"Maaf sudah mengagetkanmu. Jangan takut. Mama nggak akan ke sana, ya?" ucap Yasmine. Dia duduk di sofa. Dengan pandangan yang sejajar, ketakutan yang dirasakan anaknya mungkin bisa berkurang.Yasmine bertanya, "Bagaimana kalau Mama hanya duduk di sini dan berbicara denganmu?" Masih tidak ada tanggapan dari anak itu. Dia tetap duduk di pojok dengan mata penuh kewaspadaan, bahkan jarang berkedip.Adegan ini membuat hati Yasmine makin tersayat. Dia sebenarnya telah mempersiapkan banyak kata-kata untuk mendekatkan dirinya pada anak itu. Namun, saat ini, kata-kata itu seperti tertahan di mulutnya.Yasmine tahu bahwa pendekatan dan kehadirannya hanya akan membuat anak itu makin ketakutan. Dia tidak tega melihat anaknya seperti ini. Meskipun sangat ingin memeluk dan menatap anak itu lebih lama, Yasmine malah berusaha keras untuk menahan keinginan tersebut.Yasmine berkata, "Baiklah, Mama akan pergi sekarang. Kamu sendirian saja di sini, ya? Kamu bebas melakukan apa pun yang kamu inginkan di s
Sembari ditatap Yasmine dengan curiga, Carlos tetap bersikap tenang tanpa ragu sedikit pun. Dia menunjuk buah-buahan yang ada di samping sembari berkata, "Layani aku dengan baik. Kalau suasana hatiku membaik, progresnya akan makin cepat."Yasmine tidak bisa berkata-kata. Dia tersenyum tak berdaya, lalu mengambil sepotong buah dengan garpu dan mengarahkannya ke samping mulut Carlos. Pria itu membuka mulutnya dan mengunyah dengan senang.Dengan harapan bisa terbebas dari bom, Yasmine hampir tidak pernah menjauh dari Carlos, selain dari waktu yang dihabiskannya bersama Louis. Ketika Carlos sedang mempelajari cara membongkar bom, Yasmine akan duduk di sampingnya, memberinya teh, air, dan buah.Awalnya, Yasmine merasa agak canggung. Namun, dia menjadi makin terbiasa seiring berjalannya waktu. Bukan hanya berjalan harmonis, hubungan kedua orang itu juga diam-diam memancarkan aura romantis yang makin mendalam.Suatu malam, Carlos melakukan obrolan video jarak jauh dengan seorang ahli di lapto
Ketika Yasmine bangun keesokan harinya, efek samping dari mimpinya membuatnya tidak berani langsung membuka mata untuk menghadapi Carlos. Dia takut bahwa ketidaknyamanannya akan terekspos.Yasmine mengambil napas dalam-dalam beberapa kali, lalu merenungkan dalam hatinya sejenak sebelum akhirnya perlahan membuka matanya. Namun, dia menyadari bahwa Carlos yang biasanya duduk di ujung ranjang dan mengucapkan "selamat pagi" kepadanya itu ... tidak ada di dalam kamar!Yasmine seketika tidak terbiasa dengan hal ini. Selanjutnya, dia menyadari bahwa bukan hanya Carlos yang tidak ada, bahkan Jonas yang berada di bawah ranjang selama beberapa hari ini pun sudah tiada!Yasmine buru-buru mengangkat pergelangan tangannya. Kini, hanya ada bekas yang samar di sana, tetapi borgolnya sudah menghilang! Apakah Carlos berhasil melepaskan bomnya ketika dia sedang tidur tadi malam?Baguslah! Yasmine akhirnya bebas! Dengan mata memerah, Yasmine segera bangun dari ranjang dan bergegas keluar. Dia bertanya ke
Carlos tersenyum sembari menjawab, "Aku sudah melewatkan empat tahun, jadi tidak ingin menunggu lebih lama lagi.""Carlos, tapi kamu punya Matteo," ujar Edgar. Dia melanjutkan dengan nada serius, "Kamu bukan pria lajang biasa. Kalau kamu menikahi Yasmine, dia akan menjadi ibu tiri. Di antara Matteo dan Yasmine, siapa yang lebih penting? Pernahkah kamu memikirkannya?""Selain itu, Yasmine juga memiliki Louis. Anak itu sudah menderita sejak lahir sehingga Yasmine merasa bersalah padanya. Dia pasti ingin menebus hal tersebut dan akan menjadikan Louis prioritasnya. Bisakah kamu memperlakukan Louis seperti itu? Juga, apakah hatimu nggak akan merasa dendam?" tanya Edgar.Edgar melanjutkan dengan nada serius, "Keluarga yang baru saja terbentuk pasti memiliki banyak konflik yang nggak bisa dihindari. Kalau kamu berniat untuk melamarnya, kamu harus berjanji pada Yasmine bahwa masa depan kalian akan bahagia. Kalau kamu nggak bisa berjanji, aku sarankan sebaiknya jangan menyakiti Yasmine. Nantiny
Akan tetapi, pada akhirnya Yasmine tetap menahan diri dan membiarkan Matteo pergi. Setelah membawa Matteo ke ruang makan, dia pun pergi ke lantai atas untuk mengganti pakaiannya.Yasmine tidak langsung kembali ke kamarnya, melainkan melihat ke arah taman dari jendela koridor. Malam ini, taman belakang terlihat sangat berbeda dari biasanya. Ada banyak lampu bintang yang terpasang di sana sehingga membuat taman itu terlihat sangat indah.Mata Yasmine sedikit memerah dan hatinya terasa sesak dan tertekan. Selama empat tahun terakhir, selain merindukan Louis, satu-satunya hal yang dia pikirkan adalah Carlos. Di tengah penderitaan dan kegelapan, Carlos menjadi satu-satunya pikiran indah Yasmine.Setelah bertemu kembali, Yasmine sulit menolak kebaikan dan segala sesuatu dari Carlos. Setiap kali berada di dekatnya, jantung Yasmine pun berdebar kencang.Namun ... memangnya kenapa? Yasmine memang merasa senang karena menyadari bahwa cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, tetapi yang lebih bany
Yasmine meninggalkan vila Keluarga Lingga bersama Louis. Tak jauh setelah mereka meninggalkan vila, sebuah mobil mewah pun berhenti di samping. Pintu mobil tampak terbuka dan Leo turun dari dalamnya.Leo mengenakan jas abu-abu terang dengan wajah yang terlihat lelah. Bahkan, ada kantung hitam di bawah matanya, seolah-olah dia tidak tidur dengan baik selama beberapa hari ini. Namun, ketika Leo melihat Yasmine, matanya sontak berbinar-binar dan ekspresinya terlihat gembira."Yasmine, kamu akhirnya keluar juga!" seru Leo. Dia adalah satu-satunya teman Yasmine di Kota Sulvan. Setelah meninggalkan vila Keluarga Lingga, Yasmine tidak memiliki uang sepeser pun, bahkan membawa Louis. Yasmine tidak mungkin berkeliaran di jalanan pada tengah malam. Itu sebabnya, dia menghubungi Leo untuk meminta bantuan."Apakah ini Louis? Dia lucu sekali," puji Leo. Dia mengulurkan tangan untuk mengelus kepala Louis dengan ramah. Namun, anak itu malah langsung bersembunyi di belakang Yasmine dengan takut.Yas
Louis memang sudah tidak begitu takut dengan Yasmine, tetapi hanya sebatas tidak menolaknya saja. Ketika dia hendak tidur, Yasmine tidak bisa tinggal di kamarnya. Jika tidak, anak itu akan terus membuka mata.Yasmine meletakkan seekor boneka domba lucu di pelukan Louis, lalu berkata dengan nada lembut, "Selamat malam, Louis." Usai itu, dia pun mematikan lampu kamar.Tidak lama setelah Yasmine pergi, Louis yang berbaring di dalam selimut dengan patuh, tiba-tiba duduk. Tangannya tampak memegang boneka domba tersebut. Mata besarnya tampak bersinar dengan cahaya dingin dan ganas di tengah kegelapan.Louis mengambil gunting, lalu memotong tanduk dan anggota badan domba. Setelah itu, Louis membelah perut domba dan mengeluarkan semua kapasnya. Melihat kapas yang berserakan di lantai, senyuman puas pun tersungging di sudut mulut Louis.Rumah yang nyaman dan hangat, dengan Louis yang berada di sisinya adalah kehidupan yang selama ini diimpikan oleh Yasmine. Dia berbaring di ranjang kamar tidurn
Carlos mendongak dan melihat Yasmine dari jendela mobil. Yasmine yang memakai gaun putih tampak ramping dan sederhana, tetapi tidak menutupi pesonanya. Di antara orang-orang yang lalu-lalang di jalanan, Yasmine tampak sangat menonjol.Ekspresi Carlos tampak muram. Dia memandang Yasmine yang berhenti di depan pintu masuk TK Cahaya Pelangi dan sedang berbicara dengan satpam. Yogi bertanya, "Tuan Muda Carlos, apa kita mau berhenti?"Carlos mengatupkan bibirnya dan ekspresinya terlihat acuh tak acuh. Dia mengalihkan pandangannya seraya menjawab, "Tidak perlu."Yogi yang tidak berdaya mendesah ketika melihat raut wajah Carlos yang acuh tak acuh dari kaca spion tengah. Mobil Maybach pun melaju pergi meninggalkan TK Cahaya Pelangi.Saat mobil melaju pergi, Yasmine seolah-olah mempunyai firasat. Dia tiba-tiba menoleh ke samping dan melihat mobil Maybach yang familier itu. Yasmine tertegun. Hatinya menjadi kacau sewaktu tatapannya tertuju pada mobil itu.Itu mobil Carlos, apa yang di dalam mobi