Share

Antara Dua Nyawa

Penulis: JolaSky
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-27 23:49:24

Nova baru pertama kali merasakan sakit yang begitu menghujam. Mulas menjalar di sekujur tubuhnya hingga ke punggung. Pikiran negatifnya semakin menjadi saat mendengar suara Angga yang naik satu oktaf disusul dengan cairan dingin turun dari area sensitifnya.

"Awh, Angga. Awh! Sakit," ucap Nova meringis kesakitan. Sprei yang mengalasi kulitnya dengan tempat tidur menjadi pelampiasan Nova melepas sakit.

"Kita ke rumah sakit sekarang!" Angga bergegas melepaskan belenggunya dari Nova. Terdengar panik menyusuri sudut kamar menuju lemari pakaian.

Sakit semakin menjadi. Separuh tubuh Nova perlahan melemas seolah nyawanya sudah diujung kepala. Ruangan besar berukuran 5x6 meter itu terasa seperti sebuah gudang dengan kadar oksigen rendah, menyesakkan dada.

Setengah kesadaran Nova masih bisa meraba pergerakan Angga yang panik melihat darah semakin mengalir deras dari pahanya.

"Bangun perlahan, darahmu semakin banyak."

Hampir saja Nova terjengkat kaget mendengar nada bicara Angga yang semakin meninggi. Namun, ia tidak bisa mengalihkan emosi karena bentakan Angga dan sakit yang berjalan seiringan.

"Angga, sakhit.."

"Tahan sebentar." Hanya itu reaksi yang Angga tunjukan. Dalam gendongan sang suami Nova bisa melihat kekhawatiran di balik wajah datar Angga yang sedikit dipaksakan.

Di tengah berbagai kemungkinan buruk yang menghantui kepalanya, Nova berusaha untuk tetap berpikir positif akan keselamatan janin di dalam kandungannya.

"Rudi! Siapkan mobil sekarang. Pelayan, ambilkan perlengkapan bayi di kamar nyonya," perintah Angga pada semua orang yang bekerja untuknya.

Dalam hitungan menit dua orang pelayan sudah sigap membukakan pintu mobil dan memasukkan dua buah tas ke dalam mobil.

Angga mendudukkan Nova di kursi penumpang, memakaikan sabuk pengaman di tengah ketidaknyamanan Nova dengan tubuhnya sendiri.

"Kenapa aku didudukkan di sini? Sabuk pengaman ini semakin membuatku sesak," kata Nova diselingi dengan raungan kesakitan yang semakin keras. Nova tak tahan lagi. Sakit di perutnya semakin menguras sisa energi.

"Diamlah! Kamu sudah kehilangan banyak darah. Jangan terlalu banyak bergerak." Angga naik pitam. Perdebatan mereka disaksikan oleh para pelayan yang hanya bisa bungkam melihat perselisihan sepasang suami ini.

Nova tak mau ambil pusing. Memilih menarik diri dan meredam sakit dengan mengatur napas. Ternyata realita melahirkan yang akan ia hadapi tak semudah teori melahirkan yang ia pelajari selama kehamilan. Tidak ada persiapan apapun selain persiapan mental yang Nova kantongi. Semua ilmu yang ia pelajari sebelumnya seolah lenyap begitu saja.

Nova harus menelan kekecewaan ketika melihat Angga duduk di balik kemudi. Ia pikir, pria dominan ini akan menemaninya, memberikan dukungan pada Nova layaknya seorang suami pada umumnya.

Apa daya, harapan yang selalu Nova simpan di hatinya selalu dipatahkan oleh realita. Bahkan, di saat sekujur tubuhnya bak ditimpa ribuan kilo beban, sikap Angga masih terlampau dingin padanya.

Ia yakin, sorot kekhawatiran yang sempat terpancar di dua bola mata oranye milik suaminya bukanlah sebuah kekhawatiran untuk dirinya, melainkan untuk janin di kandungannya.

Laju mobil semakin cepat. Nova bisa sedikit bernapas lega kala mengetahui jalanan kota cukup lengang.

"Jika terjadi sesuatu padanya, aku tidak akan memaafkanmu, Nova," ucap Angga tanpa mengalihkan perhatiannya pada pemandangan jalanan yang kosong di depan sana.

"Awh, apakah kamu, awh lupa. Ini semua, akh! Ulahmu tadi." Nova membalas. Sakit yang menyiksanya tidak menjadi alasan bagi Nova untuk diam ketika Angga kembali menyudutkannya. Apakah selama ini yang pria itu lakukan tak cukup membuatnya puas?

"Salahmu sebagai calon ibu tidak menjaga kandungaanmu. Kamu tidak akan pendarahan jika mengikuti aturan mainku. Kamu lupa? Tiap kali aku menjamah tubuhmu, dia selalu baik-baik saja."

Entah respon apa yang bisa membuat Angga berhenti menyudutkan Nova. Hati Nova teriris pilu tiap kali Angga selalu menyalahkannya untuk setiap kejadian.

'Angga benar-benar tidak punya empati!' Nova membatin kesal.

"Dasar tidak punya hati," gumam Nova. Pemandangan di luar jendela jauh lebih menyenangkan bagi Nova dibandingkan melihat wajah tampan seseorang yang selalu merendahkannya.

Dalam situasi seperti ini, di tambah momen-momen trimester terakhir kehamilan, Nova menyadari suasana hatinya mudah berubah. Hal kecil apapun mampu melukai perasaan Nova apalagi kini suaminya sendiri secara sadar dan sengaja berniat membantai habis kewarasannya.

Sosok orang tua yang seharusnya membela Niva, tak terlihat wujudnya. Mereka sudah terlena dengan bergepok-gepok uang bulanan pemberian Angga. Jangankan mengkhawatirkan Nova dan calon cucu mereka, menanyakan kabar pun tidak.

Di balik kekecewaannya, Nova menertawakan dirinya sendiri, nasib buruk mana lagi yang belum pernah ia cecap dalam hidup? Bahagiapun sepertinya ia tidak punya hak untuk itu.

"Ayo turun." Suara Angga tepat di depan wajahnya membuyarkan semua lamunan Nova sepanjang perjalanan. Pandangannya mengedar ke segala arah, menyadari mobil yang ia tumpangi sudah terparkir di depan lobi rumah sakit.

Dibantu oleh dua orang perawat muda tubuh Niva dibaringkan di atas brankar. Rasa sakit di perutnya perlahan memudar namun Nova merasakan sesuatu di bawah tubuhnya sana mendesak untuk keluar.

"Akh! Sakit sus!" Teriak Nova. Suaranya menggelegar di keheningan malam dan dinginnya salah satu ruangan yang ia masuki.

"Mohon tunggu di sini, pak. Kami akan melakukan yang terbaim untuk istri dan bayi bapak."

Sayup-sayup Nova mendengar suara suster. Angga pasti tidak diizinkan masuk menemaniku, pikir Nova.

Kembali Nova mengedarkan pandangan. Hanya ada langit-langit ruangan serba biru dan putih di depan matanya.

"Bu Nova bisa mendengar saya?" tanya Dokter kandungan yang menangani Nova saat ini. Kesadaran Nova semakin menurun seiring dengan aliran darah yang terus mengalir di kakinya. Suhu dingin mulai menjalar di setiap sudut nadinya, melemahkan kerja jantung ia Nova hampir kehabisan napas.

"Dok.. to..long anak..saya.."

Nova tidak bisa mentoleransi rasa sakitnya lagi. Perutnya menegang dan mengeras bersamaan dengan pergerakan janin yang semakin mendesak. Jarum suntik menembus beberapa titik permukaan kulitnya dengan sadis hingga pandangan Nova seketika memudar dan menggelap dalam hitungan detik.

"Suster, code blue!"

Ruangan gawat darurat semakin sibuk dengan berbagai tindakan yang diberikan pada tubuh Nova. Suasana ruangan menegang, seolah malaikat kematian hendak menjemput sebuah nyawa manusia.

Nova tak ingat apapun, bahkan hampir seluruh inderanya tak berfungsi dengan baik. Malam ini, mungkin akan menjadi malam kelam bagi Nova untuk kedua kalinya dan disebabkan oleh orang yang sama.

Sungguh, Nova tak akan memaafkan Angga jika ia harus kembali kehilangan. Nova ikhlas jika nyawanya yang menjadi taruhan, asalian anaknya bisa menghirup udara di dunia yang indah ini. Entah dengan atau tanpa kasih sayang ayahnya.

'kamu harus kuat nak, ayo berjuang bersama..'

Tit! Tit! Titttt!!!

Bunyi nyaring menggema, ruangan mendadak hening dengan helaan napas berat para tenaga kesehatan yang terus berusaha.

Bab terkait

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Permintaan Bukan Untukku

    “Tuan Angga, semua urusan administrasi dan media sudah saha urus.” Angga berdiri mematung di depan pintu ruang UGD dengan raut wajah datarnya yang khas. Aldo—tangan kanan pria itu melangkah gagah mendekat ketika melihat tuannya.“Pastikan tidak ada satu media pun yang tahu masalah ini. Jikapun ada kebocoran informasi, persiapkan jawaban paling masuk akal,” perintah Angga, tak mengindahkan laporan Aldo untuknya.“Baik, tuan.” Angga kembali ke mode diamnya. Aura kekuasaan yang selalu menyelimuti pria itu perlahan terkikis dengan kegelisahan yang mulai bisa diraba oleh sang asisten. Sorot mata Angga sendu, seolah ia sedang mempertaruhkan sebuah hal paling penting dalam hidupnya. Antara hidup dan mati Angga tengah digadaikan demi menebus sebuah ancaman kehilangan.“Tuan, apakah mau aku belikan kopi untuk sedikit penenang?” tanya Aldo ikut gusar. Melalui ekor matanya, Angga mengamati sosok di sampingnya, “jangan bertingkah seolah kamu dekat denganku. Jelaskan padaku hasil kerjamu hari

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Permintaan Pertama dan Terakhir

    Nova tidak menyangka kelahiran bayinya akan lebih cepat dari perkiraan dokter. Ditambah lagi dengan cara yang tak pernah ia inginkan sebelumnya. Calon ibu mana yang tidak khawatir jika kelahiran anaknya disambut dengan adegan menegangkan antara hidup dan mati? Sepanjang iringan brankar yang ia tempati menuju ruang UGD, hati Nova terus bergemuruh dibalut kekhawatiran dan berbagai pikiran negatif yang menjajah pikirannya. Masih terasa jelas bagaimana cairan merah itu terus mengalir di antara kedua kakinya. Membuat Nova hampir tak bisa mempertahankan kesadarannya. Rasa sakit di sekujur tubuhnya tak bisa mengalahkan kegelisahan yang membelenggu Nova saat ini. Sayup-sayup pendengarannya masih menangkap suara suster yang terus berusaha membuat Nova dalam keadaan terjaga. Namun, Nova hanya manusia biasa yang bisa kalah dengan keadaan kapanpun. “Angga..” cicitnya lemah. Berharap pria yang turut mendorong tempat tidurnya sedikit peka akan kesakitan yang ia rasakan. Sayang seribu sayang, h

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-30
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Celvasea

    Tidak pernah terpikirkan oleh Nova sebelumnya akan melewati masa-masa kritis sebelum resmi menjadi seorang ibu. Pertarungan antara hidup dan mati seolah digadaikan di ujung nadinya. Bayi mungil berjenis kelamin perempuan dalam gendongannya kini, setidaknya melengkapi hidup Nova yang tidak diselimuti kebahagiaan sejak menikah dengan Angga.“Kamu cantik sekali, sayang,” ucap Nova. Dua jam setelah kelahiran bayi itu, seolah menjadi babak baru hidupnya yang mulai dipenuhi harapan. “Parasmi persis sekali dengan papamu. Ternyata kamu memang mewarisi segala lekuk dan sudut papa. Kalau begitu, mama beri kamu nama…” “Celvasea.” Ucapan Nova tertahan ketika sebuah nama terlontar dari mulut seseorang yang suaranya tak asing terdengar. Angga, masuk ke ruang rawat VIP yang ditempati oleh Nova saat ini. Sikap angkuhnya tak pernah luntur. Meski di hadapan istri dan anaknya kini, pria itu tetap melangkah sambil membusungkan dada. “Aku sudah memutuskan nama depannya. Kamu hanya boleh memberikan sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-31
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Tawaran Istri Ketiga

    Pria berumur akhir empat puluhan itu mendekati Nova dengan kerlingan mata jahilnya. Entah darimana Pak Jhony bisa mengetahui keberadaannya di sini. “Terima kasih sudah datang menjengukku, Pak Jhony. Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot,” ucap Nova. Ia menyembunyikan ketakutan sekaligus kekhawatiran jikalau kedatangan Pak Jhony akan mengancam keselamatan Celva. Entah apa yang membuat Nova begitu tak menyukai pria yang digadang-gadang sudah memiliki dua istri itu. Setiap kali berhadapan dengannya, firasat Nova selalu mengisyaratkan untuk tidak mengenalnya terlalu dekat. Sebuah parcel buah diletakkan di atas nakas samping brankar Nova. Nova ingin menjaga jarak namun kondisinya yang lemah tak memungkinkannya untuk bergerak kemanapun. Rasa kekhawatiran Nova semakin besar ketika Pak Jhony tiba-tiba mengulurkan tangannya hendak mengelus puncak kepala Celva. Refleks Niva tentu langsung bekerja cepat dengan memundurkan tubuhnya.“Kenapa kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Kedok Sang Kolega

    Akhirnya Nova bisa bernapas lega. Kedatangan Angga di tengah dirinya yang sedang bersitegang dengan Jhony bagaikan anugerah yang sudah Nova tunggu sejak tadi. Melihat Angga sudah berada di belakangnya, Jhony gelagapan. Ternyata, selain tak pandai mengintimidasi, Jhony juga payah menyembunyikan kegugupannya. "Pak Angga, akhirnya kamu datang juga. Aku sudah menunggumu sejak tadi," ucap Jhony menjilat. Sikapnya berubah 180 derajat di depan Angga. "Aku ada urusan mendesak jadi aku harus pergi sebentar. Sejak kapan Pak Jhony di sini? Aku bahkan tidak tahu kamu akan datang."Pertanyaan yang sama dengan Nova dilontarkan juga oleh Angga. Nova memilih menarik diri dari perbincangan dua pria itu. Kewarasannya jauh lebih penting dari pada membuang waktu memperhatikan mereka. Kegugupan Jhony semakin jelas karena dirinya terlihat tidak percaya diri. "Setelah acara selesai, aku merasa kurang enak badan. Maka dari itu aku pergi ke rumah sakit ini untuk memeriksakan diri dan tidak sengaja melihat

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Aib yang Terancam

    “Ingat ucapanku ini. Jika nanti muncul pertanyaan mengapa Celva lahir lebih awal dari perkiraan, berikan jawaban yang paling masuk akal. Jangan sampai ada satu katapun dari ucapanmu yang menyudutkan peranku,” ucap Angga. Nova berdiri di sampingnya, sebelah tangan terkait mesra dengan lengan Angga yang keras. Sekeras sifat pria itu. Berbagai wejangan Angga sampaikan untuk Nova, tentu pria itu tidak akan menyampaikannya di depan banyak orang. Sebentar lagi, mereka akan menghadapi kerumunan wartawan yang sudah membuat janji wawancara. Jengah. Satu kata yang menggambarkan suasana hati Nova saat ini. Setiap hal yang terjadi pada rumah tangganya selalu jadi sorotan. Bahkan, kronologi kejadian Nova yang melahirkan lebih awal dari hari perkiraan dokter pun menjadi tanda tanya bagi sebagian besar pemuja seorang Savangga. “Aku tahu apa yang harus aku lakukan,” jawab Nova malas. Di kepalanya, sudah tergambar jelas bagaimana keadaan di luar sana nantinya. Pikiran N

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Sisi Palsu Semua Orang

    “Kondisi Bu Nova saat ini sudah cukup stabil. Hanya tinggal menunggu beliau sadar, pak,” ucap dokter yang menangani Nova selama dirawat di rumah sakit. Angga yang berdiri di depannya hanya diam mematung dengan sorot mata yang mengandung banyak arti. Tatapannya tak pernah lepas dari sosok istrinya yang terbaring di atas tempat tidur. “Kalau begitu saya permisi dulu, Pak Angga.” Karena tak mendapatkan reaksi apapun, dokter pun pamit dari hadapan Pria itu.Angga melangkahkan kakinya, berhenti tepat di samping Nova. Pandangannya menyapu sekujur tubuh istrinya. Seolah belum percaya bahwa dengan kehidupan yang saat ini ia jalani, Angga tak lagi sendiri. Kepergian adiknya membuat Angga terpukul begitu hebatnya. Hidupnya semakin hancur ketika ia menemukan fakta bahwa pembunuh adiknya adalah Nova. “Karena kamu, satu-satunya keluargaku harus meregang nyawa. Dan sekarang kamu berdrama begitu hebatnya di depan banyak orang.” Angga mengatakan itu tepat di samping telinga Nova. Tanpa ia ketahu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Hampir Hilang Akal

    “Apa kamu sudah gila? Mau ditaruh mana wajahku jika sikapmu begitu pada mama?! Astaga!” Sejak kemarin Angga menahan emosinya terhadap sang istri. Sikap Nova yang kekanakan dan diluar kendali membuat Angga harus menahan malu di hadapan mertuanya sendiri.“Aku hanya menyuarakan perasaanku. Apakah itu salah?” “Tentu salah. Sikapmu kemarin bisa menciptakan persepsi negatif tentangku di pikiran orang tuamu. Mereka pasti akan bertanya-tanya bagaimana caraku mendidikmu untuk menjadi seorang istri,” cerocos Angga panjang lebar. Namun sepertinya hal itu hanya akan masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri Nova. Setelah melahirkan, Angga hampir tak bisa mengontrol Nova di bawah kendalinya. “Apakah aku harus menggunakan kekuasaanku untuk membuatmu jera? Aku sudah memberikan semua fasilitas mewah, hidup yang nyaman dan uang yang banyak untuk orang tuamu agar mereka bisa bertahan hidup. Tapi kamu justru berulah.” Kesabaran Angga sudah habis. Ia hampir lupa alasannya menikahi wanita

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02

Bab terbaru

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Klarifikasi

    Cukup lama Angga dan Mark bersitegang. Tidak ada satupun diantara dua pria itu yang berniat untuk membuka obrolan. Dibatasi oleh stroller yang ditempati Noa. Baik Angga maupun Mark, sama-sama sibuk dengan isi pikirannya sendiri. “Kenapa kau ada di sini? Kau belum menjawab pertanyaanku. “ Mark pada akhirnya mengalah. Nada bicaranya berubah lebih santai. Tidak ada lagi sorot kejam yang menghunus dan menyudutkan Angga. “Seharusnya kamu tahu tanpa perlu bertanya.” Angga melirik ke arah Noa. Mark tahu maksud terselubung atas kode yang diberikan oleh Angga. Mark terkekeh, menertawakan nasib Angga yang mengenaskan. “Kau lebih rela mengalah demi sahabatmu?” ejek Mark. Senyum lebarnya sengaja dipampang di depan Angga karena berhasil memenangkan keadaan. “Bukan urusanmu. Jadi tutuplah mulut.” “Apapun yang menyangkut Nova adalah urusanku,” Mark mendengus. Emosinya terpancing kala sadar Angga tidak terpengaruh sedikitpun dengan ejekannya tadi. “Kalau begitu, kenapa kau masih di sini? Bukan

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Pengkhianat

    Reno meraih rahan Anya untuk menatapnya. Sikap Anya yang berbeda membuat Reno mengikuti arah pandang wanita itu.Tidak ada siapapun di sana. Apakah Anya sedang berhalusianasi? Pikir Reno.“Anya, tenanglah. Apa yang terjadi?” tanya Reno penasaran. Kekhawatiran pria itu tidak bisa dibendung lagi. Anya tidak menjawab, melainkan beralih menatap dua manik hitam di hadapannya dengan pandangan kosong. Isi kepalanya terlalu penuh. Bahkan sudah disesaki oleh sekian banyak masalah yang menimpa hidup. Kini, satu-satunya orang yang peduli dengan kondisinya selain Reno di tempat kerja mungkin tidak akan bisa menaruh kepercayaan lagi pada Anya.“Aku baik-baik saja, Ren. Lebih baik kita pergi dari sini,” ajak Anya menarik tangan Reno keluar dari lorong.Anya yakin, Diana sudah melihat semua adegan mesra yang dilakukan oleh Reno untuknya. Rasa bersalah kembali menghantam batin Anya. Bagaimana caranya agar Diana mau mendengarkan ucapannya?Dalam hati, anya terus bertanya-tanya, apakah dirinya salah m

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Dendam

    Menyusuri koridor di mana unitnya berada, Lita berjalan dengan langkah gontai. Riasan di wajah sudah tidak beraturan. Meski demikian, kecantikan wanita berusia 29 tahun itu tak kunjung luntur terhanyut oleh air mata yang sebelumnya mengalir dengan deras. Tok tok tok! “Mario, buka pintu!” teriak Lita dari luar unitnya. “Mario!”Tetap tidak ada jawaban. Lita baru menyadari, ia tidak membawa kunci akses unitnya sendiri sebelum pergi tadi. Dengan perasaan kesal Lita mengutuk kebodohannya hari ini. “Selamat malam, Nyonya Lita?” suara petugas yang bertugas di lantai itu menyapa Lita. “Malam.” “Kelihatannya anda sedang kebingungan, ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” Ah, akhirnya bantuan datang tanpa membuat Lita repot harus turun ke meja resepsionis untuk meminta akses baru. “Bisakah anda membantu saya membukakan pintu unit? Saya lupa membawa kuncinya di dalam.” Senyum hangat menghiasi wajah yang mulai menampakkan keriput di bawah mata pria itu, “Dengan senang hati, Nyonya. “Krek.

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Malam Persaingan

    Angga menurunkan pandangan cukup lama. Bukan kehilangan kepercayaan diri namun, tak kuasa melihat keintiman diantara dua sejoli yang bertemu malam ini. “Untung kamu sama om, Noa,” ucap Angga bermonolog. Bayi di dalam stroller itu menatap Angga lama. Seakan setuju dengan pernyataan omnya. Sedangkan, di seberang meja Angga saat ini. Ada dua sejoli yang sedang melakukan pendekatan satu sama lain. Mario nampak memamerkan senyum terbaiknya di depan Nova. Sedangkan Angga berusaha menahan napas karena pemandangan romantis itu menyakiti hatinya. Ya, Angga cemburu. “Ini untuk aku, Mario?” suara lemah lembut yang khas, menjalar disekitar telinga Angga. Terasa menggelitik hatinya meski pertanyaan itu ditujukan untuk Mario. “Iya, Nova. Ini untuk kamu. Kamu sudah berjuang sejauh ini, kamu wanita hebat.” Angga tidak tidak memiliki masalah dengan pendengaran. Tetapi ia sengaja menutup kedua telinga dengan penyumbat tak kasat mata. Dikala pujian demi pujian dilontarkan Mario untuk Nova, Angga m

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Dengki

    Bab 31“Saya hanya berniat mengingatkan saja, tanpa bermaksud untuk ikut campur lebih jauh urusan nona dan tuan. Maafkan saya,” kata Astri merasa bersalah.Sarah berusaha untuk memaklumi kekhawatiran Astri. Tapi untuk seseorang yang cukup peka, Sarah tidak menelan mentah-mentah ucapan Astri tadi. Instingnya mengatakan Astri tahu hal lain yang disembunyikan oleh semua orang. Dan Astri penasaran akan hal itu.“Tidak masalah, aku senang kamu mengkhawatirkanku. Artinya kamu peduli padaku,” balas Sarah. Ia menampilkan senyumnya yang terpantul dari cermin di hadapannya. Dari sana terlihat Astri yang juga membalas senyuman Sarah.“Saya sangat peduli dengan nona. Dari sekian banyak wanita yang menjadi selir tuan, cuma nona Sarah yang sangat rendah hati.” Astri mengakui. Sambil menata rambut Sarah, sang asisten dengan cekatan memberikan polesan-polesan riasan tipis di wajah Sarah. Setengah jam sudah berlalu, namun dua wanita itu masih sibuk dengan segala tetek bengek bersolek. Brak!!Sarah da

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Jadi Tawanan

    “Bagaimana menurutmu, mana hadiah yang cocok untuk wanita pujaanku?” tanya Mario pada Angga. Sahabatnya itu tersenyum lebar tanpa beban. Menyeret Angga ke dalam sebuah toko perhiasan ternama.Angga belum sepenuhnya mengerti maksud Mario, hanya mengernyitkan dahi. “Untuk siapa?” Mario menghembuskan napas lelah. “Jadi, sejak tadi aku mengoceh di jalan, kau tidak mendengarkan aku?” keluh Mario kecewa. Wajahnya berubah masam. “Um, itu–” “Sudahlah, aku tahu apa yang mau kamu ucapkan. Sekarang bantu aku.memilih perhiasan yang cocok untuk Nova.” Deg! Berat rasanya menelan ludah saat mendengar nama Nova terlontar dari mulut Mario. Tatapan Mario yang dalam menyiratkan cinta yang besar untuk wanita yang justru masih berstatus sebagai istri Angga.Andai Mario tahu kebenarannya, apakah pria itu masih bisa bersikap hangat pada Angga dan menganggapnya sebagai sahabat?Belum tentu. Sebuah kenyataan pahit yang harus siap Angga telan mentah-mentah. “Diantara dua kalung ini, menurutmu, mana yang

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Perdebatan Dua Pria

    Duduk diantara banyak pepohonan rimbun demi kenyamanan bayi mungil yang terlelap dalam stroller. Dua orang yang sempat terlibat perang dingin memilih taman di belakang swalayan untuk sekedar menghalau ego yang menggebu. Atas saran Nova, Mark dan Angga diasingkan ke tempat ini. Supaya kalian tahu, bagaimana seharusnya menjadi pria dewasa. Itu pesan Nova saat menengahi perseteruan diantara dua pria yang menggilainya. Sedangkan wanita itu, memilih untuk menyendiri di bagian lain swalayan. Mark berinisiatif mengambil alih penjagaan atas Noa dari Nova setelah melakukan bujuk rayu yang kesekian hingga akhirnya Nova luluh juga. Itu Mark lakukan demi kenyamanan kekasihnya. “Setelah kau melakukan itu pada Nova, kau masih punya nyali untuk menemuinya?” Mark membuka obrolan di tengah keheningan sebelumnya mencabik batin dua pria itu. “Tahu apa kau tentang aku?” “Banyak hal. Banyak yang Nova bagikan padaku, termasuk tentang dirimu yang sudah melukai hatinya. Aku tidak habis pikir, apa kuran

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Perseteruan Dua Pria

    “Nova, kamu kenapa menghindar dariku?” Tubuh Nova berbalik secara paksa ketika sebuah tangan mencegat pergelangannya. Nova tahu siapa pembuat onar di tengah keramaian swalayan yang sedang ia sambangi. Membelakangi stroller putranya, Nova memandang malas Mark yang kini berdiri menjulang di hadapannya. Manik keoranyean, menyorot tajam. Pandangan Mark turun ke arah dua tas belanjaan yang tersampir di kanan dan kiri stroller milik Noa. “Kenapa?” tanya Nova sinis. Awalnya, ia tidak ingin membuka topik pembicaraan dengan pertanyaan singkat itu. Tetapi, gerah semakin menjadi. Bahkan hanya ditatap Mark beberapa saat saja berhasil membuat sesuatu di dada Nova bergejolak. Tentu, gejolak aneh itu nova yakini sebagai bentuk tidak nyaman semata. Bukan karena perasaan nyaman atau cinta sekalipun.Terlalu lelah untuk bicara tentang cinta saat ini. Keberadaan Noa adalah yang paling utama baginya melebihi apapun. Mark memamerkan ekspresi bersalah, dan Nova tahu itu hanya sebuah upaya untuk memani

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Keputusan Besar

    Tin! Tin!Suara klakson mobil membuyarkan obrolan pagi diantara Ameera dengan asisten rumah tangganya. Keduanya mengerutkan kening bingung. Siapa gerangan yang pagi-pagi sekali sudah bertamu? “Sepertinya ada tamu, non. Bibi ke depan dulu, ya,” kata bibi seraya menaruh kembali sebuah piring di meja makan. Ameera mengangguk, membiarkan wanita itu menyambut kehadiran sosok tak diundang itu kemudian melanjutkan makannya. Seperti biasa, Ameera bertugas jaga pagi hari ini. Deretan jadwal konsultasi bagi pasiennya sudah menunggu untuk di rampungkan hingga nanti sore. Setelah menyelesaikan makannya, terdengar suara langkah kaki menghampiri Ameera yang sedang meneguk air putih.“Non, mas itu datang lagi,” kata bibi. Raut wajahnya khawatir ketika mencium bau-bau perang dingin yang akan terjadi diantara majikannya dengan pria yang ia maksud. “Mas siapa, bi?” Ameera kebingungan. Pasalnya ia tidak memiliki bayangan sedikitpun. Hari masih terlalu pagi untuk mencerna sebuah teka-teki.“Pria yang

DMCA.com Protection Status