Itu artinya, tidak ada satu pun property yang dia ingin berikan pada Olivia berhasil ditransfer ke atas nama istrinya itu. Olivia tidak menginginkannya.Dasar wanita yang keras kepala!Namun, dia sangat mencintai wanita itu!“Mama ada pernah bilang padamu, supaya menyuruh Olivia belajar etika ….”“Ma, dia sudah meminta bantuan tantenya. Malam ini, dia akan mulai ikut dengan tantenya untuk hadir dalam berbagai pesta. Tante Yuna yang akan mengajarinya. Itu lebih cepat dan efektif, dibandingkan pergi ke sekolah yang mengajari etika.”Dewi berkata, “Kalau begitu Mama nggak khawatir lagi. Kalau dia mau, Mama sebenarnya juga bisa membawanya.”Namun, dia pikir dia adalah ibu mertua Olivia. Mereka juga jarang menghabiskan waktu bersama. Ditambah lagi, jauh di dalam lubuk hatinya, dia selalu merasa latar belakang Olivia agak rendah, merasa wanita itu tidak cocok untuk putra sulungnya. Kalau dia membawa Olivia untuk berbaur dengan kalangan kelas atas, dia akan sangat tegas, dan itu akan memengar
Mendengar perkataan adiknya, kakak kedua Yenny berkata dengan takut, “Yenny, wanita itu ada yang mendukung di belakang. Kalaupun kita membayar beberapa preman untuk membuat masalah di sana, kita juga akan ketahuan pada akhirnya. Keluarganya itu punya uang dan kekuasaan. Kita nggak boleh mencari masalah dengan mereka.”“Kamu bilang adik iparnya itu putra pertama keluarga Adhitama? Kalau begitu, lebih nggak boleh dicari masalah lagi. Kamu nggak tahu siapa keluarga Adhitama? Kami di kampung saja pernah dengan nama mereka. Sudahlah, kamu hanya kasih Kakak uang jajan beberapa puluh juta saja, nggak seberapa dengan risiko yang harus Kakak tanggung kalau melakukan itu.”Ekspresi Yenny berubah masam. “Kak, aku ini adik Kakak. Adik kandung. Adik Kakak ditindas orang, tapi Kakak nggak mau membantuku?”Kakaknya berkata, “Coba katakan, bagaimana cara wanita itu menindasmu? Kamu bukan hanya berbohong pada kami. Waktu kamu pacaran dengan Roni, pria itu punya istri dan anak. Kamu jadi selingkuhannya
“Dulu waktu Papa dan Mama mau minta uang mahar, apa Kakak yang menyuruh mereka minta sebanyak itu? Di sekitar kita, keluarga mana yang mau menghabiskan 1,3 miliar untuk menikahi anak mereka? Kalian juga punya anak laki-laki. Kalau keluarga menantu kalian meminta uang mahar sebanyak itu di masa depan, apa yang akan kalian pikirkan?”“Kalau uang mahar sebanyak itu nantinya akan diberikan untuk keluarga kecil kami, aku pasti akan meminta Roni memberikannya. Lagi pula, itu hanya sebuah prosedur saja. Tapi, kalian bilangnya gimana? Uang maharnya supaya kehidupan kami lancar. Yang lancar hanya hidup kalian. Mereka memberi uang mahar sebanyak itu, tapi keluarga kita nggak memberi apa-apa sebagai penyerta pernikahan.”“Masa Papa dan Mama hanya akan menyimpan 120 juta, sisanya 1 miliar untuk kalian berdua masing-masing 500 juta. Atas dasar apa? Kita semua sama-sama anak dari Papa dan Mama, tapi kenapa mereka seperti mau menjual anak perempuan untuk membantu anak laki-laki? Mereka hanya memikirk
Odelina tidak meminta mahar dulu, makanya bisa diperlakukan seperti itu.Namun, uang mahar juga tidak boleh lebih dari yang biasa diminta orang. Orang tuanya langsung menyebut nilai yang besar seperti itu, sama saja dengan memeras keluarga suaminya agar bisa mensubsidi kedua kakaknya. Sama saja dengan menyuruhnya untuk hidup dengan susah setelah menikah.Dia tidak bisa menyetujui hal itu.Apalagi sekarang Roni sudah menyuruhnya mengatur uang. Roni tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk membeli apa pun yang perlu dibeli untuk renovasi rumah mereka. Dia yang akan mengeluarkannya. Setiap kali mengeluarkan uang, dia merasa sayang.Kalau belum menikah memang belum tahu kalau biaya berumah tangga itu sangat mahal.Dia sudah berumah tangga sekarang, jadi dia mulai belajar untuk mengatur anggaran dengan cermat. Terlebih lagi, dia dan Roni sedang menganggur sekarang.Meskipun mereka punya sedikit tabungan, tapi tidak punya pemasukan dan hanya ada pengeluaran sekarang. Jadi, mereka harus teta
Rita melangkah maju untuk menggendong Russel, lalu menciumi wajah anak itu sampai anak itu mengerutkan keningnya, baru dia berhenti.“Russel, Nenek datang buru-buru tadi, jadi nggak membelikanmu mainan. Nenek kasih Russel uang saja, ya. Kamu simpan uangnya dan minta Mama untuk mengantar Russel beli mainan. Russel bisa membeli apa pun yang Russel mau.”Sambil mengatakan itu, Rita mengeluarkan segepok uang, mengambil beberapa ratus ribu dan memberikannya kepada Russel.“Tante.” Odelina buru-buru menghentikan Rita. Dia menggendong putranya kembali dan berkata, “Tante, jangan berikan uang kepada Russel. Dia masih kecil. Kalau dia terbiasa diberi uang, nanti dia akan minta uang terus untuk membeli barang. Itu kebiasaan yang buruk.”Rita berkata, “Kalau begitu kamu saja yang ambil. Uangnya dari Mama, untuk beli barang Russel.” Dia menyerahkan uang itu kepada Odelina seraya mengatakan itu.Odelina mendorong kembali uang itu dan berkata, “Tante, Russel nggak butuh apa-apa sekarang. Nggak per
“Odelina, kamu butuh karyawan nggak di tokomu? Aku lagi nggak punya pekerjaan sekarang, dan umurku juga sudah semakin tua, jadi nggak mudah mendapatkan pekerjaan lagi. Aku nggak bisa bersaing dengan gadis-gadis yang masih muda.”“Kalau kamu mau cari orang, pekerjakan aku saja. Aku nggak akan meminta gaji yang terlalu tinggi. Kasih aku 14 sampai 16 juta saja sebulan. Aku akan menanggung biaya makan dan tempat tinggal sendiri.” Shella mengubah topik pembicaraan.Rita juga mendukung perkataan putrinya, berkata kepada mantan menantunya, “Odelina, Shella sudah lama menganggur, Kamu juga pasti terlalu capek kalau membuka toko sendiri sambil harus menjaga Russel. Kalau kamu mempekerjakan orang, kamu juga bisa lebih santai. Shella bukan orang asing. Dia juga bisa melakukannya. Lebih baik kamu mempekerjakan dia daripada orang lain. Kalau nanti orang yang kamu pekerjakan ternyata nggak jujur, jadinya seperti mengundang serigala ke dalam rumah.”“Russel Mama saja yang jaga. Kamu bisa berbisnis de
“Nenek, ada masalah apa? Kasih tahu aku. Nggak perlu minta bantuan Daniel.”“Nggak perlu bantuanmu. Jangan banyak tanya, berikan saja nomor Daniel pada Nenek.”Stefan memberikan nomor kontak temannya kepada neneknya dengan curiga. Dia masih belum menyerah dan bertanya, “Nek, apa yang terjadi? Kenapa Nenek mencari Daniel?”“Bukan urusanmu. Kamu kerja saja.”Setelah mendapatkan nomor Daniel, Sarah langsung menutup telepon cucu kesayangannya itu.Stefan yang ada di seberang telepon tercengang dan tidak bisa berkata apa-apa.Dia hanya ingin tahu, apa tidak boleh?Sarah menghubungi Daniel. Setelah Daniel menjawab teleponnya, dia berkata kepada Daniel dengan nada yang sangat cemas, “Daniel, gawat. Gawat. Orang-orang nggak tahu malu itu datang menindas Odelina lagi. Itu, mantan ibu mertua dan kakak iparnya iri melihat Odelina buka restoran dan meminta Odelina untuk memberikan restoran itu pada mereka. Odelina nggak bisa melawan mereka berdua sendirian. Dia sudah nggak segemuk dulu lagi.”“Nen
“Aku akan segera ke sana. Odelina, maaf.”Roni mewakili ibu dan kakaknya, meminta maaf pada Odelina, lalu segera menutup telepon.Dia mengambil kunci mobil dan berkata kepada ayahnya, “Pa, Mama dan Kak Shella pergi ke tempat Odelina lagi dan mempermalukan diri mereka sendiri. Papa ikut aku pergi ke sana dan bawa mereka pulang.”Raut muka Andi, ayah Roni, langsung berubah masam. Dia teridma sebentar, lalu berkata, “Benar-benar bikin malu.”Keluarga yang awalnya baik-baik tercerai berai. Menantu yang baik diganti dengan menantu baru. Lalu, istri dan putrinya malah menginginkan menantu yang lama lagi. Setiap hari pergi mencari dan mengganggu menantu lama. Bikin malu saja.“Setelah kamu dan Yenny mengadakan resepsi pernikahan, Papa akan membawa mamamu pulang ke kampung. Mulai sekarang, kalau nggak ada urusan penting, nggak perlu ke kota.”Andi pikir, dia sebaiknya membwa istri dan putrinya pulang ke kampung. Dengan begitu, mereka bisa menjaga jarak dengan menantu baru mereka. Kalau ada jar
“Duduk dulu di sana, kita bicarakan pelan-pelan,” kata Nenek Sarah seraya menunjuk ke sebuah gazebo yang terletak tidak jauh dari mereka.”Rosalina dengan lembut menanggapi ajakan itu dan menuntun Sarah menuju ke gazebo yang dimaksud. Setelah mereka sampai di sana dan duduk, Sarah memegang tangan Rosalina dan berkata kepadanya, “Rosalina, tekanan menjadi menantu di keluarga Adhitama pasti berat, ya. Nggak peduli apa pun yang kalian lakukan, pasti akan selalu ada mata yang terus mengawasi setiap pergerakan kalian kalaupun kalian melakukannya dengan baik, nggak banyak orang yang kasih pujian ke kalian, dan kalau mereka merasa kalian kurang baik, pasti banyak yang menghujat. Kalau privasi kalian nggak terjaga dengan baik, pasti akan dengan mudah tersebar ke luar dan menimbulkan rumor yang jadi hiburan untuk orang lain. Ini akan bikin kalian sangat frustrasi dan kerepotan.”Namun ketika mendengar itu, Rosalina hanya mengatupkan bibirnya dan menjawab, “Nek, aku baik-baik saja, kok. Awalnya
Sarah hanya ingin mencari topik pembicaraan dengan cucu menantunya itu, makanya dia pura-pura tertarik.“Aku rasa mereka orang yang sama. Mereka sampai cari satu pengganti untuk menyamar jadi Giselle. Habis itu, Lisa juga muncul di depanku. Dia ingin buat aku nggak curiga. Target mereka sepertinya Olivia. Tapi karena aku paling kenal Giselle, jadi mereka mau nggak mau harus libatkan aku juga.”Hanya dengan membuat Rosalina tidak curiga, Olivia baru akan berhenti curiga. Karena Rosalina kakaknya Giselle.“Aku hanya ingin beritahu Olivia, biar bisa analisis bersama. Rasanya mereka sedang main catur besar di belakang. Nggak perlu terburu-buru. Mereka nggak buru-buru, kita juga nggak buru-buru. Makanya aku pagi ini baru datang ke sini, tapi ternyata Olivia sudah pergi.”Rosalina merasa iri pada Olivia. “Aku juga ingin libur, bawa anak-anak pergi main. Tapi sayangnya aku nggak punya keponakan.”Rosalina memiliki adik perempuan, tapi Giselle juga belum menikah. Jadi dia belum memiliki kepona
“Iya, Mama sudah tua, nggak usah keliaran ke mana-mana dan buat anak-anak khawatir,” kata Dewi.Sarah sengaja melotot ke arah menantunya. “Kenapa kamu ikut-ikutan juga? Aku nggak keliaran. Sekarang aku diam saja di rumah, kan? Aku nggak ikut Oliv pergi gendong Audrey.”Dewi langsung mengungkap kebohongan ibu mertuanya. “Bukannya karena Mama selalu mau culik anak orang setiap kali pergi ke sana jadi sekarang mereka nggak mau terima kunjungan Mama?”Wajah Sarah memerah. Rosalina spontan tertawa cekikikan.“Rosalina, temani Nenek jalan-jalan. Suasana hati Nenek jadi nggak bagus karena tantemu. Dia nggak kasih aku cucu perempuan. Aku suka cucu orang lain, dia malah salahkan aku.”“Mama juga nggak punya anak perempuan, masih saja mau salahkan aku. Memangnya kami yang nggak mau punya anak perempuan? Ada masalah dengan feng shui keluarga Adhitama. Aku curiga rumah dan makam leluhur kita ada di tanah milik seorang biksu,” kata Dewi sambil menutup mulut untuk menahan tawa.Keluarga Adhitama han
Sarah pun tidak marah. Dia justru berkata, “Sekarang transportasi sudah mudah. Ada pesawat terbang, kereta cepat, mau ke mana-mana gampang. Pagi di Kota Mambera, siang sudah di luar negeri. Takut apa jauh? Yang penting orangnya baik, cocok untuk anak-anak. Kalian harusnya senang, malah bilang orang yang aku pilihkan kejauhan. Kalau suruh kalian yang urus, rambut kalian pasti akan semakin cepat beruban. Mana bisa santai seperti sekarang.”Sarah menyentuh rambut putihnya dan berkata lagi, “Rambutku putih semua karena mengkhawatirkan pernikahan mereka.”Dewi melihat rambut putih ibu mertuanya dan bercanda, “Mama bisa saja cat rambut Mama jadi hitam. Mama rawat diri dengan baik, kelihatan seperti baru usia awal enam puluhan. Kalau rambut Mama dicat hitam, pasti kelihatan lebih muda.”“Nggak mau. Harus berani hadapi kenyataan kalau aku sudah tua.”Orang yang datang adalah Rosalina. Baru saja masuk ke ruangan, dia mendengar percakapan santai antara ibu mertua dan menantunya.“Nenek, Tante.”
Setelah Olivia dan yang lainnya pergi, Dewi baru menelepon Yuna. Yuna pun segera mengangkat telepon.“Oliv sudah berangkat?” tanya Yuna.“Baru saja berangkat. Aku lihat dia dan Russel naik ke helikopter, sampai helikopternya terbang jauh, aku baru berani telepon kamu. Dia nggak akan bisa dengar percakapan kita, kecuali dia punya pendengaran super.”“Oke, terima kasih sudah kasih kabar.”“Sama saudara sendiri nggak perlu sungkan-sungkan. Toh, tujuan kita sama,” kata Dewi.“Kamu juga sungkan sama aku. Setelah semuanya selesai, ayo kita makan bareng. Aku yang traktir.”Keduanya adalah perempuan paling terhormat di Kota Mambera, tapi mereka tidak pernah makan bersama di luar. Karena Olivia menjadi menantu keluarga Adhitama, keduanya baru menjadi sadara. Namun, keduanya belum pernah membuat janji makan bersama.Mereka juga tidak sedekat Dewi dengan ibunya Bram dan ibunya Daniel. Namun, keluarga Ardaba dan keluarga Lumanto memang sangat dekat dengan keluarga Adhitama. Wajar saja Dewi dekat d
“Aku dan Tante akan pulang sebelum Tahun Baru. Om Stefan bilang habis dari luar kota, dia akan pergi ke sana jemput aku dan Tante.”Dewi tersenyum. “Kalau begitu kita nggak akan bisa bertemu selama belasan hari.”Dewi menarik Russel ke dekatnya lagi dan memeluknya sebentar. Kemudian, dia mencium pipi Russel dan berkata, “Selamat bersenang-senang di sana. Nanti ceritkan pada Nenek kamu dan Liam main apa saja, pergi ke mana, makan apa, terus bawa oleh-oleh dari sana buat kami.”Seandainya bukan karena khawatir Olivia akan mengetahui bahwa semua orang menyembunyikan situasi di Kota Cianter darinya, Dewi pasti tidak akan membiarkan Russel pergi ke Vila Ferda secepat ini.Di hari biasa, Russel harus masuk sekolah. Akhir pekan belum tentu anak itu datang. Hanya sesekali, itu pun untuk satu atau dua hari saja. Semua orang merindukan anak itu. Sekarang Russel sedang libur panjang, tapi dia malah merengek ingin pergi bertemu teman sepermainannya.“Oliv, karena kalian pergi main, bersenang-senan
“Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t
Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u
“Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi