Tatapan Stefan beralih dari sosok Olivia. Diam-diam dia ikut keluar bersama dengan Odelina. Olivia mengambil kertas dan pulpen, dia menuliskan kalimat permintaan maaf di dalam kertas dan meninggalkan nomor ponselnya serta namanya di sana agar pemilik mobil bisa menghubunginya. Olivia akan mengganti rugi uang servis mobil tersebut.Setelah selesai menuliskan semuanya, Olivia menyelipkan kertas tersebut dan berjalan keluar dari garasi mobil. Dia hanya menemukan kakaknya dan keponakannya saja, tidak ada sosok Stefan di sana.“Kak, dia sudah pergi?”“Barang yang kamu beli lumayan banyak, jadi Stefan berinisiatif untuk bantu bawa ke lantai atas.”Olivia hanya diam tanpa berkata apa pun.“Katanya mau cari angin, tapi akhirnya ke supermarket. Kalau kamu bersatu dengan Russel, seakan-akan mau memindahkan satu supermarket ke rumah,” kata Odelina sambil menggendong putranya dan berjalan naik dengan adiknya.“Waktu perasaanku nggak baik, dengan belanja bisa membuat perasaanku membaik.”Odelina te
Teringat dengan Olivia yang membawa gelas itu tadi dari dapur tanpa memecahkan gelasnya hanya agar Stefan bisa meminum air hangat untuk menghangatkan tubuhnya. Perempuan marah dan sedang enggan berbicara dengan Stefan. Meski di mulut berkata tidak ingin memaafkan lelaki itu, sikap Olivia menunjukkan sebaliknya.Pemikiran tersebut membuat Stefan merasa sedikit lega. Russel turun dari pangkuan Stefan untuk membuka bungkusan camilan. Melihat itu membuat Stefan ingin membantunya.“Terima kasih, Om.”Russel mengeluarkan bungkusan keripik kentang tersebut dan memberikannya pada Stefan sambil berkata, “Om, ini buat Om. Kata Tante Olivia ini enak sekali.”Namun Olivia jarang sekali memberikan keripik seperti ini pada Russel. Katanya anak kecil tidak boleh makan keripik terlalu banyak. Akan tetapi kenapa tantenya boleh sering makan keripik ini?Stefan menerima bungkusan tersebut. Setelah itu Russel mengeluarkan beberapa camilan lagi dari dalam kantong belanja dan meletakkannya di pangkuan Stefa
Mendadak seperti teringat akan sesuatu, Stefan bergegas menghidupkan lampu dan berjalan ke arah kamar Olivia. Dia membuka pintu kamar dan menemukan kondisi kamar yang tidak berubah. Semua peralatan sehari-harinya juga masih ada di sana.Lelaki itu membuka lemari baju dan melihat ada beberapa baju yang kurang, tetapi kopernya masih ada di samping lemari. Olivia tidak membawa semua barang-barangnya pergi. Hal itu membuat Stefan merasa lega dan menghela napas kasar.Untuk pertama kalinya dia begitu takut kehilangan seseorang. Stefan duduk di tempat tidur Olivia dan menyentuh kasur perempuan itu dengan perlahan. Dia merasa dirinya seperti tengah menyentuh sosok Olivia.“Olivia,” gumam lelaki itu dengan pelan.“Aku akan membuktikannya padamu dengan sikapku langsung. Aku nggak akan pernah membohongi kamu lagi untuk selamanya. Kalau sampai aku membohongi kamu lagi dan menyakiti kamu, aku izinkan kamu untuk mengabaikanku selama satu tahun. Eum … satu tahun sepertinya terlalu lama, tiga bulan s
Olivia tertawa dan berkata, “Mana mungkin nggak buka toko.”“Setelah kami tahu kamu itu istri dari Tuan Muda Adhitama, mereka semua menebak kamu bakalan jual toko kamu ini dan hidup jadi nyonya kaya seumur hidup. Bahkan mereka juga rela membeli toko kamu dengan harga tinggi karena merasa toko kamu mendatangkan keuntungan.”Chiko tertawa lebar sambil melanjutkan ucapannya lagi, “Ini semua bukan masalah toko, tapi memang takdirmu sudah ditentukan akan menjadi istrinya Tuan Muda Adhitama.”Orang-orang merasa dengan membeli toko milik Olivia, mereka akan memiliki nasib yang sama seperti perempuan itu.“Om, aku tetap akan menjadi aku. Toko ini hasil jerih payah aku dan Junia selama bertahun-tahun. Aku nggak mungkin melepaskannya begitu aja.”“Om dengar katanya menantu dari keluarga Adhitama nggak dibolehkan untuk bekerja di luar. Memangnya Pak Stefan mengizinkan kamu untuk terus muncul di publik?”Olivia terdiam dan berkata, “Om, aku bebas.”Stefan sudah membohonginya selama empat bulan leb
“Ini baru Olivia yang aku kenal!” kata Junia.Setelah motornya selesai di parkir, Junia membantu Olivia merapikan barang di toko.“Pak Stefan masih mencarimu?” tanya Junia perhatian.Olivia mengambil kemoceng dan mulai membersihkan debu di barang-barang toko sambil menjawab, “Menurutmu dengan sifat dia, dia bisa membiarkan aku tenang selama beberapa hari?”“Nggak bisa. Asalkan dia nggak keterlaluan seperti dulu, kamu tutup sebelah mata saja. Dia hanya terlalu takut kehilangan kamu,” ujar Junia.Olivia diam dan tidak berbicara. Melihat temannya yang tidak ingin membahas masalah hati membuat Junia memutuskan untuk tidak melanjutkan topik tersebut lagi.“Akhirnya tokonya buka! Olivia, Olivia!”Dari arah luar toko terdengar suara yang paling tidak disukai oleh Olivia. Setelah itu terlihat sosok Adi yang datang membawa cucunya sambil masuk ke dalam toko dengan senyuman lebar.“Olivia.”Senyuman di wajah lelaki itu tampak cerah dan bahagia. Dia tidak menyangka keponakannya bernasib begitu ba
“Pesan makanan saja. Olivia, nanti kamu yang bayar,” ujar Adi.Olivia nyaris menyemburkan tawanya melihat tingkah orang-orang di depannya ini. Sifat mereka tidak berubah sama sekali. Kerjaannya hanya mengambil keuntungan dari diri Olivia.Dengan dingin perempuan itu berkata, “Siapa yang pesan, dia yang bayar.”Dia juga melihat oleh-oleh yang dibawa oleh Yogi dan Bobby. Kantong yang dibawa oleh mereka tidak tertutup dan di dalamnya terlihat ubi dan juga talas. Mereka membawa barang-barang itu dan sudah mau menguasai meja kasir tokonya? Hanya kakeknya yang bisa kepikiran cara seperti ini.“Olivia, yang sudah terjadi biarlah terjadi. Kita lupakan saja semuanya dan jangan menyimpan dendam dalam hati. Bagaimana pun juga, Kakek ini Kakek kandung kamu. Kami juga bersedia minta maaf sama kamu. Kamu mau kami minta maaf di depan media?”“Kakek bisa minta kakakmu buat surat permintaan maaf dan mengunggahnya di internet. Setelah semua kesalahpahaman terselesaikan, kita semua tetap satu keluarga. K
Namun mereka tidak menyadari bahwa seluruh orang di Mambera tahu dengan apa yang pernah dilakukan keluarga Hermanus pada Olivia dan kakaknya. Semuanya beranggapan keluarga Hermanus tidak tahu malu.“Mimpi di siang bolong! Pintu keluar ada di sana, tolong kalian segera pergi!” kata Olivia karena emosi dengan sikap tidak tahu mereka.Bobby dan yang lainnya refleks mundur beberapa langkah. Mereka membiarkan Adi berdiri paling depan seorang diri. Olivia juga tidak akan bertindak kasar pada kakeknya meski perempuan itu marah karena kakeknya sudah tua.“Olivia!” seru Adi dengan wajah menggelap.“Boleh saja kalau kamu mau kami pergi, tapi kasih Kakek dua miliar dulu! Setelah itu Kakek langsung pulang ke kampung buat jaga Nenek. Kalau kamu nggak kasih uang, sekarang juga Kakek akan bawa mereka semua buat ganggu suami kamu di kantornya.”“Walaupun nggak dapat uang, Kakek juga akan buat keributan sampai kamu merasa malu dan jadi bahan tertawaan orang-orang. Kamu akan diremehkan di keluarganya me
“Kamu tunggu saja! Tunggu saja! Kakek akan mencari suamimu dan mengganggu dia di kantor! Kakek akan minta uang dengan dia! Kalau dia nggak mau kasih, Kakek akan ke rumah mertua kamu dan buat keributan di sana! Kakek akan buat kamu malu dan akhirnya kamu diusir dari sana!”Dia memang berencana melakukan apa yang dia katakan tadi. Sebelum datang ke toko, cucunya sudah mengingatkan kalau Olivia dan Odelina benci dengan mereka. Oleh karena itu, keduanya belum tentu bersedia memberikan uang sehingga para cucunya sudah memikirkan cara lain.Mereka menganggap Olivia akan berusaha menjaga nama baiknya karena sudah menjadi menantu di keluarga Adhitama. Asalkan mereka mengancam akan membuat keributan, perempuan itu akan bersedia memberikan uang. Kalau menolak, mereka akan langsung mendatangi kediaman atau kantor keluarga Adhitama.Olivia yang memang berasal dari keluarga yang tidak memiliki latar belakang apa pun tentu saja posisinya di keluarga Adhitama mudah digoyahkan. Kemungkinan mertuanya t
Semua ini salah bibinya yang terlalu ikut campur. Jika tida, si buta pasti sudah mati sejak lama. Rosalina sudah buta selama sepuluh tahun, siapa sangka suatu hari nanti dia bisa kembali melihat? Benar-benar manusia berencana, tetapi takdir yang menentukan. Pengganti itu terdiam saat ditanya oleh Giselle seperti ini. Dia hanyalah seorang pengganti, bahkan Giselle yang asli pun tidak bisa menikah masuk ke keluarga Adhitama sebagai nyonya muda. Selain itu, Giselle sudah menyinggung Calvin, jadi tidak ada lagi kesempatan baginya untuk masuk ke keluarga Adhitama. Dengan sedikit penyesalan, dia berkata,"Aku masih berharap bisa mendapatkan keberuntungan seperti Olivia, masuk ke keluarga Adhitama dan menjadi nyonya muda. Tapi sepertinya itu hanya harapanku yang berlebihan." Giselle tertawa, "Nggak heran kamu punya pemikiran seperti itu. Setiap gadis yang pernah melihat salah satu anak dari keluarga Adhitama, terlepas dari latar belakang mereka, pasti akan tergoda. Sayangnya, nggak ada sat
Pengganti itu menatap Giselle dengan penuh harapan dan bertanya, "Berapa banyak anak lelaki keluarga Adhitama yang masih lajang?" Dari pertanyaan itu, Giselle langsung tahu apa yang ada di dalam pikirannya. Dengan nada sarkastik, Giselle berkata, "Kenapa? Kamu juga bermimpi menikah masuk ke keluarga Adhitama?""Keluarga Adhitama bukanlah tempat yang bisa dimasuki oleh sembarang orang. Lihat aku, aku ini putri kedua dari keluarga Siahaan yang asli. Saat papa dan mamaku masih mengurus keluarga, aset kami ada triliunan. Tapi tetap saja, kami nggak bisa bergaul dekat dengan keluarga Adhitama." "Di acara perjamuan, saat mamaku menyapa para nyonya dari keluarga Adhitama, mereka hanya mengangguk dan tersenyum sebagai balasan. Kalau mau berbincang akrab dengan mereka, itu hal yang mustahil." "Para nyonya keluarga Adhitama jarang menghadiri pesta. Kalau mereka datang ke suatu acara, itu pasti undangan dari orang-orang yang memiliki status dan kedudukan yang sangat tinggi di Kota Mambera, bar
Penggantinya sudah tiba lebih dulu, tetapi dia tidak memiliki kunci untuk masuk, sehingga hanya bisa menunggu di depan vila. Setelah Giselle masuk, barulah pengganti itu mengendarai mobilnya dan mengikuti masuk ke dalam. Beberapa menit kemudian. Di ruang tamu yang megah, hanya ada dua wanita duduk di sofa mewah. Mereka saling menatap, mengamati satu sama lain. "Apakah wajahku terlihat sangat jelek sekarang? Rasanya wajahku bengkak seperti roti kukus yang mengembang." Orang pengganti itu meraba pipinya yang merah dan bengkak, terasa sangat sakit. Para pengawal keluarga Adhitama benar-benar kejam dalam menghukum orang. Giselle tidak bisa menahan tawanya, "Memang sangat jelek, hahaha, wajahmu bengkak sekali." Pengganti itu melotot padanya. "Kamu masih bisa tertawa? Aku ini menggantikanmu untuk menanggung hukuman! Cepat ambilkan es untukku, biar aku bisa mengompres wajahku. Ini sakit sekali!" "Kamu menyuruhku mengambilkan es untukmu?" Giselle membelalakkan matanya. "Aku ini nyonya
Hanya saja, waktunya sudah tidak cukup. Lotajuga tahu bahwa tidak bisa terburu-buru. Olivia dan yang lainnya terlalu waspada. Sebelumnya, Giselle sudah lebih awal menciptakan "pertemuan kebetulan" agar bisa mengenal Olivia dan orang-orang di sekitarnya. Namun, Olivia tetap waspada terhadapnya. Masalah utamanya adalah Giselle tidak belajar mengubah suaranya, sehingga Olivia curiga bahwa dia adalah Giselle. Karena itu, Olivia terus berjaga-jaga, membuat rencana mereka tidak mengalami kemajuan. Lota juga sempat kesal pada Giselle, merasa bahwa dia tidak berguna. Namun, setelah dipikirkan lagi, ini bukan sepenuhnya salahnya. Memang sejak awal, Giselle tidak memiliki banyak kemampuan. Perempuan itu hanyalah anak manja yang dimanja oleh orang tuanya sejak kecil. Ketidaktahuannya terhadap dunia luar membuatnya melakukan kesalahan besar yang menyeret orang tuanya ke dalam masalah, hingga akhirnya bisnis keluarga Siahaan kembali jatuh ke tangan Rosalina. Bahkan, dia sendiri sempat masuk pe
Giselle mengeluarkan suara manja saat berbicara. Lota tertawa di telepon, "Dari suaramu, aku bisa mendengar kegembiraanmu. Sepertinya saranmu berhasil digunakan dengan baik." "Ya, memang berhasil. Sangat efektif. Si Buta itu sekarang seharusnya sudah percaya bahwa Lisa itu bukan Giselle. Tentu saja, ini juga berkat kehebatan Pak Lota yang begitu cepat menemukan pengganti yang sangat mirip denganku." "Melihat pengganti itu, aku sendiri hampir mengira dia adalah saudara kembarku. Bentuk tubuh, wajah, suara dan semuanya sangat mirip." Sekarang Giselle percaya bahwa dua orang yang tidak memiliki hubungan darah pun bisa memiliki kemiripan yang luar biasa. Sama seperti dia dan penggantinya. Mereka tidak memiliki hubungan darah. Sebelum pengganti itu muncul, mereka bahkan belum pernah bertemu. Saat pertama kali bertemu, pengganti itu juga terkejut. Keduanya sempat berpikir bahwa orang tua mereka memiliki anak lain di luar nikah. Karena hal ini, Giselle semakin takut pada Lota. Lelaki itu
Calvin tampak serius dan berkata, "Kamu paling tahu bagaimana sifat adik perempuanmu. Bahkan ayah dan ibunya nggak bisa mendidiknya dengan baik, tapi sekarang orang itu bisa membuatnya berubah menjadi seorang wanita terhormat. Meskipun masih kurang sedikit, itu sudah sangat luar biasa." "Nanti aku akan bicara dengan Kakak." Rosalina berkata, "Sepertinya mereka datang untuk mencari Olivia, hanya saja aku tidak tahu alasannya." Lelaki itu menenangkannya dan berkata, "Jangan terlalu banyak berpikir, nanti juga akan terungkap. Setelah karyawanmu kembali, kita pergi makan." "Kita makan di rumah lama atau di hotel?" "Di hotel saja, rumah lama terlalu jauh." Meskipun para tetua masih berada di Vila Permai dan akan segera pergi, Calvin dan yang lainnya telah kembali ke kehidupan normal mereka. Mereka yang harus bekerja kembali bekerja, sementara yang masih sekolah tetap melanjutkan sekolahnya. Saat ini liburan baru saja dimulai. Sebagian besar siswa sudah libur, tetapi Sandy yang merupa
Saat Giselle baru keluar dari penjara, tangannya memang menjadi sedikit kasar, kulitnya juga menjadi sedikit lebih gelap. Setelah beberapa waktu, tangannya kembali ke tangan yang putih, lembut dan halus seperti sebelumnya. Bagaimanapun juga, Giselle baru berusia 21 tahun. Setelah Tahun Baru baru berusia 21 tahun. Jadi sekarang dia masih berusia 20 tahun.Perempuan seusia ini bagaikan bunga segar. Kulit rusak juga bisa pulih dengan cepat. Setelah keluar dari penjara, Giselle tidak mau pergi cari kerja. Dia menggunakan uang yang dia bawa pergi. Setelah uangnya habis, dia akan minta lagi pada adiknya. Dia menjalani kehidupan yang cukup enak. Orang yang tidak pernah bekerja tentu saja memiliki tangan yang halus dan lembut.Sedangkan tangan si Giselle palsu itu tidak cukup putih, juga tidak cukup halus dan lembut. Ada kapalan di tangannya. Kukunya sangat pendek, tidak dicat dengan cat kuku pula. Giselle sangat suka memakai cat kuku, dia juga suka memanjangkan kukunya.Sejak kecil Giselle su
“Aku pergi. Sekarang juga aku pergi.”Giselle tidak berani mengatakan kata-kata buruk lagi, juga tidak berani tinggal lebih lama. Begitu Calvin berteriak menyuruhnya pergi, dia langsung berbalik dan berlari kembali ke mobilnya, lalu membuka pintu dan masuk. Tak lama kemudian, mobilnya meninggalkan Spring Blossom.Nama toko bunga Rosalina sangat bagus. Spring Blossom, musim semi bunga bermekaran. Namun, di sana sama sekali tidak menyenangkan. Kalau tinggal terlalu lama di sana, bisa-bisa gigi pun melayang.Setelah Giselle pergi, Lisa juga tidak ingin berlama-lama. Dia pun berkata kepada Rosalina, “Bu Rosalina, aku pergi dulu. Besok aku baru datang lagi ambil bunga yang aku pesan.”“Oke,” jawab Rosalina.Lisa diam-diam melirik Calvin, lalu dia pergi bersama dua pengawalnya. Rosalina keluar dari toko dan melihat mobil Lisa melaju pergi. Hingga mobil itu menghilang di ujung jalan, dia baru kembali ke dalam toko.“Kenapa kamu ada waktu buat datang ke sini?” tanya Rosalina kepada suaminya de
Hebat sekali. Memang patut diacungi jempol.“Calvin.”Rosalina berjalan mendekat dan meraih tangan suaminya, lalu berkata lembut, “Dia hanya anjing gila yang suka sembarang gigit orang. Nggak usah pedulikan dia, jangan biarkan dia buat kamu marah. Nggak sepadan, Sayang. Aku sudah sering dimarahinya, sudah mati rasa. Mulut, mulut dia. Dia mau marah apa terserah dia. Kalau aku nggak tahan, aku tinggal suruh orang tampar dia.”Ekspresi tegas Stefan tiba-tiba berubah lembut. Giselle palsu tidak bisa menahan rasa cemburu ketika melihat perubahan ekspresi pria itu. Saat berhadapan dengannya, Calvin bersikap begitu dingin, seolah ingin mencabik-cabiknya. Namun di depan Rosalina, dia menjadi begitu lembut. Pria keluarga Adhitama benar-benar sayang istri.“Aku nggak tahan dengar ada yang hina kamu seperti itu. Kamu murah hati, nggak mau permasalahkan itu dengannya. Tapi aku nggak bisa seperti kamu. Kalau nggak dengar , aku nggak masalah. Tapi kalau sudah dengar, aku harus kasih dia pelajaran.”