ezra meliriknya tanpa menjawab apapun.  Dia berlalu memasuki kamar mandi meninggalkan Shaila yang masih menunggu jawaban. 

 

Sedangkan Shaila masih berkutik dengan pertanyaan-pertanyaan yang terus berputar di dalam pikirannya. 

 

Ezra kembali, tapi dia tetap dingin tanpa berbicara. 

 

"Tolong, beritahu aku tentang dirimu sedikit saja. Bagaimana bisa Papa Dirga mengusirmu empat tahun lalu? " Tiba-tiba pertanyaan itu muncul dari mulut tipis Shaila. 

 

"Demi apa kamu bertanya itu, apa kamu mulai khawatir kepadaku?" 

 

Lalu Ezra berjalan dan membuka lemari pakaian. 

 

"Kemarahan papa sudah menjadi makanan sehari-hari bagiku. Aku yang sekarang adalah akibat kemarahan Papa empat tahun lalu. Meski Papa mengusriku, Dia juga yang mendorongku hingga aku bisa membangun Perusahaan sendiri sampai posisi seperti ini."

 

Dari sedikit penjelasan Ezra, Shaila bisa mengerti betapa pedihnya hati Ezra. 

 

"Ah, sudahlah itu hanya salah satu kenangan pahit."

 

"Salah satu?" Mata Shaila membelalak. Ingin sekali dia memeberi pertanyaan lain kepada Ezra. 

 

Tiba-tiba Ezra membungkuk memegang perut. Mukanya meringis seperti menahan sakit. 

"Tolong bantu aku!"

 

Shaila yang melihat itu, langsung berdiri dan membopong Ezra. 

 

"Tidak, tidak usah! Aku masih bisa." Kemudian dia duduk diatas kasur. 

 

"Tolong ambilin obat di laci." 

 

Shaila segera beranjak mengambil obat dan memberikannya pada Ezra. 

 

"Kamu sakit? " Tanya Shaila khawatir. 

 

"Tidak, aku baik-baik saja." Ezra kembali berdiri dan beranjak keluar. Tapi usahanya sia-sia dia masih belum bisa berdiri tegak. Akhirnya ia menubruk Shaila yang dengan sigap menahannya. 

 

"Maaf!" Dia menatap Shaila yang sedikit menahan tubuhnya agar tidak jatuh. 

 

Aroma parfum vanila, berpadu dengan aroma lavender menusuk hidungnya. Shaila mulai tidak ingin beranjak, dan tetap menatap Ezra dengan tatapan bodohnya. 

 

Dia tidak pernah sedekat ini dengan Fauzan. Sebenarnya apa yang diinginkan Ezra. 

 

Dia menatapnya dengan tatapan konyol.

Bab terkait

  • Pernikahan Sandiwara   Mulai Tergoda

    Dua hari kemudian"Ila, nanti malam aku ada pertemuan. Kamu boleh ikut denganku."Shaila melihat ke arah Ezra yang sedang fokus dengan layar laptopnya.Sebelum mereka berangkat ke Sukabumi, Ezra mengatakan bahwa ia akan mengajak Shaila sesuai rencana bulan madu yang diinginkan Mama Indira sekaligus akan mengurus proyek dengan Keluarga Han yang sangat berjasa pada perusahaannya. Keluarga Han adalah investor pertama dalam pembangunan Pabrik Sepatu milik Ezra di Bandung. Dia akan membangun Pabrik baru di Sukabumi. Jadi dia datang bukan untuk berbulan madu, Melainkan untuk kepentingan proyeknya membangun pabrik baru.Shaila terkejut mendengar tutur Ezra. Ia tak pernah menyangka Ezra akan mengajaknya ke pertemuan itu. Dia mengira akan berlama-lama sendirian tinggal di Villa yang membosankan itu.Lebih terkejut, ketika Ezra membuka

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Pernikahan Sandiwara   Dibakar Api Cemburu

    "Pertemuan untuk kepentingan proyek? Apa tidak salah? ku kira hanya pertemuan makan malam biasa. Ternyata ini acara pesta. Hmmh..." Gumam Shaila dalam hati saat ia hendak keluar dari kamar mandi. Ia merasa tak nyaman memakai gaun tertutup yang diberikan Ezra. Membuat dirinya tak percaya diri. Apalagi tamu yang hadir dalam pesta itu lumayan banyak."Ah, bodohnyaa... kenapa aku harus menuruti kemauan dia memakai baju seperti ini, ribet banget."Dia mengangkat ujung pakaiannya yang menyapu jalanan.Ekspresi Shaila berubah seketika menyaksikan pemandangan yang membuat ia melongo. Ia melihat Ezra berbincang dengan seorang wanita. Jaraknya sangat dekat. Tangan wanita itu hampir menyentuh bahu Ezra. Bahkan tatapan Ezra kepada wanita itu sangat lembut dibandingkan ketika sedang menatapnya."Oh ...Jadi itu wanita idaman Ezra? Dia menyuruhku memak

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Pernikahan Sandiwara   Memadu Kasih

    "Kita akhiri hubungan ini. Kamu bisa tanda tangan surat cerainya! Dan, mulai detik ini, kamu boleh pergi dari kehidupanku." Ezra menyerahkan surat perceraian. Tatapannya dingin hingga menusuk hati seorang wanita yang berada di depannya.Shaila meraih surat itu dengan tangan gemetar. Dadanya bergemuruh hebat. Mulut yanh berwarna merah merona itu kelu, seakan dunia hancur seketika.Sifat lelaki yang begitu dingin, tidak ada sedikit pun rasa iba padanya.Laki-laki berpostur tubuh tinggi, dengan sweater putih yang ia kenakan, melangkah berlalu meninggalkan Shaila, tanpa menoleh lagi, ia terus berlalu, semakin menjauh hingga hanya bayangan dan menghilang."Tuhan, kenapa ini harus terjadi? Lebih baik aku memilih mati sebelum pernikahan itu. Seharusnya aku memilih mundur, meski bertemankan sepi, jika tahu akhirnya akan terjerumus dalam pernikahan sep

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-19
  • Pernikahan Sandiwara   Cinta Meleburkan Janji

    Penyatuan kasih dalam balutan kehalalan telah terwujud. Kini mereka menjadi pasangan normal layaknya suami istri. Perjanjian hanyalah perjanjian, Ezra melanggarnya tanpa diminta oleh Shaila. Laki-laki berwajah teduh, namun bersifat dingin itu masih tertidur pulas, mengingat dia kelelahan setelah itu. Tapi tidak dengan Shaila, dia masih tetap terjaga hingga matahari mulai mengintip. Tidak ada rasa kantuk sedikit pun menggelitik di matanya. Ia hanya tak ingin menyia-nyiakan momen-momen kedekatan antara mereka yang telah menjadi sejarah bagi Shaila. Baru beberapa hari kebersamaannya dengan Ezra, namun Shaila sudah bisa membaca watak Ezra yang terkadang gampang berubah. Ia menatap laki-laki yang tidur di sebelahnya. Matanya terlihat seperti jarang tidur. Terdapat kantung mata sedikit hitam. Dan, seperti ada segurat rasa cemas dalam wajahnya. Terkadan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-22
  • Pernikahan Sandiwara   Wanita Penggoda

    "Dasar egois, memangnya cuma dirinya yang paling pintar? ""Hmm...liat saja nanti laki laki bunglon. Akan ku pastikan namaku tertulis tebal di balik kesuksesan perusahanmu itu. Aku akan membuatmu mengakui kepintaranku. Aku akan membuatmu bertekuk lutut meminta maaf di hadapanku karena ucapan-ucapanmu itu ."shaila berjalan menelusuri trotoar sepanjang jalan H. Alpi sambil menggerutu kemudian ia mengikat rambut lurusnya tak teratur. Hingga tak sadar ia sudah berjalan jauh dari Kantor Ezra. Lantas, tangannya melambai ketika melihat taksi AA berwana kuning melewatinya."Mau kemana Neng?" Tanya Sopir sambil melirik kaca spion depan."Jalan aja dulu Pak!"Pun, Sopir itu tersenyum melihat tingkah Shaila. Bagaimana tidak, mulutnya terus berkomat-kamit seperti baca mantra.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • Pernikahan Sandiwara   Love Disease (Penyakit Cinta)

    Selama di ruangan rapat. Ezra tidak bisa fokus. Pikirannya masih terngiang dengan Shaila yang sama sekali tidak memberinya kabar.Dia mulai gusar pada dirinya sendiri. Mengingat semua perlakuannya kepada Shaila sejak pertama kali bertemu. Ia menyesal, padahal dia tahu bagaimana hukum menyakiti hati seorang istri. Meski sejujurnya dia belum bisa memberikan rasa cinta itu untuk Shaila, tapi setidaknya dia tidak harus melakukan hal yang di larang agama. Yakni menyakiti hati seorang istri.Melihat keadaan bosnya seperti itu, Sekertaris Gun mewakili Ezra menutup rapat sementara.Setelah semua peserta rapat keluar dari ruangan, Gun menghampiri Ezra yang masih terlena dengan lamunannya."Bos, kamu kenapa? Mukamu terlihat sangat pucat.""Ah, apa karena gadis itu??" Lanjutnya sambil memperhatikan bosnya ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • Pernikahan Sandiwara   Penyatuan cinta

    Dibawah pohon yang rindang, angin malam menusuk hingga sendi-sendi. Ezra mendekap Shaila penuh kasih dan harapan ia akan bersama dengan gadis mungil yang telah menjadi takdirnya untuk selamanya.Ketika Shaila sedang berada dalam pelukan Ezra, ia tersadar kembali, terngiang perkataan Ezra yang membuat hatinya sakit. Perjanjian itu, keegoisan itu. Lantas, Shaila melepas pelukannya dan mundur dua langkah."Aku, aku menyukaimu Shaila, apa kau tahu perasaanku saat ini seperti hampir meledak? Aku sangat mencintaimu,""Lalu?... Kalau kamu menyukaiku dan perasaanmu akan meledak. Kau pikir perasaanku juga akan meledak sama sepertimu?"Sekuat hati Shaila menahan air matanya, ia tak mau terbuai lagi dengan perkataan Ezra. Kali ini dia memilih untuk menyembunyikan perasaannya. Mungkin lebih baik menghindar dari perasaan yang ia takuti, takut akan rasa sak

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-30
  • Pernikahan Sandiwara   Kekuatan Cinta

    "Siapa?" Shaila mengalihkan pandangan yang tengah sibuk dengan layar laptopnya untuk melihat ke arah Ezra yang berdiri di ambang pintu."Direktur Han datang." Jawab Ezra dengan santai sambil kembali menghampiri Shaila."Apakah orang yang waktu itu hadir di pertemuan?" Tanya Shaila dengan memicingkan matanya."Betul, dia memang investor terbesar disini. Mungkin dia akan menagih kerugian yang kita alami akibat plagiat produk yang gagal launching.""Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus bersembunyi? ""Buat apa bersembunyi kamu kan sudah menjadi istriku.""Tapi Zra, apa kamu lupa, tidak ada yang tahu tentang pernikahanmu denganku. ""Tidak, aku tidak lupa, justru aku akan mengenalkanmu pada mereka yang belum tahu.""Tidak Ezra, mereka

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02

Bab terbaru

  • Pernikahan Sandiwara   Tiba-tiba kerinduan yang menggebu semakin menyatu

    Shaila tidak melanjutkan perkataannya, dia kembali terdiam dan menunduk. Menelan ludah sedalam-dalamnya. Harusnya, dia tidak muncul, dan membiarkan Ezra mematikan api itu.Tak masalah, nanti dia bisa menyalakan lagi saat Ezra pergi. Tapi sayang, dia lepas kendali, karena rasa takut tiba-tiba menerobos dalam dirinya. Hingga dia tak sadar lari melesat keluar dari tempat dia bersembunyi. Dan harus bertatap dengan Ezra.Dia sangat takut, produk sepatu yang dia buat tidak maksimal dan tak sesuai harapan, jika tidak sesuai dalam memberikan cap sepatu karena kurang maksimal saat memanaskan untuk capnya, maka hasilnya pun tidak akan istimewa, sebab orang-orang penting lebih memilih sepatu buatan tangan dengan cap yang benar-benar sempurna. Jika capnya tidak jelas, maka akan terlihat kalau sepatu itu hanyalah produk bodong alias barang kawe, bukan original."Jawab! Sedang apa kamu di sini, Shaila? Dan, dan apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Ezra sekali lagi. Rahangnya mengeras, tanda kem

  • Pernikahan Sandiwara   Apa Yang sedang kau lakukan, Shaila?

    Angin menelusuk masuk ke jendela yang sedikit terbuka.Di dalam ruangan, hanya ad Ezra. Hari hampir sore, dia masih saja membersihkan seluruh peralatan yang terlihat kotor, kemudian menata kembali barang yang masih terpakai. Dia paling tidak suka melihat barang atau ruangan yang kotor walau hanya secuil. Baginya tidak nyaman jika harua berada di ruangan seperti itu. Walau tak terpakai, setidaknya dia bisa merawat ruangan itu. Pria itu mendesah kasar. Tidak gengsi baginya jika harus melakukan pekerjaan ini sendiri, tanpa harus menyuruh orang lain. Ezra melipat sedikit lengan kemejanya.Beberapa kali dia melirik jam di pergelangan tangannya. Hampir dua jam Ezra menunggu. Orang yang sudah berjanji akan membantunya itu tidak datang juga. Gun pun belum muncul ke hadapannya."Ish, kemana anak itu?" Ezra mengumpat, lalu melempar kain lap yang sedang ia pegang.Seja

  • Pernikahan Sandiwara   Pertemuan Shaila dengan Ezra di dalam lift

    Shaila memeluk kedua lututnya di pojok kamar. Akhir-akhir ini, dia lebih sering menyendiri. Setelah menandatangani dokumen persetujuan kontrak kerja sama dengan perusahaan Fauzan, pikiran Shaila selalu bercabang dan tidak bisa fokus.Sebenarnya, saat pulang dari kantor, Fauzan mengajak Shaila untuk ikut bersamanya, tapi perempuan itu menolak halus. Dia tidak ingin memberikan harapan lain pada Fauzan, selain urusan pekerjaan. Cukup sudah, Fauzan menjadi masa lalu. Dia tidak akan membiarkan lelaki itu kembali memporak-porandakan isi hatinya seperti dulu yang pernah dilakukannya. Memghancurkan sampai tak ada harapan.Terbuai dalam lamunan, tiba-tiba Shaila memikirkan perusahaan mendiang ayahnya yang sudah tak beroperasi, bahkan tak terawat. Bangunan yang cukup luas, terlihat sedikit angker karena tak berpenghuni. Semua itu, karena ulah kakak angkatnya, Raka.Shiala terkadang berpikir untuk membuka pabrik itu kembali. Meski

  • Pernikahan Sandiwara   Inikah, ikatan batin seorang ayah dengan calon bayinya?

    Wangi yang tak asing menelusuk, merasuk ke dalam lubang hidung Shaila. Dia terdiam seketika, menikmati harum yang membuatnya kembali bernostalgia, pada masa-masa dia bersama lelaki yang masih memenuhi ruang hatinya. Rindu dalam dadanya membuncah, pada seseorang yang memiliki bau yang sama. Rindu yang baginya serasa seabad.Nyaman, dan tak ingin beranjak, begitu yang dirasakan Shaila saat mencium wangi khas lavender kesukaannya. Bahkan, tak ada orang lain yang rela memakai parfum yang dia suka, selain Ezra. Shaila berharap ini hanyalah mimpi, dia tidak ingin bangun dan beranjak dari mimpinya.Menyadari tubuhnya jatuh pada pelukan seseorang, Shaila segera membuka kedua matanya. Tak disangka, dia dipertemukan dengan pria yang sejak tadi melayang-layang di otaknya. Lelaki yang selalu saja membuatnya rela melakukan apapun demi kebahagiaannya."Ezra." Mulut Shaila ternganga, namun tubuhnya masih

  • Pernikahan Sandiwara   Shaila ketakutan

    Langkah Shaila terhenti, setelah berada tepat di depan pintu ruangan Ezra. Terdiam dan memikirkan bagaimana resiko yang akan dihadapi, jika dia benar-benar nekad masuk, dan mengatakan seluruh kebenarannya."Tidak, aku tidak boleh melakukannya. ini tidak boleh terjadi. Aku harus punya pendirian. Yaa Allah, tapi, ini kenapa aku ingin sekali melihat dia. Aku ingin mencium aroma bau tubuhnya," keluhnya dalam hati. Sungguh kehamilannya ini membuat emosinya mudah berubah-ubah. Terkadang dia ingin marah dan terkadang rindu tak tertahan.Lantas, Shaila menghentikan tangan yang tadinya akan mengetuk pintu, membiarkannya mengambang di udara. Wanita berjilbab mocca itu mendesah kasar. Mulutnya mengerucut, lalu kembali mengurungkan niatnya untuk bertemu Ezra.Jika dia bertekad mengikuti naluri. Atau entah keinginan jabang bayi, sama saja dia akan kembali terhanyut dalam kerinduan. Sedangkan, pengorbanan yang dia lakukan untu

  • Pernikahan Sandiwara   Kemarahan Ezra

    "Tega sekali kamu Shaila, tapi kenapa harus dengan Fauzan?" tanyanya lagi dalam hati.Ezra mendesah kasar lalu melemparkan seluruh dokumen yang ada di atas meja. Amarah menguasai diri. Mencoba tidak peduli pun percuma. Nyatanya pikirannya selalu dihantui oleh Shaila. Kenangan bersama Shaila.Bersamaan dengan itu, Ezra pun sangat membenci Shaila, wanita yang telah berani-beraninya mengaborsi darah dagingnya.Ezra mengacak-acak rambut frustasi, dan menjatuhkan diri di lantai. Tangan kanananya memegang kening, air mata dan amarah bercampur menjadi satu.Setelah berdiam beberapa jam, dia kembali tersadar dari lamunannya. Menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya kasar. Dia berusaha membuang jauh-jauh bayangan Shaila, dia tidak boleh frustasi hanya karena seorang wanita yang sudah mengkhianatinya. Dia kembali berdiri dan membereskan seluruh

  • Pernikahan Sandiwara   Kenapa harus Fauzan?

    Setelah beberapa jam perjalanan, tibalah Shaila di rumah ibunya. Sebelum masuk, dia berusaha mempersiapkan suasana hati agar tetap tersenyum di depan wanita yang paling dia hormati dan sayangi."Tetap kuat ya sayang, bantu ibumu ini! Sekarang kita ke rumah oma," Shaila mengusap perutnya. Dia selalu mengajak calon bayinya berkomunikasi. Kata dokter itu membantu merangsang pertumbuhan janin.Sekali lagi, Shaila tidak ingin memperlihatkan kesulitan yang dialaminya. Meskipun, sesungguhnya sudah tahu, kalau saat ini dia sedang berada dalam masa sulit, setidaknya hanya satu kesulitan yang ia berikan pada sang ibu. Shaila tidak ingin menambah beban lagi.Suasana rumah sudah berbeda sejak kepergian ayahnya, serta kakak angkatnya yang sudah berada di penjara. Kehamilannya pun masih disembunyikan. Seharusnya kehamilan adalah kebahagiaan bagi semua keluarga, namun baginya, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengatakan k

  • Pernikahan Sandiwara   Kamu Terlihat Lelah, tapi Pura-pura kuat

    "Sayang bertahanlah!" ucap Shaila dalam hati, dia tahu bayi yang di dalam kandungannya tidak rela jika ibunya membentak ayahnya. Atau dia tidak mau melihat pertengkaran orang tuanya."Kenapa kamu menjauh? Apa kamu takut aku sentuh?" tanya Ezra semakin mendekati Shaila."Hentikan, aku akan keluar!" Shaila kembali menegakkan kakinya untuk berdiri. Dia menarik napas dalam-dalam berusaha menahan rasa mualnya. Jangan sampai Ezra tahu tentang kehamilannya. Usahanya tetap saja sia-sia, wanita hamil tidak bisa menahan rasa pusing dan mual itu. Hingga matanya kunang-kunang, dia masih tetap memaksa untuk berjalan regak ke luar pintu.Ezra segera memgang bahu Shaila ketika dia sudah berada di ambang pintu."Duduklah, aku tahu kamu kelelahan! Akan kuambilkan air putih!" Ezra segera menarik Shaila, dan mendudukkannya di sofa. Shaila tidak bisa menahan kepalanya yang terasa sangat pusing.

  • Pernikahan Sandiwara   Pertemuan Ezra dan Shaila

    Pria itu menatap tajam wanita yang baru saja masuk ruangan. Wajah imut dengan tubuh mungil itu kembali berdiri di hadapannya. Ezra merasa sia-sia membuang semua pikiran tentang wanita itu. Nyatanya Shaila selalu saja datang di hadapannya tanpa di rencana.Bukan itu yang membuatnya sedikit ingin marah. Meski sudah ia talak, tapi bukan berarti bisa dekat dengan laki-laki lain di hadapannya. Bukankah menjaga perasaan orang lain itu lebih penting daripada menjaga hatinya sendiri? Ezra mengepalkan tangannya yang tersembunyi di bawah meja.Shaila mematung di ambang pintu, menyaksikan Ezra yang tengah duduk terpaku di meja utama meeting. Matanya beradu, salung pandang dengan hati nurani masing-masing. Ezra dengan sorot kemarahannya. Sedangkan Shaila dengan penuh rasa sesal, dia langsung mengalihkan pandangan pada lantai. Dia benar-benar tak mampu memandang pria nya lama-lama. Ia pun tak mampu mendekat. Hanya terus terdiam.

DMCA.com Protection Status