“Pa.” Russel memanggil Roni.Roni melangkah maju, menggendong putranya dan bermain dengan anak itu sebentar. Sambil menunggu Odelina memarkir motor listriknya, dia berkata, “Kakekmu membawa beberapa sepupumu ke kantor untuk mencariku.”Odelina mengerutkan kening dan berkata, “Untuk apa mereka mencarimu?”Dia sudah bercerai dengan Roni.Ketika mereka baru mau bercerai, kakeknya pernah menipu mantan ibu mertuanya sejumlah uang. Dengar-dengar, jumlahnya mencapai puluhan juta.Dia tidak tahu apa mantan ibu mertuanya meminta uang itu untuk dikembalikan pada akhirnya?Odelina berpikir, mungkin tidak dikembalikan.Uang itu sudah masuk ke saku kakeknya, jadi sulit untuk memintanya kembali.Kedua belah pihak sama-sama tidak tahu malu, jadi kalau mereka bertengkar pasti akan seru sekali. Sayangnya, dia tidak melihat mereka bertengkar.“Mereka sudah tahu kalau Olivia adalah menantu dari keluarga Adhitama. Mereka datang ke kota untuk mencari Olivia, tetapi mereka nggak bisa menemukannya. Toko Oliv
Karena Yenny masih belum hamil, Roni jadi khawatir hubungannya dan Russel akan semakin renggang.Terlebih lagi, dia pernah melihat Odelina bersama Daniel. Meskipun menurutnya Daniel tidak mungkin menyukai Odelina, dia tetap khawatir putranya akan memanggil pria lain dengan sebutan “Papa” di kemudian hari.Jadi, dia ingin mengambil kesempatan ini untuk membawa Russel di rumahnya, agar anak itu bisa tinggal bersamanya selama beberapa waktu, agar dia bisa mendekatkan diri dengan putranya itu.Dia juga ingin Yenny berinteraksi dengan Russel. Jadi, kalau Yenny benar-benar tidak bisa hamil dan Odelina ingin menikah lagi, dia bisa memperjuangkan hak asuh atas Russel lagi.Bagaimanapun juga, anak ini adalah darah dagingnya. Dia tidak ingin anak ini memanggil pria lain dengan sebutan “Papa”.“Mereka sudah tahu aku cerai, untuk apa mereka menggangguku? Kalaupun mereka mau datang menggangguku, aku juga nggak takut pada mereka. Russel nggak dekat dengan kalian. Lagipula, kamu dan Yenny juga baru m
“Kangen.”Russel melingkarkan kedua lengannya di leher Olivia, juga mencium wajah Olivia beberapa kali, yang membuat hati Olivia meleleh. Dia sangat menyayangi anak ini.“Kak, kenapa Kakak baru pulang semalam ini? Aku sudah menyiapkan makan malam dari tadi,” tanya Olivia pada kakaknya sambil menggendong keponakannya.“Tukang dekorasinya malam baru pulang, jadi aku juga pulang agak malam. Kakak padahal ingin memasakkan makan malam untukmu, tapi malah kamu yang memasakkan untuk Kakak.”Olivia berkata, “Kak, aku hanya sedang ada masalah cinta, bukannya sakit. Kakak nggak perlu memasakkan makanan untukku.”Odelina berjalan menghampirinya dan melihat gambar yang digambarnya, yaitu sebuah jepit rambut.“Kalau suasana hatimu lagi buruk, gambarmu jadi nggak bagus. Nggak usah gambar dulu, deh.”Odelina membantu adiknya menyimpan papan gambar dan berkata, “Kamu nggak keluar jalan-jalan?”“Aku nggak ingin bergerak, jadi aku tidur sepanjang hari.”“Keluarlah untuk jalan-jalan besok. Kalau kamu di
Olivia pergi membuka pintu. Ketika pintu dibuka, sebuah tangan langsung hendak menamparnya.Reaksinya cepat, sehingga dia cepat-cepat meraih tangan itu.Ternyata Yenny.Yenny mengira Odelina yang membuka pintu, jadi begitu pintu dibuka, dia langsung hendak menamparnya. Tak disangka, ternyata Olivia. Olivia pernah belajar seni bela diri dulu. Dia memiliki refleks yang cepat, jadi tidak terkena tamparan itu.“Kamu?”“Untuk apa kamu datang ke sini?”Yenny baru sadar kalau orang di hadapannya adalah Olivia.Olivia menepis tangannya dengan kuat dan mendorongnya ke belakang. Dia hanya mendorong wanita itu sampai termundur beberapa langkah. Dorongannya tidak terlalu agresif.“Di mana Odelina? Suruh Odelina keluar. Dia menggoda suamiku!”Pulang kerja, Roni buru-buru meninggalkan kantor tanpa dirinya.Yenny awalnya sudah sangat kesal karena orang-orang dari keluarga Hermanus datang mencari Roni di kantor. Orang-orang itu bahkan masih memanggil Roni menantu dan adik ipar.Jelas-jelas Roni dan Od
Yenny juga tahu apa yang dia katakan itu sama sekali tidak masuk akal.Dia hanya marah.Dulu, Roni selalu bilang kalau pulang ke rumah melihat badan Odelina yang gemuk itu, dia jadi kehilangan nafsu makan.Setelah bercerai, Roni sudah berkali-kali datang menemui Odelina. Berat badan Odelina juga turun terus. Berat badan Odelina sudah turun belasan kilogram dibandingkan dengan ketika mereka baru bercerai. Bagi para model di luar sana, Odelina tentu masih kelihatan seperti wanita gemuk. Tapi, bagi orang biasa, dia hanya berisi dan montok sedikit.Yenny pikir Roni datang menemui Odelina karena Odelina sudah kurus, dan jauh lebih cantik dari sebelum mereka bercerai.Odelina berjalan ke pintu.Ketika melihat Odelina datang, Yenny langsung terlihat marah. Dia memelototi Odelina dengan galak dan berteriak, “Odelina, meski kamu punya tante yang kaya dan adik ipar dari keluarga Adhitama sekalipun, aku nggak takut padamu. Kalau kamu berani menggoda suamiku, aku akan mencabik-cabikmu.”Odelina me
“Yenny, kalau kamu nggak percaya padaku, kamu bisa pulang dan bertanya pada suamimu. Untuk apa kamu datang bertanya pada kakakku? Suamimu yang datang mencari kakakku, bukan kakakku yang pergi mencari suamimu. Kamu harus pahami dengan jelas,” ujar Olivia.“Kalau kamu memang nggak tenang, pulang dan potong kaki suamimu. Kujamin setelah itu, dia akan selalu berada di sisimu.”“Odelina, kamu pindah dari sini. Pindah yang jauh dan jangan sampai mertuaku tahu. Dengan begitu, Roni nggak akan datang mencarimu lagi.” Yenny mengabaikan sarkasme Olivia. Dia sangat iri pada Olivia sekarang.Olivia tidak lebih cantik darinya dan juga tidak lebih muda darinya. Namun, bisa-bisanya wanita itu menikah dengan tuan muda keluarga Adhitama.Nasib wanita ini benar-benar bagus.Dia benar-benar tidak tahu apa yang disukai Stefan Adhitama dalam diri Olivia?Bukan hanya Yenny yang berpikiran seperti itu. Banyak orang yang tidak mengerti mengapa Olivia bisa mendapatkan hati Stefan.Sebelum Odelina bisa menjawab,
Olivia mematikan panggilan video ituStefan berkata, “ … bahkan nggak memperbolehkanku melihat Russel.”Tahu begitu, dia akan terus mengajak Russel bermain. Setidaknya, dia masih bisa mendengar suara Olivia.Odelina memandangi adiknya, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Setelah menjemput adiknya untuk tinggal di rumahnya, dia tidak menanyakan apa pun pada adiknya. Adiknya akan bercerita padanya ketika siap.Melihat wajah Russel penuh dengan nasi, Odelina tertawa dan membantu membersihkan wajah putranya.Setelah makan malam, Olivia mau keluar.“Kamu mau ke mana?” tanya Odelina sambil mencuci piring.“Aku bosan. Mau keluar dan menghirup udara segar.”“Kak, aku pakai motor listrikmu, ya.”“Jangan pergi terlalu jauh. Baterainya mungkin nggak cukup. Kalau kamu pergi terlalu jauh dan baterainya habis di tengah jalan, kamu hanya bisa mendorongnya pulang. Pakai jaket lebih. Anginnya besar di luar.”“Aku tahu.”“Jangan cari Junia untuk mengajaknya minum alkohol, ya. Stefan mengkhawatirkanmu. Kaka
Olivia membawa Russel keliling kompleks dua kali, dan akhirnya membawa anak itu ke supermarket besar terdekat dan membelikannya banyak makanan ringan dan sekotak susu.Kemudian, mereka kembali ke gedung tempat Odelina menyewa rumahnya dan memarkir motor listriknya di sana.Olivia refleks melihat sekeliling, tetapi tidak melihat Stefan di sana. Dia merasa lega, tetapi perasaannya rumit.“Russel, turun dulu. Tante mau mendorong motornya ke garasi dan menguncinya.”Ada garasi umum di lantai satu, yang disediakan untuk penyewa untuk memarkir kendaraan mereka.Olivia menggendong keponakannya turun dari motor terlebih dahulu, lalu mengambil makanan ringan dan sekotak susu yang diletakkan di bawah jok motor dan meletakkannya di sebelah Russel.Russel tahu semua barang itu dibelikan bibinya untuknya, jadi dia segera berjongkok di samping kantong berisi makanan itu dan mengulurkan kedua tangan kecilnya. Satu tangan memegang kantong dan satu tangan lagi memegang satu kotak susu itu. Jelas sekali
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu
“Mama kamu sudah sibuk seharian pasti butuh istirahat, kita kasih dia waktu untuk istirahat sebentar, ya.”Russel sejenak berpikir, lalu dengan berat hati dia menyahut, “Oke, kalau begitu aku mau tidur dulu. Besok pagi baru aku telepon Mama. Tante Olivia, besok bangunin aku, ya.”“Oke. Jam 7.30 besok Tante bangunin, ya. Seharusnya jam segitu mama kamu lagi sarapan,” ujar Olivia.Dengan berat hati Russel melambaikan tangannya sambil berpamitan dengan Stefan, dia lalu meninggalkan amarnya Olivia dan kembali ke kamar tidur dia dan Liam.Di kamarnya Liam sedang menyalin nama-nama obat beserta khasiat dan larangan penggunaan dari setiap jenisnya. Saat melihat Russel kembali, dia langsung mengangkat kepalanya dan bertanya, “Russel, kamu sudah ketemu sama mama kamu?”Russel menghampiri dan melihat nama obat yang Lam tulis. Hanya sedikit saja huruf yang bisa dia baca. “Mama masih sibuk, jadi nggak ada waktu untuk ngobrol. Tante Olivia suruh aku untuk istirahat dulu. Besok pagi baru aku bisa ng
Tanpa pikir panjang Russel menjawab,”Jelas suka, dong! Aku suka Om Daniel. Asyik juga nambah satu papa lagi. Orang lain cuma punya satu papa, aku punya dua.”Pada saat awal-awal Daniel mencari tahu apakah Russel menginginkan ayah baru, Russel bilang kalau dia sudah punya ayah. Dia tidak ingin serakah, satu ayah saja sudah cukup. Sekarang ketika Russel sudah lebih besar, dia mulai membangun hubungan ayah dan anak dengan Daniel, dan sekarang dia sudah bisa menerima Daniel sebagai ayah barunya. Di luar itu, saat ini hubungan Russel dengan Daniel justru lebih dekat dibandingkan ayah kandungnya.Alasan utamanya adalah karena keluarga Pamungkas suka membuat masalah yang perlahan mengikis hubungan mereka dengan Russel. Russel sekarang masih kecil. Sebenarnya asal keluarga Pamungkas mau memperlakukan Russel dengan baik dan tidak memanfaatkannya untuk mendapat keuntungan pribadi, dan benar- benar menyayangi Russel dengan tulus, Russel juga pasti akan senang dengan mereka. Jika menunggu sampai R