Share

Suami Idaman

Penulis: JolaSky
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-24 20:40:09

Nova menyeret Angga ke sisi ruang yang lebih sepi dengan langkah hati-hati. Gaun panjangnya ternyata cukup membatasi pergerakannya di tengah orang-orang yang menghadiri pesta.Di belakangnya Angga sama sekali tidak memberontak. 

“Sejak kapan kamu merencanakan hal gila itu?” Seloroh Nova tanpa basa-basi. 

“Rencana apa maksudmu?”

“Pesta kelahiran anak kita? Kamu bahkan tidak memberitahuku untuk hal itu, Angga.” 

Nova frustasi. Ia pikir, setelah kelahiran anak mereka nantinya, Angga akan memberikan sedikit ruang untuk membiarkan Nova menjadi dirinya sendiri. Memulai hidup sebagai seorang ibu baru untuk bayi dalam kandungannya. Nova tidak peduli apakah Angga akan memperdulikan keinginannya atau tidak, tetapi, ia sudah menyusun banyak rencana dalam proses membesarkan anak mereka.

Angga terkekeh, “aku tidak mungkin menyanggah suatu hal yang bisa menaikkan pamorku di mata publik. Kamu hanya perlu mengikuti aturan mainnya.”

Nova menahan amarahnya di dalam dada. Seperti biasa, Angga hanya akan mementingkan nama baiknya di hadapan banyak orang. Ia sama sekali tidak tertarik dengan istilah “privacy is pricey” yang dijunjung tinggi oleh Nova saat ini. 

“Aku hanya tidak ingin hal itu mengganggu kenyamanan anak kita,” gumam Nova lirih. Itu ucapan paling jujur yang pernah ia utarakan di depan Angga. Pria itu pun mematung beberapa saat. Seolah tertampar dengan kalimat yang diucapkan oleh Nova.

“Pikirkan saja dirimu sendiri. Aku akan memberikannya kehidupan yang layak yang tak pernah dimiliki anak manapun di dunia ini.” Setelah mengatakan itu, Angga pergi meninggalkan Nova sendiri. Sepertinya ia lupa saat ini mereka masih dikelilingi oleh orang-orang yang penasaran dengan kehidupan pribadi mereka.

‘Kamu pikir, semua hal bisa dibeli dengan uang?’ Batin Nova nelangsa. 

Selama acara berlangsung, Nova tak henti menebarkan senyum pada tamu lain yang datang. Di sampingnya, Angga sibuk menanggapi pujian-pujian yang dilontarkan padanya. Mendengar itu terus-menerus lama-lama membut Nova mual.

“Ya, aku baru saja menanamkan modal di beberapa perusahaan rintisan. Aku melihat potensi besar dalam model bisnis yang mereka eksekusi.” 

“Pak Angga memang pengusaha hebat. Belasan tahun berkiprah di dunia bisnis, tidak ada satupun berita yang mencoreng nama bapak di mata khalayak. Kalau boleh, ajarkan aku untuk menjadi sepertimu,” ucap seorang pemuda asing. Nova mengernyitkan dahi menatap pria dalam balutan jas serba hitam itu. Sorot matanya memancarkan banyak harapan yang ia gantungkan terhadap reaksi Angga nantinya. 

Angga beralih pada pria itu, seraya menepuk pelan pundaknya. “Tentu aku akan membimbingmu. Aku rasa ini kali pertama aku melihatmu. Siapa namamu?” 

“Chris, Pak Angga. Saat ini aku sedang merintis usahaku. Aku banyak membaca tentangmu di media. Pak Angga adalah pengusaha dermawan yang tidak pelit ilmu, maka dari itu aku ingin belajar banyak darimu.” 

Nova hanya diam memperhatikan tingkah orang-orang yang gemar memuji suaminya. Ingin rasanya ia enyah dari perkumpulan orang-orang tak tulus seperti ini. Namun, berbeda dengan Nova, Angga justru sangat menikmati pujian-pujian yang diberikan padanya. 

Angga akan merasa bak seorang dewa yang tengah dipuja rakyatnya tiap kali berada dalam lingkarang elit seperti saat ini. 

“Sayang, kenalkan ini Chris. Aku pikir, aku akan mendukung bisnis yang baru dia rintis. Bagaimana menurutmu?” Angga menatap Nova meminta persetujuan. Namun Nova tahu betul suaminya hanya sedang membangun citra baik untuk dirinya sendiri, bukan benar-benar meminta izin pdanya. 

Bisik-bisik tamu lain di sekitar Nova menelusup ke telinga, “dia romantis sekali. Bahkan untuk mengambil sebuah keputusan saja, dia meminta saran istrinya. Wanita itu sangat beruntung menikah dengan Pak Angga.” 

Lewat ekor matanya Nova bisa melihat senyum puas Angga saat mendengar pujian mereka. Tidak ada yang tahu apa yang sedang Angga lakukan hanyalah sebuah sandiwara. Tidak ada jaminan Angga benar-benar membantu sebuah perusahaan rintisan ketika pria itu justru menganggapnya sebagai sampah yang harus dimusnahkan.

“Bagaimana, menurutmu sayang?” Angga bertanya lagi.

“Um, ya. Aku pikir itu ide yang bagus, sayang. Kamu harus mendukung pengusaha-pengusaha muda seperti Chris,” jawab Nova dengan berat hati. Diam-diam Niva memanjatkan ribuan maaf pada sang pencipta atas kesalahannya kali ini. Dengan menyetujui keputusan Angga, sama saja ia menjerumuskan banyak pengusaha pemula menjadi korban keserakahan Angga selanjutnya. 

Nova hanya bisa berharap, apa yang Angga lakukan tidak berbuah karma menyakitkan untuk keluarga mereka. 

“Sayang, kamu baik-baik saja?” 

“Ah? Ya. Aku baik-baik saja,” Nova gelagapan. Terlalu lama melamun dengan pikiran yang mengawang membuatnya tak fokus. Tatapan Angga yang berubah marah seolah menampakkan sinyal bahwa dirinya dalam bahaya.

“Sepertinya kamu kelelahan. Maafkan aku sudah membuatmu berdiri terlalu lama. Kalau begitu semuanya, aku izin pamit lebih awal. Kandungan istriku semakin besar dan sebentar lagi anak kami akan seger lahir. Mereka perlu banyak istirahat. Kita bertemu lain kali,” kata Angga, menyalami satu per satu kolega bisnisnya. 

“Kami tunggu berita baik kelahiran penerusmu Bapak Angga!” Salah satu pria dari sekumpulan orang itu memekik saat Angga sudah melangkah menjauh. 

“Kita pulang lebih awal? Kamu sedang mengigau ya?” 

“Jangan bercanda. Aku sudah muak berada di kumpulan itu. Mereka hanya menyanjungku satu sama lain. Khalayak tidak akan tahu rencana-rencana terbaruku jika aku tidak membicarakannya di media. Bersiaplah,” ujar Angga. 

Mereka keluar dari lobi disambut oleh sekumpulan wartawan yang sudah menunggu. Kilatan lampu kamera membuat pandangan Nova memburam hingga harus mengaitkan tangannya lebih erat pada bisep Angga yang kokoh. 

“Pak Angga, mohon berikan waktu sebentar saja.”

“Pak Angga, bagaimana bisnis anda saat ini. Kami dengar sekarang anda berfokus untuk mendukung perusahan-perusahan rintisan dengan modal hingga miliyaran rupiah, apa itu benar pak?” 

Deretan pertanyaan menyerbu pasangan suami istri itu. Sadar tubuhnya tak cukup mampu untuk menerima tekanan situasi, Nova memilih bersembunyi di balik tubub tegap Angga. 

“Biar aku yang bicara,” titah Angga.

“Benar. Bahkan beberapa saat lalu aku baru saja memutuskan untuk menanamkan modalku lagi untuk salah satu bisnis baru. Kita sebagai pelaku bisnis harus saling mendukung satu sama lain untuk kemajuan bersama,” kata Angga opstimis. 

Nova heran, seberapa banyak stamina yang dimiliki suaminya untuk meladeni bualan-bualan orang lain tentang dirinya. Hidup di atas sebuah kebohongan bukanlah hidup yang ingin Niva miliki. Tetapi sekarang dirinya malah terkurung dengan kerlap kerlip sosialita yang penuh dengan ambisi dan keserakahan. 

Dalam hati Nova mengasihani diri sendiri. Di sini ia hanya menjadi boneka Angga yang bisa diatur kapan dirinya harus bicara. Di depan banyak orang, Angga mengelu-elukan kepiwaiannya dalam berbisnis. Kehidupan  pribadinya yang mewah, dan kisah rumah tangganya yang romantis bak cerita novel.

Angga bangga akan hal itu namun tidak dengan Nova. Setiap helaan napas Nova bahkan diatur sedemikian rupa oleh Angga dengan mengikuti les kepribadian sampai ia bisa dikatakan layak untuk mendampingi suaminya di depan khalayak. 

“Aku berada di posisi ini sekarang, bukan hanya karena usahaku sendiri. Ada sosok wanita tangguh yang sudah mendukungku sejak aku masih merintis. Dia selalu ada di sampingku setiap saat dan kini akan menemaniku sepanjang hayat. Wanita itu adalah Nova, istriku,” tutur Angga terdengar lihai memainkan intonasi bicaranya agar terkesan tulus. Semua sorot kamera mengarah pada Nova. Menjadikan Nova dan Angga sebagai bintang utama dalam laman utama berbagai media. 

‘Sampai kapan aku harus hidup dalam kepalsuan seperti ini?’ Batin Nova meringis.

Bab terkait

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Hukuman Yang Membawa Petaka

    Nova terperangah saat kaitan tangannya di bisep Angga dienyahkan begitu saja ketika mereka sudah sampai di rumah.“Jangan lupa diri. Aktingmu sudah berakhir,” ujar Angga sinis kemudian melangkah lebih dulu memasuki rumah. Para pelayan menyambut kedatangan mereka dengan dua buah baki berisi selop rumahan untuk bos mereka.“Aku hanya sedang menyeimbangkan langkahku. Memakai dres panjang ini dalam keadaan hamil besar itu menyiksaku,” Nova membalas sembari bernafas lega.Di rumah, Nova tidak perlu khawatir aktingnya akan dikuliti oleh para pelayan karena sebelum mereka dipilih dan memilih untuk mengabdikan diri mereka untuk Angga, s

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Antara Dua Nyawa

    Nova baru pertama kali merasakan sakit yang begitu menghujam. Mulas menjalar di sekujur tubuhnya hingga ke punggung. Pikiran negatifnya semakin menjadi saat mendengar suara Angga yang naik satu oktaf disusul dengan cairan dingin turun dari area sensitifnya. "Awh, Angga. Awh! Sakit," ucap Nova meringis kesakitan. Sprei yang mengalasi kulitnya dengan tempat tidur menjadi pelampiasan Nova melepas sakit. "Kita ke rumah sakit sekarang!" Angga bergegas melepaskan belenggunya dari Nova. Terdengar panik menyusuri sudut kamar menuju lemari pakaian. Sakit semakin menjadi. Separuh tubuh Nova perlahan melemas seolah nyawanya sudah diujung kepala. Ruangan besar berukuran 5x6 meter itu terasa seperti sebuah gudang dengan kadar oksigen rendah, menyesakkan dada. Setengah kesadaran Nova masih bisa meraba pergerakan Angga yang panik melihat darah semakin mengalir deras dari pahanya. "Bangun perlahan, darahmu semakin banyak." Hampir saja Nova terjengkat kaget mendengar nada bicara Angga yang semak

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-27
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Permintaan Bukan Untukku

    “Tuan Angga, semua urusan administrasi dan media sudah saha urus.” Angga berdiri mematung di depan pintu ruang UGD dengan raut wajah datarnya yang khas. Aldo—tangan kanan pria itu melangkah gagah mendekat ketika melihat tuannya.“Pastikan tidak ada satu media pun yang tahu masalah ini. Jikapun ada kebocoran informasi, persiapkan jawaban paling masuk akal,” perintah Angga, tak mengindahkan laporan Aldo untuknya.“Baik, tuan.” Angga kembali ke mode diamnya. Aura kekuasaan yang selalu menyelimuti pria itu perlahan terkikis dengan kegelisahan yang mulai bisa diraba oleh sang asisten. Sorot mata Angga sendu, seolah ia sedang mempertaruhkan sebuah hal paling penting dalam hidupnya. Antara hidup dan mati Angga tengah digadaikan demi menebus sebuah ancaman kehilangan.“Tuan, apakah mau aku belikan kopi untuk sedikit penenang?” tanya Aldo ikut gusar. Melalui ekor matanya, Angga mengamati sosok di sampingnya, “jangan bertingkah seolah kamu dekat denganku. Jelaskan padaku hasil kerjamu hari

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Permintaan Pertama dan Terakhir

    Nova tidak menyangka kelahiran bayinya akan lebih cepat dari perkiraan dokter. Ditambah lagi dengan cara yang tak pernah ia inginkan sebelumnya. Calon ibu mana yang tidak khawatir jika kelahiran anaknya disambut dengan adegan menegangkan antara hidup dan mati? Sepanjang iringan brankar yang ia tempati menuju ruang UGD, hati Nova terus bergemuruh dibalut kekhawatiran dan berbagai pikiran negatif yang menjajah pikirannya. Masih terasa jelas bagaimana cairan merah itu terus mengalir di antara kedua kakinya. Membuat Nova hampir tak bisa mempertahankan kesadarannya. Rasa sakit di sekujur tubuhnya tak bisa mengalahkan kegelisahan yang membelenggu Nova saat ini. Sayup-sayup pendengarannya masih menangkap suara suster yang terus berusaha membuat Nova dalam keadaan terjaga. Namun, Nova hanya manusia biasa yang bisa kalah dengan keadaan kapanpun. “Angga..” cicitnya lemah. Berharap pria yang turut mendorong tempat tidurnya sedikit peka akan kesakitan yang ia rasakan. Sayang seribu sayang, h

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-30
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Celvasea

    Tidak pernah terpikirkan oleh Nova sebelumnya akan melewati masa-masa kritis sebelum resmi menjadi seorang ibu. Pertarungan antara hidup dan mati seolah digadaikan di ujung nadinya. Bayi mungil berjenis kelamin perempuan dalam gendongannya kini, setidaknya melengkapi hidup Nova yang tidak diselimuti kebahagiaan sejak menikah dengan Angga.“Kamu cantik sekali, sayang,” ucap Nova. Dua jam setelah kelahiran bayi itu, seolah menjadi babak baru hidupnya yang mulai dipenuhi harapan. “Parasmi persis sekali dengan papamu. Ternyata kamu memang mewarisi segala lekuk dan sudut papa. Kalau begitu, mama beri kamu nama…” “Celvasea.” Ucapan Nova tertahan ketika sebuah nama terlontar dari mulut seseorang yang suaranya tak asing terdengar. Angga, masuk ke ruang rawat VIP yang ditempati oleh Nova saat ini. Sikap angkuhnya tak pernah luntur. Meski di hadapan istri dan anaknya kini, pria itu tetap melangkah sambil membusungkan dada. “Aku sudah memutuskan nama depannya. Kamu hanya boleh memberikan sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-31
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Tawaran Istri Ketiga

    Pria berumur akhir empat puluhan itu mendekati Nova dengan kerlingan mata jahilnya. Entah darimana Pak Jhony bisa mengetahui keberadaannya di sini. “Terima kasih sudah datang menjengukku, Pak Jhony. Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot,” ucap Nova. Ia menyembunyikan ketakutan sekaligus kekhawatiran jikalau kedatangan Pak Jhony akan mengancam keselamatan Celva. Entah apa yang membuat Nova begitu tak menyukai pria yang digadang-gadang sudah memiliki dua istri itu. Setiap kali berhadapan dengannya, firasat Nova selalu mengisyaratkan untuk tidak mengenalnya terlalu dekat. Sebuah parcel buah diletakkan di atas nakas samping brankar Nova. Nova ingin menjaga jarak namun kondisinya yang lemah tak memungkinkannya untuk bergerak kemanapun. Rasa kekhawatiran Nova semakin besar ketika Pak Jhony tiba-tiba mengulurkan tangannya hendak mengelus puncak kepala Celva. Refleks Niva tentu langsung bekerja cepat dengan memundurkan tubuhnya.“Kenapa kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Kedok Sang Kolega

    Akhirnya Nova bisa bernapas lega. Kedatangan Angga di tengah dirinya yang sedang bersitegang dengan Jhony bagaikan anugerah yang sudah Nova tunggu sejak tadi. Melihat Angga sudah berada di belakangnya, Jhony gelagapan. Ternyata, selain tak pandai mengintimidasi, Jhony juga payah menyembunyikan kegugupannya. "Pak Angga, akhirnya kamu datang juga. Aku sudah menunggumu sejak tadi," ucap Jhony menjilat. Sikapnya berubah 180 derajat di depan Angga. "Aku ada urusan mendesak jadi aku harus pergi sebentar. Sejak kapan Pak Jhony di sini? Aku bahkan tidak tahu kamu akan datang."Pertanyaan yang sama dengan Nova dilontarkan juga oleh Angga. Nova memilih menarik diri dari perbincangan dua pria itu. Kewarasannya jauh lebih penting dari pada membuang waktu memperhatikan mereka. Kegugupan Jhony semakin jelas karena dirinya terlihat tidak percaya diri. "Setelah acara selesai, aku merasa kurang enak badan. Maka dari itu aku pergi ke rumah sakit ini untuk memeriksakan diri dan tidak sengaja melihat

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Aib yang Terancam

    “Ingat ucapanku ini. Jika nanti muncul pertanyaan mengapa Celva lahir lebih awal dari perkiraan, berikan jawaban yang paling masuk akal. Jangan sampai ada satu katapun dari ucapanmu yang menyudutkan peranku,” ucap Angga. Nova berdiri di sampingnya, sebelah tangan terkait mesra dengan lengan Angga yang keras. Sekeras sifat pria itu. Berbagai wejangan Angga sampaikan untuk Nova, tentu pria itu tidak akan menyampaikannya di depan banyak orang. Sebentar lagi, mereka akan menghadapi kerumunan wartawan yang sudah membuat janji wawancara. Jengah. Satu kata yang menggambarkan suasana hati Nova saat ini. Setiap hal yang terjadi pada rumah tangganya selalu jadi sorotan. Bahkan, kronologi kejadian Nova yang melahirkan lebih awal dari hari perkiraan dokter pun menjadi tanda tanya bagi sebagian besar pemuja seorang Savangga. “Aku tahu apa yang harus aku lakukan,” jawab Nova malas. Di kepalanya, sudah tergambar jelas bagaimana keadaan di luar sana nantinya. Pikiran N

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01

Bab terbaru

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Negosiasi Rasa

    Kata orang, cinta juga bisa datang terlambat. Sama halnya seperti momen ini. Momen dimana sekujur tubuh Nova mematung saat berhadapan dengan sosok yang menghujam hatinya dengan kerinduan mendalam. Otaknya terasa mati karena Nova tidak bisa mendeteksi perintah apapun dari sana. Sedang Nova bergeming, ada sosok yang kini menatapnya penuh harap. Sosok itu berdiri tegak. Setegar karang yang tak jera menghantamnya dengan gelombang. Banyak cara Nova lakoni untuk menghabiskan keberanian Angga agar tak lagi menemuinya. Berharap dengan memupuk benci, hal itu akan membuat jarak diantara mereka semakin panjang. Sayang, yang terjadi justru kebalikannya. Angga lantang menerabas gelombang, hingga sebagian kecil dari dirinya enyah. Tidak lagi Nova lihat sorot angkuh di mata Angga, pun gestur cinta berlebihan terhadap diri sendiri pada pria itu. Berat Nova mencoba untuk menelan ludah, tapi, Angga justru mulai kembali bersuara. “Aku tahu ini keterlaluan. Tapi aku mohon, kali ini kita bicarakan dar

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Mejemput Asa

    Secarik kertas di tangan Angga konsisten membuat pikiran pria itu terus berputar. Di dalam kursi pesawat, pemandangan kota-kota kecil di bawah sana sama sekali tidak menarik minat Angga untuk beralih sedetikpun dari kertas itu. “Kau sudah menatap kertas itu hampir satu jam lamanya, Tuan. Apa kau tidak ingin melihat pemandangan indah di luar jendela itu?” Suara Chris membuat Angga mendongak. Ia menatap sang asisten dengan sorot jengah seraya menghembuskan napas berat. “Kapan pesawat akan landing?” tanya Angga. Responnya sangat jauh dari konteks obrolan yang dibangun oleh Chris. “Bukannya ini sudah dua jam?” “Kurang lebih lima menit lagi kita mendarat, Tuan. Bersabarlah, kesabaran akan berbuah manis,” jawab Chris. Pria itu kembali memandang lurus ke depan. Dimana para pramugari tengah sibuk memberikan peringatan untuk mengencangkan sabuk pengaman. Angga kembali berkutat pada pikirannya. Bayangan ekspresi wajah Nova berubah-ubah di sana sesuai dengan asumsi-asumsi yang Angga ciptakan

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Sebuah Petunjuk

    Sudah satu minggu lamanya, Mario menetap di hotel yang sama dengan Nova. Menjadi garda terdepan bagi nova tanpa diminta. Sore ini langit cukup cerah namun perlahan beranjak mengabu sebelum matahari benar-benar pamit dari altarnya. Mario bangkit dari sofa, diikuti sang asisten di belakangnya. “Kau sudah dapat informasi yang aku minta?” tanyanya sambil melangkah menuju mini bar di sudut ruang santai. “Sudah, Tuan. Saya dihubungkan oleh asisten beliau yang kebetulan sedang berada di Korea saat ini. Menurut informasi, Pak Angga sedang sakit.” “Sakit?” Mario mengulang. “Iya, Pak. Saya sudah coba mencari tahu tentang penyakit beliau, tapi Asisten pribadinya tidak bersedia memberi informasi detail.” “Tapi, kau sudah lakukan apa yang aku minta ‘kan?” Sang asisten mengangguk mantap. “Sudah, Pak. Beliau bersedia untuk bertemu malam ini jam tujuh.” Melihat pemandangan di luar jendela besar kamar hotelnya, Mario beralih pada arloji di tangan. “Sudah pukul enam. Kita berangkat sekarang saj

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Jauh Rindu, Dekat Tabu

    Lampu remang-remang di dalam klub malam di tengah kota Seoul ini membatasi pandangan Chris yang masuk ke dalamnya. Muda-mudi berlenggak-lenggok di lantai dansa. Di bawah lampu sorot mengikuti irama musik beat yang menggila. Pandangan Chris mengedar ke segala penjuru. Ia langsung bergegas dari bandara ke sini setelah menghubungi Angga. Kabarnya, pria itu berada di sini, namun sampai sekarang Chris belum menemukan petunjuk tentang keberadaan bosnya. Pergerakan Chris di tengah kerumunan orang-orang yang berdansa, menarik perhatian beberapa wanita di sana. Sesekali terdengar mereka mencoba menggoda Chris dengan panggilan-panggilan nakal. “Hai, tampan. Kau sendiri saja?” Seorang wanita mendekati Chris. Dua bingkai lensa di mata Chris ia koreksi saat berhadapan dengan wanita itu. “Kalau kau datang sendiri, aku mau menemani,” ucap wanita itu lagi. Rambut panjangnya sengaja dikibaskan di depan wajah Chris. Aroma bunga menguar setelahnya. Jelas, wanita itu sedang berusaha untuk menarik perh

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Realita Yang Disanggah

    “Bagaimana bisa Anda membiarkan orang dengan kondisi mental yang terganggu, bepergian sendirian bahkan, mengurus bayi? Apalagi Anda bukan suaminya.” Seorang pria paruh baya dengan seragam kepolisian menginterogasi Mario dengan segerombol pertanyaan. Ia menghela napas panjang, hendak menyela ucapan sang polisi namun pria itu terus berceloteh, tidak memberikan kesempatan bagi Mario untuk menjelaskan. “Anda tahu ‘kan? Apa yang Anda lakukan bisa disebut sebagai bentuk kelalaian dan berpotensi menyakiti orang lain.” “Saya paham, Pak. Itu mengapa saya ada di sini sekarang. Saya akan menebus Nova dan mengikuti prosedur hukum yang berlaku. Tolong beri sedikit keringanan untuk Nova. Bagaimanapun dia masih punya tanggung jawab untuk mengurus anaknya yang masih bayi,” ucap Mario panjang lebar. Tidak akan ia sia-siakan kesempatan untuk bicara. Tujuannya saat ini adalah membebaskan Nova dari hukuman paling berat. Mario mengikuti semua prosedur hukum yang berlaku atas pelanggaran yang Nova laku

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Berpapasan

    Kesibukan terlihat padat di pintu kedatangan Bandara Incheon. Seorang pria mengenakan setelan jas lengkap berwarna keabuan menarik beberapa mata di sana. Di balik kacamata hitam yang nangkring di hidung mancung pria itu, ada sepasang mata yang awas mengintai pergerakan seseorang dari arah lain bandara. Seorang wanita, dengan stroller bayi menemaninya duduk di ruang tunggu menuju pintu keberangkatan. Tujuannya bertolak belakang dengan kedatangan pria tadi. Pria itu melirik arlojinya, tiga puluh menit lagi seluruh penumpang jurusan penerbangan domestik lepas landas. Pria itu bergegas mendekati sang wanita. Dengan penampilan, tidak, ketampanannya yang sedikit mencolok dan menarik perhatian, Chris–pria itu–mendekati targetnya. “Selamat pagi, Nyonya.” Wanita berambut panjang, dengan iris mata hazel yang indah itu mendongak. Dahinya berkerut pun dengan kedua matanya yang memicing. Mencoba menilik sosok asing di depannya. “Ya? Anda siapa?” tanyanya. Ada sedikit getaran dalam suaranya.

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Kunci yang Terbuka

    Secangkir kopi panas di hadapannya sama sekali tidak menarik perhatian Angga. Di sudut salah satu kafe di jalan utama kota Seoul, ia membiarkan segala pikirannya berterbangan bebas terbawa angin. Laptop dengan layar yang masih menyala berakhir sama mengenaskannya dengan secangkir kopi itu. Padahal, deretan daftar pekerjaan yang seharusnya ia selesaikan secepatnya, meraung meminta dikerjakan. Suara di kepala Angga terlalu berisik. Bahkan membuat pria berusia 37 tahun itu kewalahan mengatur jam tidurnya. ‘Sudah waktunya kau mengejar kebahagiaanmu.” Untaian kalimat yang diucapkan Dalton tempo hari kian memperparah kegundahan hati yang selama beberapa hari ini meraung perhatian Angga agar tidak diabaikan. Lagi-lagi, hanya helaan napas berat yang menjadi penghujung keglisahan Angga. “Tidak seharusnya aku terjebak dalam kegalauan ini,” gumamnya, Angga mencoba mengalihkan pikirannya dengan menggeser pesan dengan seseorang yang jauh di belahan dunia sana. Deretan foto putri kecilnya mend

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Masalah Semakin Pelik

    Seminggu setelah Mario memutuskan untuk mencabut perjanjian kerja perusahaan mereka, Angga memilih hengkang dari apartemen pria itu. Ia cukup tahu diri untuk tidak menjadi benalu sahabatnya. Saat ini, Angga tengah berhadapan dengan pria paruh baya. Mario bilang, itu adalah koleganya yang akan memberikan suntikan dana untuk perusahaan cabang milik Angga yang hampir bangkrut. “Aku tertarik dengan konsep perusahaanmu. Hanya saja, Kerugian selama periode dua tahun ini cukup menarik perhatianku. Dan akan lebih berisiko jika aku investasikan uangku di sana. Bagaimana kalau begini saja,” ucap pria itu. Pria bernama Dalton, berusia sekitar lima puluh tahunan menjabat sebagai pemilik perusahan olahan ginseng paling terkenal di Korea.Meski terlihat kecewa dengan Angga, Mario tetap bertanggung jawab atas apa yang sudah ia janjikan. Satu alasan yang membuat Angga semakin tak enak hati padanya. Dalton memajukan tubuhnya, menatap Angga dengan sorot penuh rasa ketertarikan yang begitu besar namun

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   PUTUS KONTRAK

    Nova hendak mendekati Mark, namun langkahnya ditahan oleh Mario yang kini menatapnya dengan sorot menuntut. Sekujur tubuh Nova meremang. Pegangan Mario di lengannya seolah memiliki aliran magnet yang membuat pandangan Nova tidak beralih padanya. “Apa yang kamu lakukan, Mario? Tolong lepaskan aku,” pinta Nova. Ia membalas tatapan Mario tak kalah tegas, kemudian beralih pada kaitan tangan mereka. “Jawab yang sejujurnya, Nova. Apa benar yang dikatakan Mark?” Nada bicara Mario berubah dingin. Nova bisa merasakan pria itu sedang bergelut dengan kekecewaan yang begitu kental di dadanya. Dengan sedikit keras Nova menghempaskan pegangan Mario seraya berkata. “Benar atau tidak, masa laluku adalah urusanku. Baik kamu ataupun Mark tidak berhak mengintervensi hidupku,” balas Nova tegas. Kini jaraknya dengan Mark terkikis. Wajah mantan kekasihnya itu sama tegangnya dengan Mario setelah kalimat ultimatum Nova ucapkan. “Dan untuk kamu, Mark,” ucap Nova dingin. “Bukan hakmu juga mengatur hidupku.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status