Leo meraung dengan mata memerah. Waktu pada hitungan mundur yang terus berkurang bak alat pancung kepala yang tergantung di atas kepalanya, hendak menebasnya sampai mati. Mata Yasmine berkaca-kaca dan hatinya sangat sedih."Tuan Muda, kamu juga harus pergi!" Yasmine berkata dengan nada tegas, "Kamu bukan siapa-siapa bagiku. Aku juga nggak butuh kamu mati bersamaku."Meskipun Yasmine sangat ingin mendengar jawaban Carlos, waktu tidak memberinya kesempatan. Dengan segenap kekuatannya, Yasmine mendorong Carlos menjauh. Carlos yang sedang berkonsentrasi menjinakkan bom terkejut dan mundur dua langkah.Sementara itu, Yasmine sudah berdiri di samping jendela. Satu kaki Yasmine sudah keluar dari jendela, hanya tersisa lima detik dalam hitungan mundur."Sampai jumpa, Tuan Muda," ujar Yasmine. Atau mungkin aku harus mengucapkan, selamat tinggal, tambah Yasmine dalam hati.Yasmine menutup matanya, lalu menjatuhkan tubuhnya ke luar jendela. Detik ketika tubuhnya hampir jatuh, seseorang tiba-tiba
Yasmine juga merasa penasaran. Carlos menunduk untuk menatap Yasmine, lalu menjelaskan dengan suara yang dalam, "Waktu aku menarikmu kembali dari jendela, jarak kita cukup dekat dengan Jonas. Saat itu, aku sadar kalau hitungan mundurnya agak melambat."Selain itu, Carlos pernah menjinakkan bom sebelum ini. Dia tahu banyak soal bom, jadi dia bisa langsung menebaknya.Yasmine tercengang. Meskipun hitungan mundurnya melambat ketika dia melompat dari gedung, paling-paling itu hanya 0,001 detik lebih lambat. Carlos bisa menyadari hal itu? Dia benar-benar luar biasa.Melihat wajah kagum Yasmine, Carlos tersenyum kecil dan berkata, "Ayo, kita pulang dulu."Pulang. Yasmine sedikit tertegun. Setelah dipenjara selama empat tahun, kebebasan dan kedamaian yang akhirnya datang saat ini membuatnya terharu. Dia akhirnya lolos dari sarang iblis!"Ya!" jawab Yasmine sambil mengangguk gembira.Namun, saat Yasmine hendak pergi bersama Carlos, Jonas yang baru saja ditangkap oleh pengawal tiba-tiba bergera
"Apa bisa dirobek?" tanya Carlos lagi. Yasmine mengangguk mendengarnya.Saat Carlos tiba-tiba mengulurkan tangan ke arahnya, Yasmine tanpa sadar memundurkan kepalanya sambil berkata, "Tuan Muda Carlos, kamu mau ngapain?""Wajah ini jelek sekali, merusak pemandangan," jawab Carlos.Yasmine tertegun. Secara objektif, wajah ini cukup elegan dan cantik, jenis wajah cantik yang diakui semua orang. Namun, bagaimana wajah ini bisa terlihat jelek di mata Carlos? Apa masalahnya terletak pada estetikanya atau pada mata Carlos?Saat Yasmine larut dalam pikirannya, Carlos sudah menemukan celah topeng itu dan merobeknya sedikit demi sedikit. Wajah asli Yasmine muncul di hadapan Carlos. Wajah mungil itu sedikit pucat, tetapi masih tetap terlihat murni dan polos.Perasaan familier ini membuat hati Carlos bergetar, bibir tipisnya pun membentuk senyum. Yasmine jarang sekali melihat senyuman Carlos, apalagi senyuman semanis ini. Tiba-tiba, Yasmine merasa seberkas cahaya bersinar di depan matanya. Senyum
Mata Carlos tiba-tiba menggelap, bak dasar jurang yang siap menelan orang. Sambil menatap Yasmine, bibir tipisnya perlahan bergerak maju. Detak jantung Yasmine seketika berpacu dengan liar.Tepat pada saat itu, suara Leo tiba-tiba terdengar dari pintu. "Yasmine!"Yasmine terkejut, lalu mendadak mundur dengan wajah memerah karena malu. Yasmine yang terlalu malu untuk melihat Carlos pun berkata linglung, "Tu ... Tuan Muda Leo. Kenapa kamu ada di sini?"Semua yang terjadi barusan disaksikan Leo, membuat hatinya penuh dengan amarah dan kebencian. Namun, dia menahan sesak di dalam dada dan tidak mengungkapkannya. Leo berjalan menghampiri Yasmine dengan langkah besar, lalu berkata dengan lembut, "Aku datang karena mengkhawatirkanmu. Kamu mau mengoleskan obat pada Carlos, ya?"Melihat Yasmine mengangguk, Leo segera berkata, "Nggak baik kalau pria dan wanita melakukan kontak fisik yang terlalu intim, biar aku saja."Situasi barusan memang memalukan, detak jantung Yasmine bahkan masih tidak ter
Wajah Leo berkerut-kerut kesal. Carlos jelas memiliki niat buruk, tetapi dia melontarkan alasan yang muluk-muluk supaya Leo tidak bisa segera membawa Yasmine pergi.Leo menggertakkan gigi dan berkata, "Yasmine, aku akan datang lagi setelah aku menemukan cara untuk menjinakkan bom itu. Ini ponselku, pakai saja dulu. Aku akan pakai ponsel baru untuk menghubungimu. Kita bisa bicarakan masalah kita nanti."Dengan sikap Carlos yang tidak ramah, Leo tidak akan leluasa datang ke sini. Memikirkan hal ini, Yasmine pun mengambil ponsel itu. Carlos menatap ponsel di tangan Yasmine dengan sorot mata dalam, lalu berkata dengan dingin, "Aku ngantuk." Kemudian, Carlos mematikan lampu di kamar. Ruangan itu langsung menjadi gelap, membuat Yasmine berdiri di samping tempat tidur dengan linglung. Dia bisa saja keluar dari ruangan gelap itu sendiri, tetapi dia tidak bisa menjauh dari Jonas di saat pria itu masih terbaring tidak sadarkan diri di lantai. Bagaimana caranya dia keluar dari sini?Saat Yasmine
Yasmine langsung tersipu malu. Saat dia hendak bangun, kebetulan Carlos juga membuka matanya. Kedua mata mereka saling bertatapan di pagi dengan udara yang sangat dingin itu.Yasmine sontak panik dan mencoba menjelaskan dengan tergagap, "A ... aku nggak ....""Pagi," sapa Carlos sambil tersenyum tipis. Suaranya yang serak di pagi hari terdengar berat dan lembut, sungguh menarik hati.Yasmine tertegun dengan jantung berdebar kencang. Sikap Carlos yang begitu alami membuat kepanikannya barusan terasa tidak pada tempatnya. Dengan susah payah, Yasmine menenangkan dirinya, lalu mengucapkan satu kata pendek, "Pagi." Setelah itu, dia berdiri dengan kaku.Carlos menatap wajah merona Yasmine, lalu bertanya sambil tersenyum tipis, "Mau sarapan apa?" Lagi-lagi Carlos mengutarakan pertanyaan itu secara alami, seolah-olah mereka adalah pasangan muda yang mesra.Yasmine menjawab dengan malu, "Apa saja boleh."Tak lama kemudian, Gempita datang membawakan sarapan. Edgar yang tidur di sofa sepanjang ma
"Nona Besar Keluarga Handoyo nggak lagi menjadi faktor penentu bagi Keluarga Handoyo. Jadi, lebih baik kita nggak perlu berhubungan," ujar Yasmine.Edgar membeku di tempatnya dengan wajah pucat. Reaksi tenang Yasmine di luar ekspektasinya. Wanita itu tidak mengeluh, membenci, atau mengharapkan apa pun. Dia sepenuhnya menganggap mereka sebagai orang asing. Dia tidak peduli lagi dengan hubungan darah. Namun ...."Yasmine, aku minta maaf. Kesalahan saat itu memang tanggung jawab kami, kami sudah mengecewakanmu. Masuk akal kalau kamu nggak mau mengakui kami sebagai keluarga. Aku nggak seharusnya mengganggumu," ujar Edgar.Edgar menggertakkan giginya dengan tak berdaya, lalu melanjutkan, "Tapi ... sejak kakek diracuni, kesehatannya terus menurun. Kondisinya makin buruk dari hari ke hari dan obat pun sudah nggak berpengaruh.""Hidupnya nggak akan lama lagi." Edgar memohon, "Satu-satunya harapannya adalah bertemu denganmu lagi, Yasmine. Aku mohon, temui dia, oke?"Ketenangan Yasmine sedikit g
Setelah Carlos menyatakan hubungan antara dirinya dan Qaila sejelas-jelasnya, Qaila berkata dengan malu, sedih, dan juga tidak rela, "Carlos ... kamu nggak boleh sekejam ini padaku. Bagaimanapun, aku sudah melahirkan anakmu ....""Kalau bukan karena Matteo, kamu tidak akan bisa hidup sampai sekarang," balas Carlos dengan dingin. Kemudian, Carlos melambaikan tangannya dengan muak dan memerintahkan, "Usir dia keluar!""Carlos ... jangan, Carlos ...," ratap Qaila. tanpa menyerah. Namun, dia tidak mampu melawan kekuatan pengawal dan tetap diseret keluar dengan kasar.Suara ratapan Qaila makin lama makin jauh hingga akhirnya menghilang. Tak lama, ruangan itu kembali menjadi sunyi, tetapi jantung Yasmine justru berdegup kencang bak genderang perang.Yasmine tidak menyangka bahwa Carlos dan Qaila sama sekali tidak menikah selama empat tahun ini, melainkan sudah lama putus. Dia selalu mengira bahwa mereka adalah keluarga bahagia.Setelah mengusir Qaila, Carlos menoleh ke arah Yasmine. Matanya