Dokter keluar dari ruang rawat Riri, dengan wajah lesu."Pasien membutuhkan banyak darah, golongan darahnya B. Sedangkan stok darah di rumah sakit sedang menipis tapi masih kami usahakan. Barang kali dari pihak keluarga ada yang cocok itu lebih baik." ucap dokter.Seketika tubuh mami menjadi lemas, begitu pun dengan Kevin. Ia langsung terduduk di kursi rumah sakit. Jika darah mereka sama pasti mereka akan langsung memberikannya, tapi baik mami maupun Kevin golongan darah mereka O .Kevin mulai mencari dan menghubungi keluarga yang lainnya barang kali ada yang cocok, tak lupa ia juga mengetik status di sosial media.Hal yang sama pun di lakukan oleh mami, wanita paruh baya itu langsung menghubungi teman temannya dan juga di beberapa PMI barang kali ada stok darah yang cocok.'Urgen, di butuhkan golongan darah B untuk menantu saya. Bisa langsung datang ke rimah sakit Pelita atau bisa hubungi kontak ini terlebih dahulu.'Kondisi Riri semakin melemah, karena stok darah di rumah sakit suda
Esok hari,Dokter yang tengah memeriksa kondisi Riri segera memberitahukan pihak keluarga karena Riri kini sudah sadar. Kevin sudah di perbolehkan untuk menjenguknya namun yang lain belum boleh, jika mereka ingin menjenguk maka harus bergantian masuknya. Sebab kondisi Riri belum stabil.Selama Riri di rumah sakit, Pak Yuda dan bu Jeni juga sering bolak balik kesana untuk melihat Riri. Di dalam ruangan, Riri yang sudah sadar belum bisa berbicara. Hanya bisa menggerakan mata dan bibir saja. Kevin duduk di samping brankar Riri dan menggenggam tangan sang istri"Sayang, akhirnya kamu sadar juga. Aku sangat cemas." ucap Kevin.Riri mencoba untuk tersenyum, namun kepalanya kembali sakit, kepingan kepingan ingatan yang masih buram tiba tiba kembali muncul. Ada suara anak kecil yang menangis sambil memanggil ibu dan ayahnya."Mama , Papa." ucap anak kecil itu menangis dan meronta dalam gendongan seseorang.Kevin semakin cemas karena melihat Riri kesakitan sambil memegang kepalanya. Ia bergega
Ternyata di luar ruang rawat Riri sudah ada Joana dan juga Rian, sebenarnya merwka enggan mau masuk tapi karena terlanjur Kevin melihat mereka. Mau tidak mau akhirnya mereka menyapanya."Gue turut prihatin ya, Vin." ucap Rian sambil menepuk pundak Kevin."Terima kasih Yan, dia sudah lebih baik kok." jawab Kevin.Rasanya Rian benar benar ingin menjenguk Riri, namun dari tadi Joana memegangi tangannya seakan tak ingin berpisah. Rian hanya biaa pasrah dan ia juga takut Riri akan semakin memburuk jika bertemu dengan dirinya. Sedangkan wanita tersebut tak ingin berbasa basi atau pun menyapa Kevin.Kevin sampai geleng geleng kepala melihat tingkah Joana, kemudian ia kembali masuk ke dalam ruangan. Terlihat Riri sedang melamun, ia kembali memikirkan tentang kedua orang tua yang muncul dalam bayangannya.Riri sangat berharap bisa segera mengingat tentang masa lalunya, namun semakin keras ia mencoba untuk mengingat maka akan semakin sakit pula kepalanya."Kenapa hmm, sakit lagi?" tanya Kevin.
Riri tak berharap banyak jika pak Yuda dan bu Jeni adalah orang tua kandungnya, untuk sekarang ia hanya berharap agar cepat sembuh dan dan bertemu dengan sang anak di rumah."Apa yang akan terjadi ya, jika aku dan Joana bersaudara?" gumam Riri namun masih bisa di dengar oleh Kevin.Kevin langsung menoleh saat mendengar gumaman Riri, kemudian tertawa membayangkan Joana adalah adiknya Riri dan menikah dengan mantan suaminya.Kalau di jadikan judul sinetron pasti seru, adiku adalah istri baru mantan suamiku. Membayangkan hal itu membuat Kevin tersenyum sendiri, Riri yang melihat tingkah aneh suaminya jadi ikut tersenyum.****Bu Je i masih di rawat di rumah sakit, karena kondisinya belum stabil betul. Pak Yuda pun sangat setia menemani istri tercintanya ketika di rumah sakit."Andai saja Riri beneran anak kita ya pa, mama akan sangat bersyukur sekali pa bisa kembali di pertemukan dengannya." ucap bu Jeni sambil matanya menerawang di langit langit kamar inapnya."Iya mah, papa juga sama.
Beberapa hari berlalu,Tok tok tok!Tok tok tok tok tok!Terdengar suara ketukan pintu yang keras dan semakin cepat saja, seperti seorang rentenir yang mau menagih hutang. Ketukan pintu seperti seseorang yang sedang marah saja.Bu Dara yang sedang asik duduk sambil menonton drama kesukaannya pun merasa terganggu, pun dengan Rian yang berada di dalam kamarnya. Namun karena saking kencangnya ketukan pintu itu membuatnya keluar dari kamar."Siapa sih? ngetuk pintu rumah orang kaya mau ngajak perang aja. Ganggu orang lagi asij nonton aja." gerutu bu Dara sambil bangkit dari kursinya karena suara ketukan yang sangat mengganggu itu.Ceklek.Pintu rumah di buka dengan raut wajah masam."Benar, ini rumah Silvi," tanya seorang wanita cukup cantik dengan nada angkuh.Wanita itu adalah Zara, dengan dua orang lelaki berbadan kekar dan tinggi berada di samping kanan dan kiri seperti pengawalnya"Iya, siapa kamu?" ranya bu Dara dengan kesal karena sikap Zara dalam berucap tampak tak ada ramahnya sa
Riri termenung sendiri di dalam kamar inapnya, saat ini Kevin sedang pergi ke kantin Rumah sakit untuk membeli beberapa camilan dan air minum.Tak terasa air mata Riri menetes, ia sangat merindukan kedua orang tuanya. Namin ia tak tahu mengapa ia bisa berada di jalanan dan di temukan oleh mama Amira dan juga papa Fauzan.Entah dia sengaja di buang oleh orang tuanya atau karena alasan lain, tangisnya kembali pecah ketika mengingat hal itu.CeklekKevin kembali ke kamar inap Riri, ia terkejut mendapati Riri yang tengah menangis seorang diri. Ia segera menuju sisi tempat tidurnya dan membawa Riri dalam dekapannya."Sayang, kamu kenapa?" tanya Kevin yang masih memeluk Riri, memberikan rasa nyaman dan menenangkan."Kamu jangan menangis ya, ada aku disini. Maaf ya kalo tadi aku tinggalin kamu sendirian." ucap Kevin yang masih setia memeluk istrinya."Iya, aku nggak akan menangis lagi. Maaf tadi aku hanya teringat kedua orang tuaku."Kevin sedikit menghela napas pelan, ia tak ingin Riri terl
"Yank, kita harus kasih tahu mereka." ucap Kevin."Jangan dulu yank, aku belum siap.""Lebih baik kita bicara dulu sama mama Amira dan papa Fauzan, bagaimana pun juga mereka orang yang sudah merawat aku sejak kecil." ucap Riri lagi.Kevin duduk di samping sang istri, ia tak bisa melakukan apapun jika Riri memang belum siap. Namun benar mereka harus membicarakan ini dulu dengan orang tua asuh Riri."Hey, kalian kenapa lama sekali. Ayo kita makan malam."Mami tiba riba menyembul dari balik pintu, namun karena Kevin dan Riri masih bergeming saat ia memanggil mereka. Mami merasa aneg, sehingga menghampiri keduanya dan mencoba untuk bertanya."Ada apa?" tanya mami Maria.Kevin tak menjawab, ia hanya memberikan liontin milik Riri yang menampilkan foto pak Yuda dan juga bu Jeni waktu masih muda. Sehingga membuat mami Maria terkejut dan tidak mengerti apa maksudnya."Ini, maksudnya apa?" tanya mami."Itu adalah liontik milik Riri peninggalan dari orang tua kandungnya, Mi. Ta-tapi itu...."Awa
Pagi hari,Riri dan Kevin berniat mengunjungi Mama Amira dan juga papa Fauzan, mereka ingin mendiskusikan perihal kalung peninggalan orang tua kandung Riri.Tadinya mami Maria ingin ikut berkunjung, namun karena ada suatu hal yang mendesak, membuat wanita paruh baya tersebut tidak bisa ikut."Habis ini kalian mau langsung jalan?" tanya mami di tengah sarapan pagi mereka."Iya, mi. Supaya lebih cepat selesai dan mencari solusi yang terbaik." jawab Kevin."Maaf ya syang, mami nggak bisa nemenin kamu. Salamin buat mama papa kamu ya nak." ucap mami tulus pada Riri."Tidak apa apa mi, iya nanti Riri salamin buat mereka. Mami fokus dulu aja sama urusan mami."Mereka melanjutkan sarapan pagi mereka dengan khidmat, setelah itu mereka berpencar. Riri, Kevin dan Kayla menuju kediaman papa Fauzan sedangkan Mami Maria pergi mengurus urusannya.****Tok tok tokAssalamu'alaikumTerdengar langkah kaki menghampiri pintu"Wa'alaikumsalam, sebentar." ucap seseorang dari dalam.Ceklek"Lho, mbak Riri.
Esok menjelang, semua rencana yang telah Riri susun untuk menyembunyikan anak mereka berubah total. Pagi pagi sekali semua keluarga Riri dan orang tua Kevin sudah datang ke rumah sakit, bahkan George. Ayah kandung dari Kevin pun langsung meluncur dari kuar negri begitu dikabari jika cucunya sudah lahir dan selamat, ya kemarin setelah Riri melakukan operasi George memang sudah dikabari tapi karena ada sesuatu mendesak belum sempat ia pulang ia mendapat kabar jika cucunya tidak selamat. Ia begitu syok namun yang membuatnya kembali syok yaitu ketika Kevin kembali mengabarinya jika sang anak sebenarnya masih hidup.Tidak hanya George, tapi Maria dan juga seluruh keluarga Riri juga syok mendengar kabar itu. Awalnya Riri masih bersikeras untuk menyembunyikan fakta ini untuk sementara, tapi Kevin berhasil meyakinkan dirinya jika keamanan sang anak akan semakin terjamin jika keluarganya diberitahu sehingga semakin banyak orang yang bisa membantu menjaganya. Dan bagaimanapun juga sikecil butuh
Kevin mengurai pelukan sang istri, ia menatap wajah teduh Riri yang masih dihiasi oleh air mata. Kemudian mengecup pelan kedua kelopak mata sang istri, dan mendekapnya kembali dengan sayang."Aku minta maaf ya, terima kasih karena kamu telah memikirkan keselamatan anak kita. Maaf karena aku sudah gagal dalam menjaga kalian."Riri membalas pelukan Kevin dengan erat, hatinya merasa teduh. Ia bersyukur karena sekarang laki laki ini telah mengerti akan posisi Riri yang memang mengharuskan melakukan itu semua."Tolong ingat satu hal Ras, kalau aku sampai kapanpun gak akan pernah bisa berpaling dari kamu. Kamu dan anak anak kita begitu berharga bagiku, aku akan berusaha menjaga kalian dengan baik meski nyawaku sebagai taruhannya aku rela."Riri merasa terharu setelah mendengar ucapan suaminya, ia tak menyangka jika sang suami akan berbicara seperti itu. Lagi ia merasa sangat bersyukur bisa bersama dengan Kevin, orang yang begitu mencintai dan menyayangi dirinya serta anak anaknya."Sudah, a
CeklekSuster mendorong kursi roda Riri ke dalam ruang rawatnya, Kevin tengah menatap sang istri dengan tatapan datarnya. Namun ia tetap membantu memindahkan istrinya itu ke ranjangnya kembali, suster pergi dari sana dengan membawa kursi roda yang telah kosong."Kamu habis dari mana?" tanya Kevin khawatir."Aku cuma habis cari angin karena tadi gak bisa tidur lagi, kebetulan ada suster yang bertugas ngecek infus aku makanya sekalian aku minta cari angin." jawab Riri yang tak mau melihat ke arah Kevin, sebab ia habis menangis tadi karena bertemu dengan anaknya."Cari angin? Malam malam begini? Terus kenapa kamu gak bangunin aku aja Ras?""Emangnya kenapa? Aku gak mau bangunin kamu sebab kamu terlihat begitu kelelahan, tidurmu nyenyak banget aku jadi gak tega.""Sayang, lihat aku! Kamu habis nangis?" tanya Kevin yang memaksa Riri untuk melihat ke arahnya."Aku cuma lagi keinget semuanya saja kok." kilah Riri."Maafin aku Ras." Kevin mengira jika Riri tengah teringat dengan anak mereka
"Jadi selama ini kalian berdua bersekongkol untuk membohongiku?" tanya Riri, ia menatap nanar ke arah Kevin dan Tasya yang tampak menyesali perbuatannya."Maafkan aku sayang, aku tak bermaksud ingin menyakitimu, aku hanya ingin melindungimu." ujar Kevin sedangkan Tasya hanya menunduk."Kenapa Vin, bahkan anak kita sudah tiada. Kembalikan anakku!!!" ucap Riri dengan mata memerah."Kau sudah membunuh anakku, Vin. Aku membencimu, benci sekaliaku tak ingin bersamamu lagi." Riri menumpahkan segala emosi yang ada dalam jiwanya, ia melihat raut penyesalan dalam wajah kedua orang didepannya itu. Dia menangis sesenggukan disana, ia merasa dibodohi oleh suaminya sendiri. Ia ingin suaminya juga merasakan bagaimana rasanya menjadi dirinya."Sayanggggg...." Kevin berusaha menggapai Riri yang masih saja terus menangis. Sementara Tasya dan dokter Lucas sudah terlebihbdahulu oergi dari ruangan itu mereka ingin memberikan waktu bagi keduanya menyelesaikan masalah mereka."Pergilah, aku ingin sendiri.
Riri termenung seorang diri dibrangkar tempat tidurnya, entah apa yang membuat pikirannya begitu kacau. Usai kejadian yang baru saja terjadi diruangannya, tentang Jihan yang berusaha untuk melenyapkannya dan juga kedatangan Tasya yang menolong dirinya. Ia berpikir untuk apa Tasya menolong dirinya? Bukankah jika Tasya memang ingin merebut Kevin darinya seharusnya dia membiarkan Jihan melakukan hal tersebut kepadanya, tapi mengapa ini kebalikannya?"Apa yang sebenarnya dia rencanakan?" gumam Riri.Ceklek"Sayang?" ucap Kevin."Sedang memikirkan apa?" tanya Kevin lagi."Tak ada, bagaimana keadaan kekasihmu?" tanya Riri membuat kening Kevin berkerut."Dia bukan keka......"CeklekBelum sempat Kevin meneruskan ucapannya, pintu ruangan tersebut kembali dibuka oleh seseorang. Satu pemandangan yang sangat tidak Riri duga, ia melihat seorang dokter lelaki yang masih muda tengah mendorong kursi roda dimana Tasya duduk diatasnya."Dia?" tanya Riri bingung."Dia siapa, kok bisa sama Tasya?" tanya
DughBrukAww"Tasya." teriak Riri yang melihat Tasya terjatuh karena tendangan dari Jihan. Dia ingin menolong Tasya namun ia tidak bisa dengan cepat langsung turun dari ranjang sebab ia masih belum pulih benar.Ya orang yang telah menolong Riri dari niat jahat Jihan adalah Tasya, orqng yang dianggap sebagai rivalnya oleh Riri. Sedangkan Jihan mencoba lari dari ruangan tersebut tapi kakinya berhasil dicekal oleh Tasya menggunakan tongkatnya hingga membuatnya ikut terjerembab.Bruk"Sial!" Jihan kembali menendang Tasya membuat perempuan itu kembali tersungkur. Kemudian ia bangkit dan keluar dari sana meskipun dengan terseok seok.BrukJihan yang berpapasan dengan Kevin tak sengaja menabrak bahu lelaki itu ketika Kevin hendak masuk ke dalam ruangan sang istri, namun karena penutup hoodie itu dan posisinya Jihan menunduk sehingga membuat Kevin sedikit tak mengenali Jihan."Gimana sih jalannya." gerutu Kevin."Astaga! Ras, Tasya....Kamu kenapa?" pekik Kevin.Ia menghampiri sang istri terl
Mereka berbincang bincang didalam kamar inap Riri. Meskipun lebih dominan Pak Yuda dan Kevin saja yang berbicara, sedangkan Riri lebih banyak diamnya.Pak Yuda menyadari jika ada yang tak beres dari sikap anaknya, yang tidak seperti biasanya. Sebab ia tahu, Riri itu orangnya seperti apa. Biasanya ia pasti akan banyak tersenyum dna menimpali ucapan seseorang. Tetapi kini dihadapannya, anak itu malah memilih diam sambil melihat ke arah jendela.Sebuah satu set makanan dan juga obat yang telah terjadwalkan dari rumah sakit datang menghampiri ruangan Riri diantarkan oleh perawat yang berjaga, sesaat Riri hanya melirik makanan tersebut tanpa ingin menyentuhnya."Ini untuk jatah makanan atas nama Pasien Riani Saraswati ya Pak, beserta obatnya." ucap perawat tersebut."Ya terima kasih.""Makan dulu Ras, habis itu minum obatnya. Aku suapi." ujar Kevin.Kevin mulai menyendokkan makanan itu dan disodorkannya ke depan mulut sang istri, namun Riri hanya bergeming saja dan tak mau membuka mulutnya
Keesokan harinya Kevin terbangun dari tidurnya, beberapa hari ini ia tidur dengan posisi tidak benar membuat badannya terasa sakit semua. Ia menoleh ke arah ranjang tempat istrinya dirawat, namun ia kaget karena tak melihat sang istri berada disana.Ia segera mencarinya ke kamar mandi, tetapi tidak ada lantas ia keluar dari kamar inap tersebut berjalan melewati lorong. Ketika melewati taman, ia melihat siluet Riri tengah duduk dikursi roda dengan Pak Yuda disampingnya. Ia melihat Riri tengah menangis dipelukan sang ayah, Kevin memutuskan untuk memberikan ruang kepada sang istri supaya lebih tenang terlebih dahulu.Kevin tahu, pasti saat ini istrinya masih terpukul atas kejadian yang telah menimpa dirinya.FlashbackAdzan subuh telah berkumandang, namun agaknya Kevin enggan bangun kali ini. Riri yang tak bisa tidur kembali memutuskan untuk belajar duduk sendiri pelan pelan, ia sudah bertekad untuk bisa cepat pulih. Ia tak ingin seperti ini terus, ia harus melindungi keluarganya. Setela
"Kenapa kau terlihat terburu buru sekali, Ras?" tanya Kevin.Riri yang hendak melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat suaminya berada, harus kembali berhenti lantaran tangannya dicekal oleh Kevin.Dia ingin segera berlalu dari sana sebenarnya namun karena ditahan oleh Kevin membuatnya tak bisa kemana mana, apalagi keringat dingin telah membasahi wajahnya sekarang karena perutnya kian terasa nyeri."Kau kenapa?" tanya Kevin yang menyadari ada yang tidak beres dengan diri istrinya. Namun Riri hanya bergeming saja, dan.....BrukkTubuh Riri ambruk tak sadarkan diri, membuat Kevin semakin khawatir dengan kondisi istrinya. Apalagi melihat wajah pucat sang istri, padahal baru kemarin Riri keluar dari rumah sakit namun sekarang justru terjadi hal seperti ini.Untung saja Kevin berada disamping Riri sehingga dengan sigap ia dapat menangkap tubuh sang istri yang ambruk. Tanpa pikir panjang langsung saja ia menggendong tubuh besar Riri yang melebar berkali lipat karena kehamilannya."Ras, Sa