“Ky, jangan di ganggu.” Arial berjalan mendekati Rocky yang baru akan masuk ke ruang Rehabilitasi Medik.
Rocky melepas handel pintu, “Bolehnya lo doang yang ganggu dia?” “Mau ngomong apa?” Rocky menunjuk ruang tunggu di pojok depan. Ia berjalan lebih dulu kesana, “Gue mau buat perhitungan sama lo.” “Perhitungan apa?” tanya Arial sambil menjatuhkan diri di kursi. Menatap Arial yang berwajah keras membuat Rocky mati kutu sendiri. Ia jelas tahu persis seperti apa amarah sahabatnya. Ia duduk disebelahnya, “Gue udah tahu Keyla bukan adik sepupu lo.” “Hm. Udah saatnya lo tahu juga.” “Santai banget. Lo gak merasa bersalah sama sekali atas apa yang lo lakuin sama Keyla?” “Ky, kalo lo kesini cuma buat ngomong ini gue mending balik dan tidur seharian. Akan percuma gue buat pembelaan apapun juga, lo gak akan pernah dengerin gue.” Arial bangkit. “Gue tadi sengaja nguping pembicaraan tante Puri sHari senin ini Keyla mulai ko-as. Meski ia harus berbeda kelompok dengan Jasmine, Cika dan teman lainnya, ia tak masalah sama sekali. Karena kondisi kesehatannya baru pulih, dan atas kesepakatan bersama antara ia, papa, dan ketua pelaksaan praktek klinis, ia harus memulai semuanya dari awal berbarengan dengan kelompok barunya.“Kamu udah siap?” tanya Arial saat mereka baru sampai parkiran basement.Keyla mengangguk, “Siap.”“Bagus. Apapun gosip yang kamu denger kamu gak perlu hiraukan. Fokus aja sama tugas kamu sebagai dokter muda di stase Obgyn. Nanti kita ketemu di poli.”“Oke, kak.”Arial mengacak-acak rambut Keyla gemas, “Semangat ya.”“Kakak juga.”Mereka keluar dari mobil bersamaan. Tapi Keyla berjalan lebih dulu karena enggan menjadi bahan gosip baru saat hari pertama ko-as. Ia berlari mengejar lift bsement yang belum tertutup dan masih muat untuk beberapa orang lagi.“Pagi, dok.” sapanya pada dua
Keyla mengikuti Arial untuk melakukan visit konsulen ke ruang bersalin bersama teman kelompoknya yang lain. Ia sudah membawa catatan seperti biasa. Tadi, saat menunggu Arial selesai operasi darurat, teman-teman kelompok barunya terus menyindir dengan kata-kata tidak sopan. Keyla terus dipojokkan dengan keadaan ia sendiri tidak tahu ada berita apa mengenai dirinya sehingga ia terus mendapatkan gunjingan itu. Untungnya Arial cepat datang sehingga mereka langsung diam tak berkutik. “Keyla, apa yang disebut kehamilan Aterm?” tanya Arial saat mereka berjalan menuju ruang bersalin. “Ehm, kehamilan ideal yang matang dengan waktu kehamilan tiga puluh tujuh sampai empat puluh minggu.” “Bagus.” Arial melirik anak koas lain, “Apa itu kehamilan Postterm?” Mereka saling lirik. “Belajar lagi ya.” Arial membuka pintu ruang bersalin dan menghampiri ranjang pertama, “Gimana bu kondisinya hari ini?” “Baik, dok, ta
Keyla menangis sejadi-jadinya membaca banyak komentar di web rumah sakit saat fotonya tengah memeluk papa tersebar disana. Tidak lupa foto-fotonya yang sedang berpelukkan dengan Qairo, Rocky dan Arial, beserta rekaman suara terkutuk itu. “Kak, aku... gak kuat lagi.” Keyla menutup laptop Qairo yang digunakan untuk melihat berita panas itu. Qairo memeluk Keyla, “Yang tenang, ya, Key, kita akan cari pelakunya sampe dapet.” “Heu heu heu. Siapa yang tega posting itu? Kasian papa. Papa pasti kaget lihat ini.” Rocky dan Qairo bertatapan. Keyla menangis karena memikirkan pak Prasetyo? Pintu ruangan Qairo yang terbuka membuat Arial bisa langsung masuk, “Key, kita pulang sekarang.” Keyla langsung berdiri dan menatap Arial, “Kak, papa gak papa ‘kan? Penyakit Jantung papa gak kambuh ‘kan?” “Papa gak papa. Justru papa khawatirin kamu. Kita pulang. Aku udah koordinasi sama ketua pelaksana ko-as, katanya lebih baik kamu i
Keyla baru saja kembali ke kamar setelah menemani papa sampai tertidur sehabis minum obat Jantungnya. Ia tak menyangka papa akan mendapatkan banyak telpon dari para petinggi rumah sakit, pemilik saham, dan rekan bisnisnya yang menanyakan status keberadaan dirinya. Hampir semua orang percaya bahwa ia adalah sugar baby papa. Sejujurnya meski sedih ia merasa tidak bisa terus-terusan menangis dan bersedih, karena ia memilki banyak orang-orang yang harus lebih dipedulikan. Contohnya ya papa dan bu Fatma. Menurutnya cepat atau lambat bu Fatma pasti akan tahu mengenai gosip itu dan beliau pasti sedih mengetahuinya. Keyla melotot ketika melihat Arial meringkuk dikasur, “Kak!” Arial tak bersuara dan bergerak sama sekali. “Kok tumben sih tidur di kasur?” “Kasur-kasur aku.” jawab Arial tanpa membuka matanya. Keyla menaikkan bibir atasnya kesal. Ia berdiri mengambil bantal dan bantal guling karena merasa masih kesal pada Arial.
Semua sudah duduk di meja makan untuk sarapan. Keyla yang sedari pagi buta sudah bangun terus melirik Arial yang baru bergabung dengannya dan papa. “Apa?” tanya Arial sinis. Keyla tak menjawab. Ia membawa dua telur rebus dan menaruhnya dekat piring Arial yang terisi beberapa Pancake dan potongan buah Strawberry serta Blueberry, “Bukain.” “Kamu banyak banget sih makan telur rebusnya. Nanti kentut terus tahu, bau!” Papa tertawa. “Cuma dimintain tolong bukain kulit telur aja susah banget.” “Bukan susah, tapi kamu ‘kan udah makan satu telur rebus dan Pancake. Kamu gak kenyang?” “Aku masih menstruasi. Dokter kandungan macem Beruang kutub ini mana ngerti sih kalau lagi menstruasi itu bawaannya laper terus?” “Bawa-bawa profesi terus ngeledek lagi, gak tahu malu banget sih!” “Makannya bukain!” “Iya-iya, Beruang kecil!” Keyla mendorong tubuh Arial, “Ih, nyebelin banget sih
Selama berkumpul dengan tim Pengacara rumah sakit dan Pengacara yang disewa secara pribadi oleh Arial, Keyla terus diam dan membuang mukanya. Ia hanya menjawab pertanyaan pendek yang diajukan padanya. Tadi sebelum Arial menjawab pertanyaan Keyla, tim Pengacara rumah sakit datang. Arial merasa lega karena tidak perlu membahas itu lagi, apalagi disana ada Cika dan Indira. Ia merasa kurang nyaman membahas hal semacam itu didepan orang asing. “Kalau menurut saya yang paling mudah mengungkap siapa dalang dalam postingan itu di web, kita harus menyewa IT, pak. Dengan begitu kita akan tahu alamat IP pengguna ponsel. Dan tentu saja kita akan tahu itu milik siapa.” salah satu Pengacara memberi saran. “Apakah hal tersebut sudah pasti akan ketahuan siapa pelakunya?” tanya papa. “Iya, pa. Karena dari postingan bapak dengan Keyla, saya yakin si pengunggah ini adalah perempuan. Kenapa? Karena dari caption yang dibubuhkan itu mengarah pada bahasa sehari-
Keyla mencuci tangannya di westafle ruangan papa. Ia yang baru selesai menangis enggan menatap cermin dihadapannya. Ceklek. “Key, aku mau ngomong.” Keyla mematikan keran, dan menatap Arial di cermin, “Soal apa?” “Soal... Sarah.” Keyla membalikkan badannya, “Itu ‘kan hak kakak.” “Aku cium dia berharap setelah itu dia bisa terima cinta aku. Ternyata sama aja, ditolak.” “Terus kenapa kakak minta maaf sama aku?” “Aku... ngerasa bersalah.” Keyla menatap Arial yang menunduk, “Aku gak masalah. Tadi pagi aku cuma kaget. Yang penting papa gak tahu, jadi semuanya aman.” Arial masuk ke dalam toilet. Ia memegang kedua bahu Keyla, “Kita mulai semuanya dari awal, oke? Aku akan lupain Sarah dan kamu lupain Qairo. Bukan karena tante Puri gak suka, tapi buat aku.” Keyla menatap Arial serius. “Gak ada salahnya kita mencoba ‘kan?” Keyla tak menjawab. Ia melepa
Setelah tidak ada lagi yang bicara, Keyla membalikkan badan meninggalkan Qairo. Ia memainkan ponselnya dan membatalkan makan siangnya dengan Cika. Ucapan Qairo membuatnya tidak semangat makan. Ia kembali masuk ke ruangan papa. Disana ia melihat papa sedang duduk dan bicara dengan Arial di sofa. “Key, udah makan siangnya?” “Cika gak bisa makan siang bareng, pa, dia sibuk.” bohong Keyla. “Oh ya sudah, makan disini aja. Sebentar lagi makanan datang.” Keyla mengangguk dan duduk disamping papa. Ia membuka topi dan menyimpan tas selempangnya di meja. Papa dan Arial tidak menangkap ada yang berbeda dari Keyla. Mereka pikir Keyla murung hanya karena tidak jadi makan siang bersama Cika. “Key, papa tadi bicara sama kak Arial. Kita... lagi berunding untuk menyelesaikan kasus yang sedang terjadi soal rekaman suara itu.” Keyla menatap papa, “Gimana pa, cara menyelesaikannya?” “Tapi kamu mau ‘kan?” “Mau apa?” “Menyelesaikan masalah itu.” Keyla mengangguk, “Aku udah memutuska