Share

Sebuah Janji

Penulis: JolaSky
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-24 20:34:39

"Uwek!! Uwek!! Akh! Astaga." 

Entah sudah berapa kali Nova berusaha mengeluarkan sesuatu yang mengganjal di perutnya. Rasanya tak nyaman tiap kali hidungnya mencium aroma yang mengganggu. 

Nova memandang dirinya sendiri dari pantulan cermin di depannya. Beberapa titik bagian tubuhnya sudah mengalami perubahan besar sejak mengandung calon anak pertamanya dengan Angga. 

Usia kandungannya sudah memasuki bulan kesembilan, waktu yang sangat ditunggu-tunggu olehnya sebelum janin berjenis kelamin perempuan itu lahir ke dunia. 

Dengan langkah yang terasa berat, juga kepala yang masih pening Nova berjalan menuju tempat tidur.  

"Kamu muntah-muntah lagi? Sudah kubilang periksakan ke dokter. Keras kepala sekali," ucap Angga yang sedang berjibaku dengan pekerjaannya. Tanpa melihat ke arah Nova, mulut Angga dengan mudahnya mencibir. 

"Aku sudah konsultasi dengan dokter via chat, dokter bilang ini wajar." Nova tidak ingin mengibarkan bendera perang di tengah kondisinya yang melemah. Tenaga hampir habis untuk memuntahkan semua isi perutnya namun Angga malah memojokkannya. 

Memang benar, pernikahan tak hanya cukup diisi oleh cinta. Empati dan usaha untuk saling mengerti satu sama lain harus menjadi bumbu dalam pernikahan itu sendiri. 

Mengenaskan, Nova bahkan tidak memiliki satupun diantara tiga unsur dalam pernikahan itu. 

"Kurangi keras kepala dan sifat pembantah mu itu. Kamu sedang mengandung anakku, jika sampai terjadi sesuatu dengannya, aku tidak akan memaafkanmu," tegas Angga, mengalihkan pandangannya ke arah Nova yang sudah bersandar di kepala ranjang. 

"Bukankah kamu memang tidak pernah memaafkanku?" Nova mencibir. 

Deg!

Pergerakan tangan Angga di atas dokumen penting miliknya terhenti. Nova memukau pria itu dengan tatapan nanar dan penuh luka trauma. Di pernikahan mereka yang menginjak bulan ke sepuluh, tidak pernah sedikitpun Nova merasakan kebahagiaan layaknya seorang istri pada umumnya. 

Angga selalu bersikap sinis dan bermulut pedas pada Nova. Mungkin, nama Angga akan menjadi satu-satunya penyebab luka batin yang dirasakan olehnya. 

Mendengar kalimat sang istri, Angga terkekeh, "kamu memang tidak pantas mendapatkan kata maaf. Kalau tidak menikah denganku, nama baik keluargamu yang hampir tercoreng itu tidak akan bisa dikembalikan lagi. Bagaimana kalau semua kolega ayahmu tahu kalau putri tuan Hadinata adalah seorang pembunuh?"

Sebelah sudut bibir Angga terangkat, senyum kejam dan menakutkan seketika membuat bulu roma Nova berdiri. Ia tidak pernah menyangka akan dipertemukan oleh jelmaan iblis berkedok pengusaha tampan seperti Angga. 

Keberanian untuk membela diri meluap seketika saat Angga memberikan isyarat pada Nova untuk tak memberikan perlawanan.

"Aku sudah menyuruh asisten rumah tangga untuk menyiapkan gaun dan riasan untukmu. Jangan lupa, malam ini kita akan menghadiri pesta ulang tahun kolegaku," ujar Angga. Pria itu bangkit dari kursi kebesarannya merampas jas yang tersampir di sana dengan kasar lalu pergi meninggalkan Nova sendiri di kamar.

Kepergian Angga meninggalkan perasaan lega dalam benak Nova, bersama pria itu suasana kamar bagaikan neraka. Masih untung hari ini Angga disibukkan dengan banyak pekerjaan sehingga Nova tak harus melayani kebutuhan ranjang pria itu setiap tiga jam sekali. 

Gila! Ini memang terdengar gila!

Angga yang seorang Hypersex tidak akan pernah peduli kondisi sang istri. Nova diwajibkan untuk selalu sigap melayaninya, bahkan dalam kondisi perut yang semakin membesar.

Tiap kali mengingat bagaimana Angga memperlakukannya, batin Nova tersiksa. Kamar ini menjadi saksi bisu berapa banyak tangisan yang ditumpahkan Nova saat meratapi nasib percintaannya yang sial. 

Belum lagi, tuntutan untuk selalu tampil sempurna di depan semua orang. Persona sebagai istri seorang Savangga Danuel yang bahagia dengan rumah tangga harmonis. Adalah label yang sudah melekat erat dalam diri Nova sejak sepuluh bulan ke belakang. 

Tok! Tok! Tok!

Lamunan Nova seketika buyar, seseorang di balik pintu kamar mengacaukan sesi mengasihani diri sendiri yang sedang Nova lakukan. 

"Masuk."

"Permisi Nyonya, mohon izin untuk menyiapkan gaun dan riasan untuk acara nanti malam. Tuan Angga sudah–"

"Tolong letakkan di sana saja," sela Nova menunjuk ke arah sudut ruangan tempat ruangan wardrobe berada. "Kamu boleh pergi sekarang." 

"Baik, Nyonya." Tanpa banyak kata sang asisten rumah tangga bergegas menyelesaikan perintahnya lalu pergi dengan penuh hormat.

Nova tidak ingin larut dalam kehidupan yang penuh siksaan batin seperti sekarang. Sepuluh bulan memang bukanlah waktu yang lama, tapi bagi Nova semua ini bagaikan sudah ia lewati bertahun-tahun lamanya. 

Gerakan kecil di perut sontak mengalihkan perhatian Nova. Agaknya, si bayi dalam kandungannya mengerti kalau Nova sedang tidak baik-baik saja.

Sambil mengelus perutnya yang buncit Nova berkata, "maafin mama ya, sayang. Mama dan papa memang tidak saling mencintai, tapi mama berjanji, mama dan papa akan memberikan kasih sayang dan cinta sepenuhnya padamu. Memberikan kehidupan yang layak dan membahagiakan kamu. Jangan khawatirkan mama, mama bisa melewati ini semua selama kamu sama mama."

Seolah mengerti dengan ucapan Nova, gerakan janinnya semakin brutal. Sesekali Nova meringis kesakitan kala kaki-kaki mungil bayinya tercetak jelas di permukaan perutnya yang mulus. 

Di balik banyaknya kepahitan yang harus Nova telan, terselip sebuah anugerah Tuhan yang paling indah. Kehadiran janin di dalam kandungan Nova adalah satu-satunya harapan dan semangat tiap kali Nova hampir kehilangan kewarasannya saat menghadapi Angga. 

Perlakuan pria itu di depan kamera dan para kolega, dengan perlakuannya terhadap Nova di balik layar bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda. 

Entah sampai kapan Nova harus menelan racun kehidupan berupa pernikahan ini. Nova tidak punya pilihan, melepaskan menjadi beban, bertahan bagai tawanan.

Nova memutuskan untuk menyudahi kesedihannya dan beranjak dari tempat tidur. Jam di dinding menunjukkan pukul enam sore, dalam waktu satu jam kedepan, Nova harus sudah siap dengan penampilan yang mampu memukau banyak mata. 

Kecantikannya tak jarang membuat banyak kolega wanita Angga iri, dan hal itu tentu semakin membuat sang suami besar kepala. 

"Seharusnya kamu yang merasa beruntung karena telah mendapatkan istri sepertiku. Andai saja aku tidak berada di kos Andre malam itu, mungkin hidupku tidak akan pernah terjerumus ke dalam neraka seperti sekarang!" gumam Nova merutuki kilasan bayangan-bayangan kesombongan Angga yang melekat di kepala. 

Saat membuka kotak berisi gaun malam yang akan ia pakai, Nova menemukan secarik amplop berwarna biru di sisi gaunnya. Tidak ada yang menarik dari amplop itu. Sehingga Nova memilih untuk mengabaikannya. 

"Mungkin hanya kartu ucapan seperti biasa, sebaiknya aku tidak perlu terlalu memikirkannya," ucap Nova sambil berlalu meninggalkan ruang rias menuju ruang ganti. 

Nov harus mempersiapkan diri dan menjadi tamu paling berkelas diantara deretan istri pengusaha-pengusaha tersohor lainnya. Jika tidak, Angga akan memberikan hukuman sekaligus mimpi buruk untuknya malam ini.



Bab terkait

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Haus Pujian

    Jika bisa memilih nasib, tentu hidup Nova saat ini bukanlah hidup yang Nova inginkan. Bayangan masa lalu masih seringkali menghantuinya. Entah sampai kapan perasaan takut dan bersalah itu akan mengisi hari-hari Nova, ia sudah pasrah dengan hidup yang harus dijalani."Kamu mau menguji kesabaranku berapa lama lagi?" Suara tinggi Angga menggema di seluruh penjuru kamar. Pria itu berdiri di ambang pintu dengan dua tangannya bersedekap di depan dada.“Aku sudah selesai,” jawab Nova lantas bangkut dari kursi meja rias yang ia tempati.Dress putih polos dengan pita berukuran besar di bagian pundak Nova membuat penampilan wa

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Suami Idaman

    Nova menyeret Angga ke sisi ruang yang lebih sepi dengan langkah hati-hati. Gaun panjangnya ternyata cukup membatasi pergerakannya di tengah orang-orang yang menghadiri pesta.Di belakangnya Angga sama sekali tidak memberontak.“Sejak kapan kamu merencanakan hal gila itu?” Seloroh Nova tanpa basa-basi.“Rencana apa maksudmu?”“Pesta kelahiran anak kita? Kamu bahkan tidak memberitahuku untuk hal itu, Angga.”Nova frustasi. Ia pikir, setelah kelahiran anak mereka nantinya, Angga akan memberikan sedikit r

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Hukuman Yang Membawa Petaka

    Nova terperangah saat kaitan tangannya di bisep Angga dienyahkan begitu saja ketika mereka sudah sampai di rumah.“Jangan lupa diri. Aktingmu sudah berakhir,” ujar Angga sinis kemudian melangkah lebih dulu memasuki rumah. Para pelayan menyambut kedatangan mereka dengan dua buah baki berisi selop rumahan untuk bos mereka.“Aku hanya sedang menyeimbangkan langkahku. Memakai dres panjang ini dalam keadaan hamil besar itu menyiksaku,” Nova membalas sembari bernafas lega.Di rumah, Nova tidak perlu khawatir aktingnya akan dikuliti oleh para pelayan karena sebelum mereka dipilih dan memilih untuk mengabdikan diri mereka untuk Angga, s

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Antara Dua Nyawa

    Nova baru pertama kali merasakan sakit yang begitu menghujam. Mulas menjalar di sekujur tubuhnya hingga ke punggung. Pikiran negatifnya semakin menjadi saat mendengar suara Angga yang naik satu oktaf disusul dengan cairan dingin turun dari area sensitifnya. "Awh, Angga. Awh! Sakit," ucap Nova meringis kesakitan. Sprei yang mengalasi kulitnya dengan tempat tidur menjadi pelampiasan Nova melepas sakit. "Kita ke rumah sakit sekarang!" Angga bergegas melepaskan belenggunya dari Nova. Terdengar panik menyusuri sudut kamar menuju lemari pakaian. Sakit semakin menjadi. Separuh tubuh Nova perlahan melemas seolah nyawanya sudah diujung kepala. Ruangan besar berukuran 5x6 meter itu terasa seperti sebuah gudang dengan kadar oksigen rendah, menyesakkan dada. Setengah kesadaran Nova masih bisa meraba pergerakan Angga yang panik melihat darah semakin mengalir deras dari pahanya. "Bangun perlahan, darahmu semakin banyak." Hampir saja Nova terjengkat kaget mendengar nada bicara Angga yang semak

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-27
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Permintaan Bukan Untukku

    “Tuan Angga, semua urusan administrasi dan media sudah saha urus.” Angga berdiri mematung di depan pintu ruang UGD dengan raut wajah datarnya yang khas. Aldo—tangan kanan pria itu melangkah gagah mendekat ketika melihat tuannya.“Pastikan tidak ada satu media pun yang tahu masalah ini. Jikapun ada kebocoran informasi, persiapkan jawaban paling masuk akal,” perintah Angga, tak mengindahkan laporan Aldo untuknya.“Baik, tuan.” Angga kembali ke mode diamnya. Aura kekuasaan yang selalu menyelimuti pria itu perlahan terkikis dengan kegelisahan yang mulai bisa diraba oleh sang asisten. Sorot mata Angga sendu, seolah ia sedang mempertaruhkan sebuah hal paling penting dalam hidupnya. Antara hidup dan mati Angga tengah digadaikan demi menebus sebuah ancaman kehilangan.“Tuan, apakah mau aku belikan kopi untuk sedikit penenang?” tanya Aldo ikut gusar. Melalui ekor matanya, Angga mengamati sosok di sampingnya, “jangan bertingkah seolah kamu dekat denganku. Jelaskan padaku hasil kerjamu hari

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Permintaan Pertama dan Terakhir

    Nova tidak menyangka kelahiran bayinya akan lebih cepat dari perkiraan dokter. Ditambah lagi dengan cara yang tak pernah ia inginkan sebelumnya. Calon ibu mana yang tidak khawatir jika kelahiran anaknya disambut dengan adegan menegangkan antara hidup dan mati? Sepanjang iringan brankar yang ia tempati menuju ruang UGD, hati Nova terus bergemuruh dibalut kekhawatiran dan berbagai pikiran negatif yang menjajah pikirannya. Masih terasa jelas bagaimana cairan merah itu terus mengalir di antara kedua kakinya. Membuat Nova hampir tak bisa mempertahankan kesadarannya. Rasa sakit di sekujur tubuhnya tak bisa mengalahkan kegelisahan yang membelenggu Nova saat ini. Sayup-sayup pendengarannya masih menangkap suara suster yang terus berusaha membuat Nova dalam keadaan terjaga. Namun, Nova hanya manusia biasa yang bisa kalah dengan keadaan kapanpun. “Angga..” cicitnya lemah. Berharap pria yang turut mendorong tempat tidurnya sedikit peka akan kesakitan yang ia rasakan. Sayang seribu sayang, h

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-30
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Celvasea

    Tidak pernah terpikirkan oleh Nova sebelumnya akan melewati masa-masa kritis sebelum resmi menjadi seorang ibu. Pertarungan antara hidup dan mati seolah digadaikan di ujung nadinya. Bayi mungil berjenis kelamin perempuan dalam gendongannya kini, setidaknya melengkapi hidup Nova yang tidak diselimuti kebahagiaan sejak menikah dengan Angga.“Kamu cantik sekali, sayang,” ucap Nova. Dua jam setelah kelahiran bayi itu, seolah menjadi babak baru hidupnya yang mulai dipenuhi harapan. “Parasmi persis sekali dengan papamu. Ternyata kamu memang mewarisi segala lekuk dan sudut papa. Kalau begitu, mama beri kamu nama…” “Celvasea.” Ucapan Nova tertahan ketika sebuah nama terlontar dari mulut seseorang yang suaranya tak asing terdengar. Angga, masuk ke ruang rawat VIP yang ditempati oleh Nova saat ini. Sikap angkuhnya tak pernah luntur. Meski di hadapan istri dan anaknya kini, pria itu tetap melangkah sambil membusungkan dada. “Aku sudah memutuskan nama depannya. Kamu hanya boleh memberikan sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-31
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Tawaran Istri Ketiga

    Pria berumur akhir empat puluhan itu mendekati Nova dengan kerlingan mata jahilnya. Entah darimana Pak Jhony bisa mengetahui keberadaannya di sini. “Terima kasih sudah datang menjengukku, Pak Jhony. Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot,” ucap Nova. Ia menyembunyikan ketakutan sekaligus kekhawatiran jikalau kedatangan Pak Jhony akan mengancam keselamatan Celva. Entah apa yang membuat Nova begitu tak menyukai pria yang digadang-gadang sudah memiliki dua istri itu. Setiap kali berhadapan dengannya, firasat Nova selalu mengisyaratkan untuk tidak mengenalnya terlalu dekat. Sebuah parcel buah diletakkan di atas nakas samping brankar Nova. Nova ingin menjaga jarak namun kondisinya yang lemah tak memungkinkannya untuk bergerak kemanapun. Rasa kekhawatiran Nova semakin besar ketika Pak Jhony tiba-tiba mengulurkan tangannya hendak mengelus puncak kepala Celva. Refleks Niva tentu langsung bekerja cepat dengan memundurkan tubuhnya.“Kenapa kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01

Bab terbaru

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Negosiasi Rasa

    Kata orang, cinta juga bisa datang terlambat. Sama halnya seperti momen ini. Momen dimana sekujur tubuh Nova mematung saat berhadapan dengan sosok yang menghujam hatinya dengan kerinduan mendalam. Otaknya terasa mati karena Nova tidak bisa mendeteksi perintah apapun dari sana. Sedang Nova bergeming, ada sosok yang kini menatapnya penuh harap. Sosok itu berdiri tegak. Setegar karang yang tak jera menghantamnya dengan gelombang. Banyak cara Nova lakoni untuk menghabiskan keberanian Angga agar tak lagi menemuinya. Berharap dengan memupuk benci, hal itu akan membuat jarak diantara mereka semakin panjang. Sayang, yang terjadi justru kebalikannya. Angga lantang menerabas gelombang, hingga sebagian kecil dari dirinya enyah. Tidak lagi Nova lihat sorot angkuh di mata Angga, pun gestur cinta berlebihan terhadap diri sendiri pada pria itu. Berat Nova mencoba untuk menelan ludah, tapi, Angga justru mulai kembali bersuara. “Aku tahu ini keterlaluan. Tapi aku mohon, kali ini kita bicarakan dar

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Mejemput Asa

    Secarik kertas di tangan Angga konsisten membuat pikiran pria itu terus berputar. Di dalam kursi pesawat, pemandangan kota-kota kecil di bawah sana sama sekali tidak menarik minat Angga untuk beralih sedetikpun dari kertas itu. “Kau sudah menatap kertas itu hampir satu jam lamanya, Tuan. Apa kau tidak ingin melihat pemandangan indah di luar jendela itu?” Suara Chris membuat Angga mendongak. Ia menatap sang asisten dengan sorot jengah seraya menghembuskan napas berat. “Kapan pesawat akan landing?” tanya Angga. Responnya sangat jauh dari konteks obrolan yang dibangun oleh Chris. “Bukannya ini sudah dua jam?” “Kurang lebih lima menit lagi kita mendarat, Tuan. Bersabarlah, kesabaran akan berbuah manis,” jawab Chris. Pria itu kembali memandang lurus ke depan. Dimana para pramugari tengah sibuk memberikan peringatan untuk mengencangkan sabuk pengaman. Angga kembali berkutat pada pikirannya. Bayangan ekspresi wajah Nova berubah-ubah di sana sesuai dengan asumsi-asumsi yang Angga ciptakan

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Sebuah Petunjuk

    Sudah satu minggu lamanya, Mario menetap di hotel yang sama dengan Nova. Menjadi garda terdepan bagi nova tanpa diminta. Sore ini langit cukup cerah namun perlahan beranjak mengabu sebelum matahari benar-benar pamit dari altarnya. Mario bangkit dari sofa, diikuti sang asisten di belakangnya. “Kau sudah dapat informasi yang aku minta?” tanyanya sambil melangkah menuju mini bar di sudut ruang santai. “Sudah, Tuan. Saya dihubungkan oleh asisten beliau yang kebetulan sedang berada di Korea saat ini. Menurut informasi, Pak Angga sedang sakit.” “Sakit?” Mario mengulang. “Iya, Pak. Saya sudah coba mencari tahu tentang penyakit beliau, tapi Asisten pribadinya tidak bersedia memberi informasi detail.” “Tapi, kau sudah lakukan apa yang aku minta ‘kan?” Sang asisten mengangguk mantap. “Sudah, Pak. Beliau bersedia untuk bertemu malam ini jam tujuh.” Melihat pemandangan di luar jendela besar kamar hotelnya, Mario beralih pada arloji di tangan. “Sudah pukul enam. Kita berangkat sekarang saj

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Jauh Rindu, Dekat Tabu

    Lampu remang-remang di dalam klub malam di tengah kota Seoul ini membatasi pandangan Chris yang masuk ke dalamnya. Muda-mudi berlenggak-lenggok di lantai dansa. Di bawah lampu sorot mengikuti irama musik beat yang menggila. Pandangan Chris mengedar ke segala penjuru. Ia langsung bergegas dari bandara ke sini setelah menghubungi Angga. Kabarnya, pria itu berada di sini, namun sampai sekarang Chris belum menemukan petunjuk tentang keberadaan bosnya. Pergerakan Chris di tengah kerumunan orang-orang yang berdansa, menarik perhatian beberapa wanita di sana. Sesekali terdengar mereka mencoba menggoda Chris dengan panggilan-panggilan nakal. “Hai, tampan. Kau sendiri saja?” Seorang wanita mendekati Chris. Dua bingkai lensa di mata Chris ia koreksi saat berhadapan dengan wanita itu. “Kalau kau datang sendiri, aku mau menemani,” ucap wanita itu lagi. Rambut panjangnya sengaja dikibaskan di depan wajah Chris. Aroma bunga menguar setelahnya. Jelas, wanita itu sedang berusaha untuk menarik perh

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Realita Yang Disanggah

    “Bagaimana bisa Anda membiarkan orang dengan kondisi mental yang terganggu, bepergian sendirian bahkan, mengurus bayi? Apalagi Anda bukan suaminya.” Seorang pria paruh baya dengan seragam kepolisian menginterogasi Mario dengan segerombol pertanyaan. Ia menghela napas panjang, hendak menyela ucapan sang polisi namun pria itu terus berceloteh, tidak memberikan kesempatan bagi Mario untuk menjelaskan. “Anda tahu ‘kan? Apa yang Anda lakukan bisa disebut sebagai bentuk kelalaian dan berpotensi menyakiti orang lain.” “Saya paham, Pak. Itu mengapa saya ada di sini sekarang. Saya akan menebus Nova dan mengikuti prosedur hukum yang berlaku. Tolong beri sedikit keringanan untuk Nova. Bagaimanapun dia masih punya tanggung jawab untuk mengurus anaknya yang masih bayi,” ucap Mario panjang lebar. Tidak akan ia sia-siakan kesempatan untuk bicara. Tujuannya saat ini adalah membebaskan Nova dari hukuman paling berat. Mario mengikuti semua prosedur hukum yang berlaku atas pelanggaran yang Nova laku

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Berpapasan

    Kesibukan terlihat padat di pintu kedatangan Bandara Incheon. Seorang pria mengenakan setelan jas lengkap berwarna keabuan menarik beberapa mata di sana. Di balik kacamata hitam yang nangkring di hidung mancung pria itu, ada sepasang mata yang awas mengintai pergerakan seseorang dari arah lain bandara. Seorang wanita, dengan stroller bayi menemaninya duduk di ruang tunggu menuju pintu keberangkatan. Tujuannya bertolak belakang dengan kedatangan pria tadi. Pria itu melirik arlojinya, tiga puluh menit lagi seluruh penumpang jurusan penerbangan domestik lepas landas. Pria itu bergegas mendekati sang wanita. Dengan penampilan, tidak, ketampanannya yang sedikit mencolok dan menarik perhatian, Chris–pria itu–mendekati targetnya. “Selamat pagi, Nyonya.” Wanita berambut panjang, dengan iris mata hazel yang indah itu mendongak. Dahinya berkerut pun dengan kedua matanya yang memicing. Mencoba menilik sosok asing di depannya. “Ya? Anda siapa?” tanyanya. Ada sedikit getaran dalam suaranya.

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Kunci yang Terbuka

    Secangkir kopi panas di hadapannya sama sekali tidak menarik perhatian Angga. Di sudut salah satu kafe di jalan utama kota Seoul, ia membiarkan segala pikirannya berterbangan bebas terbawa angin. Laptop dengan layar yang masih menyala berakhir sama mengenaskannya dengan secangkir kopi itu. Padahal, deretan daftar pekerjaan yang seharusnya ia selesaikan secepatnya, meraung meminta dikerjakan. Suara di kepala Angga terlalu berisik. Bahkan membuat pria berusia 37 tahun itu kewalahan mengatur jam tidurnya. ‘Sudah waktunya kau mengejar kebahagiaanmu.” Untaian kalimat yang diucapkan Dalton tempo hari kian memperparah kegundahan hati yang selama beberapa hari ini meraung perhatian Angga agar tidak diabaikan. Lagi-lagi, hanya helaan napas berat yang menjadi penghujung keglisahan Angga. “Tidak seharusnya aku terjebak dalam kegalauan ini,” gumamnya, Angga mencoba mengalihkan pikirannya dengan menggeser pesan dengan seseorang yang jauh di belahan dunia sana. Deretan foto putri kecilnya mend

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Masalah Semakin Pelik

    Seminggu setelah Mario memutuskan untuk mencabut perjanjian kerja perusahaan mereka, Angga memilih hengkang dari apartemen pria itu. Ia cukup tahu diri untuk tidak menjadi benalu sahabatnya. Saat ini, Angga tengah berhadapan dengan pria paruh baya. Mario bilang, itu adalah koleganya yang akan memberikan suntikan dana untuk perusahaan cabang milik Angga yang hampir bangkrut. “Aku tertarik dengan konsep perusahaanmu. Hanya saja, Kerugian selama periode dua tahun ini cukup menarik perhatianku. Dan akan lebih berisiko jika aku investasikan uangku di sana. Bagaimana kalau begini saja,” ucap pria itu. Pria bernama Dalton, berusia sekitar lima puluh tahunan menjabat sebagai pemilik perusahan olahan ginseng paling terkenal di Korea.Meski terlihat kecewa dengan Angga, Mario tetap bertanggung jawab atas apa yang sudah ia janjikan. Satu alasan yang membuat Angga semakin tak enak hati padanya. Dalton memajukan tubuhnya, menatap Angga dengan sorot penuh rasa ketertarikan yang begitu besar namun

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   PUTUS KONTRAK

    Nova hendak mendekati Mark, namun langkahnya ditahan oleh Mario yang kini menatapnya dengan sorot menuntut. Sekujur tubuh Nova meremang. Pegangan Mario di lengannya seolah memiliki aliran magnet yang membuat pandangan Nova tidak beralih padanya. “Apa yang kamu lakukan, Mario? Tolong lepaskan aku,” pinta Nova. Ia membalas tatapan Mario tak kalah tegas, kemudian beralih pada kaitan tangan mereka. “Jawab yang sejujurnya, Nova. Apa benar yang dikatakan Mark?” Nada bicara Mario berubah dingin. Nova bisa merasakan pria itu sedang bergelut dengan kekecewaan yang begitu kental di dadanya. Dengan sedikit keras Nova menghempaskan pegangan Mario seraya berkata. “Benar atau tidak, masa laluku adalah urusanku. Baik kamu ataupun Mark tidak berhak mengintervensi hidupku,” balas Nova tegas. Kini jaraknya dengan Mark terkikis. Wajah mantan kekasihnya itu sama tegangnya dengan Mario setelah kalimat ultimatum Nova ucapkan. “Dan untuk kamu, Mark,” ucap Nova dingin. “Bukan hakmu juga mengatur hidupku.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status