“Cucu Menantu, akhirnya kamu datang juga. Cepat urus istri kamu yang nggak menghormati orang tua sama sekali. Anak yang nggak ada orang tua ternyata memang kurang ajar! Sedangkan kamu pasti mengerti dengan etika dan sopan santun, kamu harus ceraikan dia!”“Kalau nggak cerai, kamu juga harus ajarkan dia dengan tegas! Kalau nggak mau dengar ucapan kamu, pukul saja dia! Dulu neneknya juga Kakek pukul kalau nggak mendengarkan omongan Kakek. Setelah itu dia menjadi penurut.”“Cucu Menantu, Olivia membuat pakaian Kakek basah semua. Kamu kasih Kakek sedikit uang untuk membeli beberapa baju baru,” ujar Adi.Raut wajah Stefan yang dingin membuat hati Adi sedikit ketar ketir. Akan tetapi, dia coba menebalkan wajahnya dan tetap meminta uang. Junia yang mendengar ucapan lelaki tua itu ingin sekali melempar sapu ke arah Adi. Dia tidak pernah bertemu dengan seorang kakek yang sifatnya seperti Adi.Junia curiga ayahnya Olivia bukan anak kandung dari Adi. Olivia berbalik lagi dan masuk ke dalam kamar
Dunia ini memang tidak adil dengannya. Cucunya yang lain sangat menghormatinya, hanya Olivia saja yang bersikap seperti ini. Namun justru cucu yang paling kurang ajar padanya yang menikah dengan orang kaya.Bobby dan yang lainnya juga ikut kabur setelah melihat kakeknya kabur. Mereka berlari masuk ke mobil dan langsung melaju pergi. Stefan meletakkan ember yang berisi air ke lantai dengan gerakan sedikit kasar hingga air tersebut terciprat keluar mengenai celana lelaki itu.“Kalau berani jangan kabur! Dasar tua bangka!” seru Stefan ke arah mobil tersebut.Dia berencana meminta anak buahnya mengangkut Adi dan juga keluarganya yang lain untuk pergi dari sini. Olivia dan Junia ikut berlari keluar menyusul Stefan.“Olivia, orang-orang itu nggak boleh diajak berdamai. Meski mereka minta maaf di internet, kamu tetap nggak boleh damai dengan mereka. Semuanya orang yang nggak benar!”“Aku nggak pernah bilang mau berbaikan dengan mereka dan nggak akan bisa berdamai juga dengan mereka,” ujar Oli
Katanya dia harus memutus urat malu jika ingin mengejar istrinya kembali. Namun pada faktanya, majikannya itu masih tetap mempertimbangkan harga dirinya. Dimas bergegas kembali ke mobil untuk mengambil bunga mawar tersebut.“Pak, bunga yang Pak Stefan beli masih belum dikasih!” ujar Dimas sambil memberikan bunga tersebut pada Stefan. Lelaki itu tersadar jika dia membeli bunga untuk Olivia. Stefan menerima bunga itu dan berkata, “Saya bakalan bilang dengan Pak Joni untuk menaikkan bonus kamu bulan ini.”Dimas melonjak girang dalam hati, tetapi dia memasang raut wajah santun sambil berkata, “Selama Bapak dan Ibu kembali seperti sedia kala, saya nggak masalah kalau nggak ada bonus.”“Kalau gitu saya pakai uang bonus kamu untuk beliin Ibu bunga.”Orang-orang yang lain hanya membuang muka dan menahan tawa mereka. Sedangkan Stefan berlari masuk ke dalam toko sambil membawa bunga mawar. Dia menghentikan langkahnya dan berkata pada para anak buahnya,“Kalian semua kembali saja. Setiap melihat
“Stefan, kenapa kamu ada di sini?” tanya Amelia.Dengan identitas Stefan, dia tidak mungkin muncul di tempat ini. Namun lelaki yang ada di hadapannya saat ini memang Stefan. Sosok Stefan yang dia kenal!Ketika dia melihat satu ikat bunga di antara Stefan dan Olivia dengan tangan lelaki itu yang menggenggam tangan Olivia. Kedua bola mata Amelia melebar seketika dan merasa tidak percaya dengan pemandangan itu.Dalam kepalanya berputar pemikiran bahwa lelaki di depan itu hanya mirip dengan Stefan, tetapi dia bukan Stefan. Sikap lelaki itu yang dingin serta kehadirannya selalu bersamaan dengan para anak buahnya tidak akan mungkin menggenggam tangan seorang perempuan. Lelaki itu tidak mengizinkan perempuan mana pun selain keluarganya sendiri untuk mendekatinya dalam jarak tiga meter.Dia melupakan kalau sosok Stefan sudah memiliki istri. Bahkan lelaki itu bersikap sangat baik dengan istrinya. Meski dia belum pernah melihat istri Stefan, dia percaya bahwa lelaki itu seorang suami yang menyay
“Olivia, bagaimana cara dia menipumu? Dia selalu membohongimu bekerja paruh waktu?”Olivia pikir Amelia akan sangat marah ketika tahu Stefan adalah Tuan Muda Adhitama dan akan membencinya. Ketika Amelia mengetahui yang sesungguhnya, dia memang marah tetapi marah karena Stefan berbohong pada mereka.Asalkan Stefan mengatakan dia telah menikah, Amelia tidak akan mengejar lelaki itu lagi. Akan tetapi permasalahannya Stefan tidak bersuara dan dia berpikir lelaki yang dikejar masih berstatus lajang. Dia justru menjadi seorang perusak rumah tangga sahabatnya serta sepupunya sendiri secara tidak sadar.“Olivia, kalian kapan menikah?” tanya Amelia.“Sepertinya dua hari atau tiga hari setelah hari kemerdekaan,” ujar Olivia.Kala itu pernikahan ini hanya pernikahan kilat. Olivia hanya mencari teman untuk tinggal bersama dan tidak pernah dengan sengaja mengingat tanggal pernikahan.“Olivia, hari pernikahan kita itu setiap 10 Oktober.”Sekarang Stefan mengingat tanggal pernikahan mereka di luar ke
Olivia mendongak dan menatapnya. Akan tetapi Stefan justru berbalik pergi. Perempuan itu tercenung ketika melihat Stefan yang melangkah menjauh. Hatinya mendadak terasa begitu perih.Ketika Junia sedang berbincang dengan Amelia di luar, mereka melihat Stefan yang keluar dari toko dengan ekspresi keruh. Tanpa melihat ke arah mereka, lelaki itu berjalan lurus dan masuk ke mobil mahalnya.Para anak buahnya sudah diusir oleh Stefan, tetapi sopirnya tidak berani pergi karena khawatir Stefan akan memerlukan mobil. Melihat lelaki itu keluar, sopirnya bergegas turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuknya.Tidak sampai dua menit, Stefan pergi bersama dengan mobil Rolls-Royce tersebut dan menghilang dari pandangan Junia dan Amelia. Keduanya berpandangan sejenak dan langsung berlari masuk ke toko. Olivia tidak terlihat di balik meja kasir. Mereka hanya menemukan karya kerajinan tangan Olivia yang tergeletak di sana dengan beberapa noda darah di meja. Bahkan di gunting juga ada jejak darah
“Nggak ada hubungannya dengan dia, aku yang nggak hati-hati.”Olivia bersikap seperti tidak terjadi sesuatu dan berkata pada Amelia, “Amelia, masalahku dengan Stefan-““Olivia, aku nggak menyalahkanmu, kamu nggak perlu menjelaskan apa pun padaku dan juga nggak perlu minta maaf. Aku juga bukan baru mengenalmu satu hari. Aku hanya marah karena Stefan membohongi kita berdua dan buat kita seperti orang bodoh.”Tadi Junia menceritakan kejadian setelah Olivia mengetahui identitas asli Stefan pada Amelia. Mendengar cerita tersebut, Amelia merasa iba dengan adik sepupunya itu karena sudah dibohongi oleh Stefan.“Olivia, aku sudah melupakan Stefan sejak tahu dia sudah menikah. Aku juga sudah nggak memikirkan dia lagi dan perasaanku sekarang sangat tenang. Jangan ada yang berubah dari keputusan kamu karena aku. Singkirkan kenyataan Stefan membohongimu karena dia memang pantas untuk jadi tempat kamu bersandar.”“Tapi aku juga nggak ingin kamu terlalu cepat memaafkan dia karena dia sudah membohong
Stefan hanya diam tak berbicara. Melihat ekspresi lelaki itu membuat Reiki juga tidak ingin berkata apa pun lagi dan hanya menyarankan, “Bagaimana kalau kamu di kantor dan aku coba bantu kamu cari informasi? Aku rasa sekarang kamu perlu melakukan sesuatu untuk membagi fokusmu dulu.”“Masalah kamu dengan istrimu juga nggak akan terselesaikan dalam satu atau dua hari ini. Nggak ada gunanya kamu gusar dan panik. Semakin gusar dan panik, maka semakin mudah melakukan kesalahan.”Untuk saat ini Stefan memang membutuhkan sesuatu untuk mengalihkan fokusnya dulu. Dengan pasrah dia berkata, “Bilang saja kalau kamu mau kabur. Nggak perlu pakai alasan buat bantuin aku segala.”Reiki hanya cengengesan dan berkata, “Aku sudah kerja bagai kuda demi kamu selama bertahun-tahun. Sudah sepantasnya aku diizinkan untuk istirahat selama dua hari.”Hubungannya dan Junia masih jalan di tempat. Mungkin karena masalah Stefan dan Olivia yang membuat Amelia terus memperhatikan situasi kondisi. Junia memang tertar
Calvin ingin menjemput Rosalina di bandara, tapi Rosalina tidak mengizinkannya pergi. Rosalina pulang bersama pengawalnya. Rosalina bilang dia sudah bisa melihat. Calvin tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya lagi. Biar dia bisa jadi lebih mandiri.Baiklah, Calvin hanya bisa menuruti apa kata istrinya. Kebetulan dia juga sangat sibuk. Rosalina perhatian padanya, tidak butuh Calvin jemput di bandara. Calvin pun segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang untuk menunggu Rosalina.Calvin sudah menyiapkan satu meja penuh dengan makanan favorit istrinya. Rosalina sudah makan di pesawat. Namun sesampainya di rumah, dia sudah lapar lagi. Jarak bandara dan rumahnya agak jauh.Entah kapan hujan yang menetes di luar berhenti. Akan tetapi, ada air di mana-mana. Langit masih mendung. Suhu lebih rendah dibandingkan tadi pagi.Begitu mendengar suara mobil, Calvin langsung keluar untuk menyambut Rosalina. Tepat saat Rosalina keluar dari mobil, Calvin pun segera menuruni tangga sambil tersenyum. “Sud
“Bukannya Ronny kerja dengan baik? Yohanna juga nggak pilih-pilih masakan yang dia buat.”Risa bertanya dengan heran. Tanpa menunggu jawaban Jaka, dia pun berkata lagi, “Padahal masakannya benar-benar enak. Tapi dia sendiri sudah jadi bos. Mungkin dia nggak bisa terima perubahan status secara tiba-tiba.”Bekerja sebagai koki pribadi di keluarga Pangestu sama saja dengan menjadi pelayan. Ronny memiliki kemampuan, dia juga telah menjadi bos. Dia tidak kekurangan uang. Dia menjadi koki pribadi keluarga Pangestu hanya untuk sebuah tantangan. Wajar saja kalau dia sudah tidak tahan lagi.Sayang sekali, baru dua hari sudah harus diganti lagi. Risa sudah terbiasa dengan seringnya pergantian koki di rumahnya.“Tommy sangat suka sarapan yang dibuat Ronny. Banyak jenis, bahkan bisa buat bentuk hewan kecil. Tommy dan yang lainnya sangat suka.”Jaka menunggu hingga Risa selesai bicara. Setelah itu, dia baru menjelaskan, “Bukan karena Ronny nggak kerja, Bu. Bu Yohanna mau ke luar kota, jadi Ronny ik
Rasanya Jaka yang menjadi kepala pengurus villa ini sangat mengkhawatirkan Yohanna. Yohanna mau ke luar kota, Jaka pun pesan kepada Ronny berulang kali. Satu hal diulang terus berulang kali, seolah takut Ronny akan lupa.Awalnya Jaka ingin meminta Ronny menjaga Yohanna. Mungkin karena Jaka mengingat Ronny masih muda dan belum menikah, begitu pula dengan Yohanna. Jaka pun berubah pikiran.Pria dan perempuan lajang tinggal bersama, mudah untuk terjadi masalah. Jadi Jaka tidak boleh membiarkan Ronny punya niat tidak baik. Lebih baik biarkan Ronny hanya bertanggung jawab memasak. Ada pengawal perempuan yang menjaga Yohanna.Padahal Ronny sama sekali tidak punya niat jahat. Lagi pula, dia baru saja hadir dalam kehidupan Yohanna. Meskipun sejak awal dia sudah tahu kalau Yohanna adalah calon istri yang neneknya pilihkan untuknya. Mereka baru saja saling kenal. Bagaimana mungkin ada perasaan di antara mereka?Tanpa perasaan, Ronny tidak menginginkan apa pun. Dia hanya ingin fokus memasak. Jika
Ronny dan Jaka datang dengan mobil yang sama. Dalam perjalanan pulang, Ronny bertanya pada Jaka, “Biasa kalau Bu Yohanna dinas ke luar kota, dia tinggal di hotel atau dia ada beli rumah dan tinggal sendiri?”“Bu Yohanna nggak bilang mau ke mana. Kalau tempat yang ada perusahaan cabang, biasanya ada rumah sendiri. Setiap kali ke sana, Bu Yohanna tinggal di rumahnya sendiri. Rumahnya mungkin nggak besar, tapi ada karyawan. Barang kebutuhan sehari-hari pasti sudah ada,” jawab Jaka.“Kalau dia pergi sekadar bahas kerja sama dengan orang lain, Bu Yohanna akan tinggal di hotel. Sekalipun tinggal di hotel, dia akan tinggal di kamar presidential suite. Bisa masak sendiri. Saat ikut Bu Yohanna ke luar kota, kamu hanya perlu bawa barang yang kamu butuhkan. Kalau nggak bisa masak, dia nggak akan bawa kamu ke sana.”Ronny berpikir sejenak. “Benar juga, ya. Kalau begitu aku pulang dan beres-beres dulu. Nggak perlu bawa banyak barang. Cukup bawa bumbu. Untuk bahan-bahan, beli di sana saja.”Sungguh
Ternyata Yohanna mau keluar kota. Ronny pun menjawab dengan hormat, “Baik, Bu.”Saat ini, Jaka tiba-tiba bertanya, “Bu Yohanna mau keluar kota, nggak bawa Ronny?”Yohanna begitu pilih-pilih makanan. Saat berada di luar kota, sulit baginya untuk menemukan makanan yang bisa dia makan. Lebih baik kalau dia membawa koki pribadinya. Dulu, Yohanna jarang dinas ke luar kota.Yohanna terdiam. Sementara itu, Ronny membersihkan meja tanpa bersuara. Dalam hati justru berkata, “Dia begitu pemilih. Kalau bepergian jauh, dia pasti kelaparan terus.”Setelah berpikir selama beberapa menit dan mempertimbangkan perutnya, Yohanna baru berkata dengan suara pelan, “Kalau begitu, Ronny, kamu pulang dan siap-siap. Jam lima sore kamu datang ke sini lagi. Ikut aku ke luar kota. Pak Jaka, jangan beritahu siapa pun selain keluargaku soal Ronny ikut aku keluar kota.”Yohanna takut kalau orang lain tahu dia ke luar kota dengan membawa koki pribadi muda, mereka akan bicara ini-itu dan membuat segala macam rumor. Se
Dulu Fendi sering menindas Dira, sehingga Dira sering berkelahi dengannya. Setelah dewasa, meskipun tidak berkelahi lagi, Dira sebisa mungkin menghindar jika seseorang membahas Fendi.Dira benar-benar membenci mata Fendi. Pria itu selalu menatap Dira sambil tersenyum. Bagi yang tidak tahu akan mengira Fendi menyukainya.“Baiklah,” kata Dira dengan enggan.“Balik ke kantormu sana. Istirahat dulu, nanti sore ada rapat.”Yohanna mengambil kotak dessert dan menjejalkannya ke tangan Dira, lalu berkata, “Kalau Fendi berani ganggu kamu, tunggu aku pulang, aku akan bantu kamu balas dia.”“Sekarang dia nggak akan kelahi denganku. Sekalipun dia main tangan, aku juga nggak takut. Aku nggak pernah kalah saat kelahi dengannya.”Begitu teringat Dira yang dulu suka menggila, Yohanna sengaja memasang raut wajah cemas. “Kamu tangguh begitu, gimana mau nikah? Bikin orang cemas saja.”Dira spontan memasang wajah cemberut. “Aku hanya tangguh di depan Fendi. Di depan orang lain, aku tetap perempuan yang ba
Apalagi Ronny sudah bilang kalau dia memiliki bisnisnya sendiri. Ronny punya beberapa perusahaan. Ditambah lagi auranya, penampilannya, tutur katanya membuat orang langsung tahu kalau Ronny bukan dari keluarga biasa. Wajar saja kalau orang tua Yohanna berpikir macam-macam.Orang tua Yohanna tidak ingin Yohanna menikah dengan pria dari kota lain dan pindah ke tempat yang jauh dari rumah. Yohanna sendiri juga tidak mau. Namun dalam kondisi terdesak, bisa saja orang tua Yohanna akan meminta Ronny untuk pindah ke Kota Aldimo.“Nggak. Mana mungkin Om dan Tante suruh aku ngomong begini? Ronny baru kerja dua hari. Semua orang belum terlalu kenal dia,” jawab Dira sambil tertawa pelan. “Malam hari kalau lagi nggak bisa tidur, biasanya aku baca novel. Makanya aku jadi lebih sensitif. Aku sering bayangkan diri sendiri masuk ke dalam alur novel.”“Kamu nggak bisa tidur? Itu artinya kamu kurang sibuk. Kamu follow up proyek dengan Banjaya saja,” kata Yohanna.“Kak, aku nggak mau proyek itu. Penanggu
“Kak Yohanna bahkan nggak perlu olahraga. Bentuk badanmu tetap standar model, karena kurang makan.”Kalau Yohanna merasa makanan itu tidak enak, dia lebih memilih kelaparan. Dia sering tidak makan, tekanan pekerjaan juga besar. Tidak heran kalau dia tidak bisa gemuk.“Ronny buat Kakak makan dengan nyaman. Bukankah itu perhatian? Aku nggak bisa bilang dessert yang dia siapkan adalah dessert kesukaan Kakak. Itu karena Kakak nggak ada dessert favorit. Tapi yang dia siapkan adalah makanan yang bisa Kakak makan.”“Aku sudah bandingkan. Dessert untuk aku ini kesannya lebih asal-asalan. Tentu saja, makanan yang dia buat sangat cantik dan rasanya juga enak. Tapi tetap saja bisa dilihat mana yang benar-benar dia siapkan dengan sepenuh hati. Selama dua hari ini, kita jadi punya lebih banyak waktu untuk istirahat. Sore Kakak jadi nggak perlu minum terlalu banyak kopi.”“Dira, aku benar-benar curiga kamu sudah disuap Ronny. Apa motifnya dengan suruh kamu ngomong hal-hal baik tentangnya di depanku?
“Bu Dira.”Ronny dan Jaka berdiri di depan pintu kantor. Begitu pintu terbuka, kedua orang itu menyapa Dira dengan hormat. Saat ini, baru waktunya pulang kerja. Sekretaris juga siap-siap turun untuk makan malam.Ronni meminjam dapur perusahaan untuk menyiapkan makan siang untuk Yohanna. Ronny juga mengontrol waktunya dengan baik. Beberapa menit sebelum jam pulang kerja, dia sudah mengantar makanan buatannya ke lantai atas. Dengan begitu, dia bisa menghindari karyawan lainnya dengan sempurna. Selain itu, dia juga tidak akan menyita waktu kerja Yohanna.Butuh beberapa menit bagi Ronny dan Jaka untuk pergi dari kantin perusahaan ke gedung kantor, lalu naik lift menuju lantai paling atas.“Pak Jaka, Ronny, kalian sudah datang.”Dira minggir ke samping agar kedua pria itu bisa masuk. “Kami baru saja pulang kerja,” kata Dira.Jaka dan Ronny masuk ke kantor. “Bu Yohanna.”Keduanya menyapa Yohanna dengan sopan, lalu berjalan ke sofa dan meletakkan kotak bekal di atas meja. Kemudian, mereka mem