Riri tak berharap banyak jika pak Yuda dan bu Jeni adalah orang tua kandungnya, untuk sekarang ia hanya berharap agar cepat sembuh dan dan bertemu dengan sang anak di rumah."Apa yang akan terjadi ya, jika aku dan Joana bersaudara?" gumam Riri namun masih bisa di dengar oleh Kevin.Kevin langsung menoleh saat mendengar gumaman Riri, kemudian tertawa membayangkan Joana adalah adiknya Riri dan menikah dengan mantan suaminya.Kalau di jadikan judul sinetron pasti seru, adiku adalah istri baru mantan suamiku. Membayangkan hal itu membuat Kevin tersenyum sendiri, Riri yang melihat tingkah aneh suaminya jadi ikut tersenyum.****Bu Je i masih di rawat di rumah sakit, karena kondisinya belum stabil betul. Pak Yuda pun sangat setia menemani istri tercintanya ketika di rumah sakit."Andai saja Riri beneran anak kita ya pa, mama akan sangat bersyukur sekali pa bisa kembali di pertemukan dengannya." ucap bu Jeni sambil matanya menerawang di langit langit kamar inapnya."Iya mah, papa juga sama.
Beberapa hari berlalu,Tok tok tok!Tok tok tok tok tok!Terdengar suara ketukan pintu yang keras dan semakin cepat saja, seperti seorang rentenir yang mau menagih hutang. Ketukan pintu seperti seseorang yang sedang marah saja.Bu Dara yang sedang asik duduk sambil menonton drama kesukaannya pun merasa terganggu, pun dengan Rian yang berada di dalam kamarnya. Namun karena saking kencangnya ketukan pintu itu membuatnya keluar dari kamar."Siapa sih? ngetuk pintu rumah orang kaya mau ngajak perang aja. Ganggu orang lagi asij nonton aja." gerutu bu Dara sambil bangkit dari kursinya karena suara ketukan yang sangat mengganggu itu.Ceklek.Pintu rumah di buka dengan raut wajah masam."Benar, ini rumah Silvi," tanya seorang wanita cukup cantik dengan nada angkuh.Wanita itu adalah Zara, dengan dua orang lelaki berbadan kekar dan tinggi berada di samping kanan dan kiri seperti pengawalnya"Iya, siapa kamu?" ranya bu Dara dengan kesal karena sikap Zara dalam berucap tampak tak ada ramahnya sa
Riri termenung sendiri di dalam kamar inapnya, saat ini Kevin sedang pergi ke kantin Rumah sakit untuk membeli beberapa camilan dan air minum.Tak terasa air mata Riri menetes, ia sangat merindukan kedua orang tuanya. Namin ia tak tahu mengapa ia bisa berada di jalanan dan di temukan oleh mama Amira dan juga papa Fauzan.Entah dia sengaja di buang oleh orang tuanya atau karena alasan lain, tangisnya kembali pecah ketika mengingat hal itu.CeklekKevin kembali ke kamar inap Riri, ia terkejut mendapati Riri yang tengah menangis seorang diri. Ia segera menuju sisi tempat tidurnya dan membawa Riri dalam dekapannya."Sayang, kamu kenapa?" tanya Kevin yang masih memeluk Riri, memberikan rasa nyaman dan menenangkan."Kamu jangan menangis ya, ada aku disini. Maaf ya kalo tadi aku tinggalin kamu sendirian." ucap Kevin yang masih setia memeluk istrinya."Iya, aku nggak akan menangis lagi. Maaf tadi aku hanya teringat kedua orang tuaku."Kevin sedikit menghela napas pelan, ia tak ingin Riri terl
"Yank, kita harus kasih tahu mereka." ucap Kevin."Jangan dulu yank, aku belum siap.""Lebih baik kita bicara dulu sama mama Amira dan papa Fauzan, bagaimana pun juga mereka orang yang sudah merawat aku sejak kecil." ucap Riri lagi.Kevin duduk di samping sang istri, ia tak bisa melakukan apapun jika Riri memang belum siap. Namun benar mereka harus membicarakan ini dulu dengan orang tua asuh Riri."Hey, kalian kenapa lama sekali. Ayo kita makan malam."Mami tiba riba menyembul dari balik pintu, namun karena Kevin dan Riri masih bergeming saat ia memanggil mereka. Mami merasa aneg, sehingga menghampiri keduanya dan mencoba untuk bertanya."Ada apa?" tanya mami Maria.Kevin tak menjawab, ia hanya memberikan liontin milik Riri yang menampilkan foto pak Yuda dan juga bu Jeni waktu masih muda. Sehingga membuat mami Maria terkejut dan tidak mengerti apa maksudnya."Ini, maksudnya apa?" tanya mami."Itu adalah liontik milik Riri peninggalan dari orang tua kandungnya, Mi. Ta-tapi itu...."Awa
Pagi hari,Riri dan Kevin berniat mengunjungi Mama Amira dan juga papa Fauzan, mereka ingin mendiskusikan perihal kalung peninggalan orang tua kandung Riri.Tadinya mami Maria ingin ikut berkunjung, namun karena ada suatu hal yang mendesak, membuat wanita paruh baya tersebut tidak bisa ikut."Habis ini kalian mau langsung jalan?" tanya mami di tengah sarapan pagi mereka."Iya, mi. Supaya lebih cepat selesai dan mencari solusi yang terbaik." jawab Kevin."Maaf ya syang, mami nggak bisa nemenin kamu. Salamin buat mama papa kamu ya nak." ucap mami tulus pada Riri."Tidak apa apa mi, iya nanti Riri salamin buat mereka. Mami fokus dulu aja sama urusan mami."Mereka melanjutkan sarapan pagi mereka dengan khidmat, setelah itu mereka berpencar. Riri, Kevin dan Kayla menuju kediaman papa Fauzan sedangkan Mami Maria pergi mengurus urusannya.****Tok tok tokAssalamu'alaikumTerdengar langkah kaki menghampiri pintu"Wa'alaikumsalam, sebentar." ucap seseorang dari dalam.Ceklek"Lho, mbak Riri.
Ke esokan harinya,Riri, Kevin, Mami, Pak Fauzan dan juga Bu Amira sepakat untuk mengunjungi kediaman Pak Yuda dan bu Jeni. Untuk bersilaturahmi sekaligus mencari kebenaran tentang keluarga kandung Riri.Di dalam perjalanan Riri sudah merasa cemas, ia khawatir jika memang pak Yuda dan bu Jeni adalah orang tuanya namun mereka akan menolak Riri. Itulah yang sedang di pikirkannya, ia meremas kalung liontin yang ada di lehernya.Kalung peninggalan dari orang tuanya, yang ia pakai ketika masih kecil hingga mereka terpisahkan oleh jarak. Sungguh saat ini Riri merasa sangat resah.Kevin menggenggam tangan Riri untuk menenangkannya, seolah ia berkata bahwa semuanya akan baik baik saja. Ada aku disini. Mereka menggunakan 2 mobil.Mobil pertama ada Riri, Kevin dan juga Mami Maria yang menggendong Kayla. Dan mobil kedua ada Pak Fauzan dengan bu Amira. Sesampainya mereka di depan rumah Pak Yuda dan bu Jeni, Riri semakin cemas. Takut bahwa semuanya tak akan sesuai dengan keinginannya.Assalamu'ala
Di dalam kamar Joana yang masih kesal dengan kedua orang taunya memilih untuk rebahan saja sambil memainkan ponselnya, kemudian ia mendial nomor Rian. Ia sengaja menelvon calon suaminya itu, untuk membicarakan masalah pernikahannya. Joana agak kecewa dengan sikap ibu mertuanya yang meminta pesta besar tapi enggan untuk mengeluarkan dana.Tut tut[Halo, Yan? sibuk?][Halo, nggak Jo. Kenapa?][Yan, aku tidak mengerti jalan pikiran ibumu. Mengapa dia memintaku untuk membuat pesta besar, apa dia berpikir karena keluargaku memiliki banyak harta sehingga aku harus membuat pesta yang besar?]Joana langsung bicara to the point, ia merasa begitu kecewa saat bu Dara neminta pesta besarnan mewah namun ia enggan untuk mengeluarkan uang.Rian yang awalnya tak mengerti lama lama ia menjadi paham, jika semuanya adalah ulah ibunya. Ia merasa malu dengan sikap sang ibu.[Maafkan ibuku ya, aku sama sekali tidak tahu akan hal itu.][Meminta maaf itu perkara mudah Yan, tapi tolong jangan diulangi lagi. J
Om Tio sudah sampai di kediaman Silvi beberapa menit yang lalu, tapi bu Dara belum juga pulang ke rumah. Silvi sudah bicara pada om Tio bahwa ibunya sedang ke rumah pak Rt dan juga memanggil pak Ustad yang akan menikahkan mereka, juga beberapa warga yang akan menjadi saksi pernikahan mereka.Assalamu'alaikumWa'alaikumsalamTernyata bu Dara sudah pulang, dan benar saja bu Dara membawa pasukan yang akan menjadi saksi pernikahan antara Silvi dan juga Tio."Tante, maksud kedatangan saya kesini adalah untuk menik_""Iya ya, saya paham lebih baik kalian menikah saja sebelum pergi." potong bu Dara.Tio dan Silvi saling pandang, mereka heran apa maksud bu Dara itu"Benar pak, lebih baik kalian menikah saja sebelum pergi ke luar kota karena disana kan lumayan lama dan daripada nantinya berzina lebih baik kalian menikah." ucap Pak Ustad.Silvi dan Tio akhirnya mengangguk paham, rupanya itu alasan yang diberikan oleh bu Dara untuk dapat menikahkan mereka berdua.Akhirnya kini Silvi dan juga Tio