Yenny juga tahu apa yang dia katakan itu sama sekali tidak masuk akal.Dia hanya marah.Dulu, Roni selalu bilang kalau pulang ke rumah melihat badan Odelina yang gemuk itu, dia jadi kehilangan nafsu makan.Setelah bercerai, Roni sudah berkali-kali datang menemui Odelina. Berat badan Odelina juga turun terus. Berat badan Odelina sudah turun belasan kilogram dibandingkan dengan ketika mereka baru bercerai. Bagi para model di luar sana, Odelina tentu masih kelihatan seperti wanita gemuk. Tapi, bagi orang biasa, dia hanya berisi dan montok sedikit.Yenny pikir Roni datang menemui Odelina karena Odelina sudah kurus, dan jauh lebih cantik dari sebelum mereka bercerai.Odelina berjalan ke pintu.Ketika melihat Odelina datang, Yenny langsung terlihat marah. Dia memelototi Odelina dengan galak dan berteriak, “Odelina, meski kamu punya tante yang kaya dan adik ipar dari keluarga Adhitama sekalipun, aku nggak takut padamu. Kalau kamu berani menggoda suamiku, aku akan mencabik-cabikmu.”Odelina me
“Yenny, kalau kamu nggak percaya padaku, kamu bisa pulang dan bertanya pada suamimu. Untuk apa kamu datang bertanya pada kakakku? Suamimu yang datang mencari kakakku, bukan kakakku yang pergi mencari suamimu. Kamu harus pahami dengan jelas,” ujar Olivia.“Kalau kamu memang nggak tenang, pulang dan potong kaki suamimu. Kujamin setelah itu, dia akan selalu berada di sisimu.”“Odelina, kamu pindah dari sini. Pindah yang jauh dan jangan sampai mertuaku tahu. Dengan begitu, Roni nggak akan datang mencarimu lagi.” Yenny mengabaikan sarkasme Olivia. Dia sangat iri pada Olivia sekarang.Olivia tidak lebih cantik darinya dan juga tidak lebih muda darinya. Namun, bisa-bisanya wanita itu menikah dengan tuan muda keluarga Adhitama.Nasib wanita ini benar-benar bagus.Dia benar-benar tidak tahu apa yang disukai Stefan Adhitama dalam diri Olivia?Bukan hanya Yenny yang berpikiran seperti itu. Banyak orang yang tidak mengerti mengapa Olivia bisa mendapatkan hati Stefan.Sebelum Odelina bisa menjawab,
Olivia mematikan panggilan video ituStefan berkata, “ … bahkan nggak memperbolehkanku melihat Russel.”Tahu begitu, dia akan terus mengajak Russel bermain. Setidaknya, dia masih bisa mendengar suara Olivia.Odelina memandangi adiknya, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Setelah menjemput adiknya untuk tinggal di rumahnya, dia tidak menanyakan apa pun pada adiknya. Adiknya akan bercerita padanya ketika siap.Melihat wajah Russel penuh dengan nasi, Odelina tertawa dan membantu membersihkan wajah putranya.Setelah makan malam, Olivia mau keluar.“Kamu mau ke mana?” tanya Odelina sambil mencuci piring.“Aku bosan. Mau keluar dan menghirup udara segar.”“Kak, aku pakai motor listrikmu, ya.”“Jangan pergi terlalu jauh. Baterainya mungkin nggak cukup. Kalau kamu pergi terlalu jauh dan baterainya habis di tengah jalan, kamu hanya bisa mendorongnya pulang. Pakai jaket lebih. Anginnya besar di luar.”“Aku tahu.”“Jangan cari Junia untuk mengajaknya minum alkohol, ya. Stefan mengkhawatirkanmu. Kaka
Olivia membawa Russel keliling kompleks dua kali, dan akhirnya membawa anak itu ke supermarket besar terdekat dan membelikannya banyak makanan ringan dan sekotak susu.Kemudian, mereka kembali ke gedung tempat Odelina menyewa rumahnya dan memarkir motor listriknya di sana.Olivia refleks melihat sekeliling, tetapi tidak melihat Stefan di sana. Dia merasa lega, tetapi perasaannya rumit.“Russel, turun dulu. Tante mau mendorong motornya ke garasi dan menguncinya.”Ada garasi umum di lantai satu, yang disediakan untuk penyewa untuk memarkir kendaraan mereka.Olivia menggendong keponakannya turun dari motor terlebih dahulu, lalu mengambil makanan ringan dan sekotak susu yang diletakkan di bawah jok motor dan meletakkannya di sebelah Russel.Russel tahu semua barang itu dibelikan bibinya untuknya, jadi dia segera berjongkok di samping kantong berisi makanan itu dan mengulurkan kedua tangan kecilnya. Satu tangan memegang kantong dan satu tangan lagi memegang satu kotak susu itu. Jelas sekali
Tatapan Stefan beralih dari sosok Olivia. Diam-diam dia ikut keluar bersama dengan Odelina. Olivia mengambil kertas dan pulpen, dia menuliskan kalimat permintaan maaf di dalam kertas dan meninggalkan nomor ponselnya serta namanya di sana agar pemilik mobil bisa menghubunginya. Olivia akan mengganti rugi uang servis mobil tersebut.Setelah selesai menuliskan semuanya, Olivia menyelipkan kertas tersebut dan berjalan keluar dari garasi mobil. Dia hanya menemukan kakaknya dan keponakannya saja, tidak ada sosok Stefan di sana.“Kak, dia sudah pergi?”“Barang yang kamu beli lumayan banyak, jadi Stefan berinisiatif untuk bantu bawa ke lantai atas.”Olivia hanya diam tanpa berkata apa pun.“Katanya mau cari angin, tapi akhirnya ke supermarket. Kalau kamu bersatu dengan Russel, seakan-akan mau memindahkan satu supermarket ke rumah,” kata Odelina sambil menggendong putranya dan berjalan naik dengan adiknya.“Waktu perasaanku nggak baik, dengan belanja bisa membuat perasaanku membaik.”Odelina te
Teringat dengan Olivia yang membawa gelas itu tadi dari dapur tanpa memecahkan gelasnya hanya agar Stefan bisa meminum air hangat untuk menghangatkan tubuhnya. Perempuan marah dan sedang enggan berbicara dengan Stefan. Meski di mulut berkata tidak ingin memaafkan lelaki itu, sikap Olivia menunjukkan sebaliknya.Pemikiran tersebut membuat Stefan merasa sedikit lega. Russel turun dari pangkuan Stefan untuk membuka bungkusan camilan. Melihat itu membuat Stefan ingin membantunya.“Terima kasih, Om.”Russel mengeluarkan bungkusan keripik kentang tersebut dan memberikannya pada Stefan sambil berkata, “Om, ini buat Om. Kata Tante Olivia ini enak sekali.”Namun Olivia jarang sekali memberikan keripik seperti ini pada Russel. Katanya anak kecil tidak boleh makan keripik terlalu banyak. Akan tetapi kenapa tantenya boleh sering makan keripik ini?Stefan menerima bungkusan tersebut. Setelah itu Russel mengeluarkan beberapa camilan lagi dari dalam kantong belanja dan meletakkannya di pangkuan Stefa
Mendadak seperti teringat akan sesuatu, Stefan bergegas menghidupkan lampu dan berjalan ke arah kamar Olivia. Dia membuka pintu kamar dan menemukan kondisi kamar yang tidak berubah. Semua peralatan sehari-harinya juga masih ada di sana.Lelaki itu membuka lemari baju dan melihat ada beberapa baju yang kurang, tetapi kopernya masih ada di samping lemari. Olivia tidak membawa semua barang-barangnya pergi. Hal itu membuat Stefan merasa lega dan menghela napas kasar.Untuk pertama kalinya dia begitu takut kehilangan seseorang. Stefan duduk di tempat tidur Olivia dan menyentuh kasur perempuan itu dengan perlahan. Dia merasa dirinya seperti tengah menyentuh sosok Olivia.“Olivia,” gumam lelaki itu dengan pelan.“Aku akan membuktikannya padamu dengan sikapku langsung. Aku nggak akan pernah membohongi kamu lagi untuk selamanya. Kalau sampai aku membohongi kamu lagi dan menyakiti kamu, aku izinkan kamu untuk mengabaikanku selama satu tahun. Eum … satu tahun sepertinya terlalu lama, tiga bulan s
Olivia tertawa dan berkata, “Mana mungkin nggak buka toko.”“Setelah kami tahu kamu itu istri dari Tuan Muda Adhitama, mereka semua menebak kamu bakalan jual toko kamu ini dan hidup jadi nyonya kaya seumur hidup. Bahkan mereka juga rela membeli toko kamu dengan harga tinggi karena merasa toko kamu mendatangkan keuntungan.”Chiko tertawa lebar sambil melanjutkan ucapannya lagi, “Ini semua bukan masalah toko, tapi memang takdirmu sudah ditentukan akan menjadi istrinya Tuan Muda Adhitama.”Orang-orang merasa dengan membeli toko milik Olivia, mereka akan memiliki nasib yang sama seperti perempuan itu.“Om, aku tetap akan menjadi aku. Toko ini hasil jerih payah aku dan Junia selama bertahun-tahun. Aku nggak mungkin melepaskannya begitu aja.”“Om dengar katanya menantu dari keluarga Adhitama nggak dibolehkan untuk bekerja di luar. Memangnya Pak Stefan mengizinkan kamu untuk terus muncul di publik?”Olivia terdiam dan berkata, “Om, aku bebas.”Stefan sudah membohonginya selama empat bulan leb
Calvin ingin menjemput Rosalina di bandara, tapi Rosalina tidak mengizinkannya pergi. Rosalina pulang bersama pengawalnya. Rosalina bilang dia sudah bisa melihat. Calvin tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya lagi. Biar dia bisa jadi lebih mandiri.Baiklah, Calvin hanya bisa menuruti apa kata istrinya. Kebetulan dia juga sangat sibuk. Rosalina perhatian padanya, tidak butuh Calvin jemput di bandara. Calvin pun segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang untuk menunggu Rosalina.Calvin sudah menyiapkan satu meja penuh dengan makanan favorit istrinya. Rosalina sudah makan di pesawat. Namun sesampainya di rumah, dia sudah lapar lagi. Jarak bandara dan rumahnya agak jauh.Entah kapan hujan yang menetes di luar berhenti. Akan tetapi, ada air di mana-mana. Langit masih mendung. Suhu lebih rendah dibandingkan tadi pagi.Begitu mendengar suara mobil, Calvin langsung keluar untuk menyambut Rosalina. Tepat saat Rosalina keluar dari mobil, Calvin pun segera menuruni tangga sambil tersenyum. “Sud
“Bukannya Ronny kerja dengan baik? Yohanna juga nggak pilih-pilih masakan yang dia buat.”Risa bertanya dengan heran. Tanpa menunggu jawaban Jaka, dia pun berkata lagi, “Padahal masakannya benar-benar enak. Tapi dia sendiri sudah jadi bos. Mungkin dia nggak bisa terima perubahan status secara tiba-tiba.”Bekerja sebagai koki pribadi di keluarga Pangestu sama saja dengan menjadi pelayan. Ronny memiliki kemampuan, dia juga telah menjadi bos. Dia tidak kekurangan uang. Dia menjadi koki pribadi keluarga Pangestu hanya untuk sebuah tantangan. Wajar saja kalau dia sudah tidak tahan lagi.Sayang sekali, baru dua hari sudah harus diganti lagi. Risa sudah terbiasa dengan seringnya pergantian koki di rumahnya.“Tommy sangat suka sarapan yang dibuat Ronny. Banyak jenis, bahkan bisa buat bentuk hewan kecil. Tommy dan yang lainnya sangat suka.”Jaka menunggu hingga Risa selesai bicara. Setelah itu, dia baru menjelaskan, “Bukan karena Ronny nggak kerja, Bu. Bu Yohanna mau ke luar kota, jadi Ronny ik
Rasanya Jaka yang menjadi kepala pengurus villa ini sangat mengkhawatirkan Yohanna. Yohanna mau ke luar kota, Jaka pun pesan kepada Ronny berulang kali. Satu hal diulang terus berulang kali, seolah takut Ronny akan lupa.Awalnya Jaka ingin meminta Ronny menjaga Yohanna. Mungkin karena Jaka mengingat Ronny masih muda dan belum menikah, begitu pula dengan Yohanna. Jaka pun berubah pikiran.Pria dan perempuan lajang tinggal bersama, mudah untuk terjadi masalah. Jadi Jaka tidak boleh membiarkan Ronny punya niat tidak baik. Lebih baik biarkan Ronny hanya bertanggung jawab memasak. Ada pengawal perempuan yang menjaga Yohanna.Padahal Ronny sama sekali tidak punya niat jahat. Lagi pula, dia baru saja hadir dalam kehidupan Yohanna. Meskipun sejak awal dia sudah tahu kalau Yohanna adalah calon istri yang neneknya pilihkan untuknya. Mereka baru saja saling kenal. Bagaimana mungkin ada perasaan di antara mereka?Tanpa perasaan, Ronny tidak menginginkan apa pun. Dia hanya ingin fokus memasak. Jika
Ronny dan Jaka datang dengan mobil yang sama. Dalam perjalanan pulang, Ronny bertanya pada Jaka, “Biasa kalau Bu Yohanna dinas ke luar kota, dia tinggal di hotel atau dia ada beli rumah dan tinggal sendiri?”“Bu Yohanna nggak bilang mau ke mana. Kalau tempat yang ada perusahaan cabang, biasanya ada rumah sendiri. Setiap kali ke sana, Bu Yohanna tinggal di rumahnya sendiri. Rumahnya mungkin nggak besar, tapi ada karyawan. Barang kebutuhan sehari-hari pasti sudah ada,” jawab Jaka.“Kalau dia pergi sekadar bahas kerja sama dengan orang lain, Bu Yohanna akan tinggal di hotel. Sekalipun tinggal di hotel, dia akan tinggal di kamar presidential suite. Bisa masak sendiri. Saat ikut Bu Yohanna ke luar kota, kamu hanya perlu bawa barang yang kamu butuhkan. Kalau nggak bisa masak, dia nggak akan bawa kamu ke sana.”Ronny berpikir sejenak. “Benar juga, ya. Kalau begitu aku pulang dan beres-beres dulu. Nggak perlu bawa banyak barang. Cukup bawa bumbu. Untuk bahan-bahan, beli di sana saja.”Sungguh
Ternyata Yohanna mau keluar kota. Ronny pun menjawab dengan hormat, “Baik, Bu.”Saat ini, Jaka tiba-tiba bertanya, “Bu Yohanna mau keluar kota, nggak bawa Ronny?”Yohanna begitu pilih-pilih makanan. Saat berada di luar kota, sulit baginya untuk menemukan makanan yang bisa dia makan. Lebih baik kalau dia membawa koki pribadinya. Dulu, Yohanna jarang dinas ke luar kota.Yohanna terdiam. Sementara itu, Ronny membersihkan meja tanpa bersuara. Dalam hati justru berkata, “Dia begitu pemilih. Kalau bepergian jauh, dia pasti kelaparan terus.”Setelah berpikir selama beberapa menit dan mempertimbangkan perutnya, Yohanna baru berkata dengan suara pelan, “Kalau begitu, Ronny, kamu pulang dan siap-siap. Jam lima sore kamu datang ke sini lagi. Ikut aku ke luar kota. Pak Jaka, jangan beritahu siapa pun selain keluargaku soal Ronny ikut aku keluar kota.”Yohanna takut kalau orang lain tahu dia ke luar kota dengan membawa koki pribadi muda, mereka akan bicara ini-itu dan membuat segala macam rumor. Se
Dulu Fendi sering menindas Dira, sehingga Dira sering berkelahi dengannya. Setelah dewasa, meskipun tidak berkelahi lagi, Dira sebisa mungkin menghindar jika seseorang membahas Fendi.Dira benar-benar membenci mata Fendi. Pria itu selalu menatap Dira sambil tersenyum. Bagi yang tidak tahu akan mengira Fendi menyukainya.“Baiklah,” kata Dira dengan enggan.“Balik ke kantormu sana. Istirahat dulu, nanti sore ada rapat.”Yohanna mengambil kotak dessert dan menjejalkannya ke tangan Dira, lalu berkata, “Kalau Fendi berani ganggu kamu, tunggu aku pulang, aku akan bantu kamu balas dia.”“Sekarang dia nggak akan kelahi denganku. Sekalipun dia main tangan, aku juga nggak takut. Aku nggak pernah kalah saat kelahi dengannya.”Begitu teringat Dira yang dulu suka menggila, Yohanna sengaja memasang raut wajah cemas. “Kamu tangguh begitu, gimana mau nikah? Bikin orang cemas saja.”Dira spontan memasang wajah cemberut. “Aku hanya tangguh di depan Fendi. Di depan orang lain, aku tetap perempuan yang ba
Apalagi Ronny sudah bilang kalau dia memiliki bisnisnya sendiri. Ronny punya beberapa perusahaan. Ditambah lagi auranya, penampilannya, tutur katanya membuat orang langsung tahu kalau Ronny bukan dari keluarga biasa. Wajar saja kalau orang tua Yohanna berpikir macam-macam.Orang tua Yohanna tidak ingin Yohanna menikah dengan pria dari kota lain dan pindah ke tempat yang jauh dari rumah. Yohanna sendiri juga tidak mau. Namun dalam kondisi terdesak, bisa saja orang tua Yohanna akan meminta Ronny untuk pindah ke Kota Aldimo.“Nggak. Mana mungkin Om dan Tante suruh aku ngomong begini? Ronny baru kerja dua hari. Semua orang belum terlalu kenal dia,” jawab Dira sambil tertawa pelan. “Malam hari kalau lagi nggak bisa tidur, biasanya aku baca novel. Makanya aku jadi lebih sensitif. Aku sering bayangkan diri sendiri masuk ke dalam alur novel.”“Kamu nggak bisa tidur? Itu artinya kamu kurang sibuk. Kamu follow up proyek dengan Banjaya saja,” kata Yohanna.“Kak, aku nggak mau proyek itu. Penanggu
“Kak Yohanna bahkan nggak perlu olahraga. Bentuk badanmu tetap standar model, karena kurang makan.”Kalau Yohanna merasa makanan itu tidak enak, dia lebih memilih kelaparan. Dia sering tidak makan, tekanan pekerjaan juga besar. Tidak heran kalau dia tidak bisa gemuk.“Ronny buat Kakak makan dengan nyaman. Bukankah itu perhatian? Aku nggak bisa bilang dessert yang dia siapkan adalah dessert kesukaan Kakak. Itu karena Kakak nggak ada dessert favorit. Tapi yang dia siapkan adalah makanan yang bisa Kakak makan.”“Aku sudah bandingkan. Dessert untuk aku ini kesannya lebih asal-asalan. Tentu saja, makanan yang dia buat sangat cantik dan rasanya juga enak. Tapi tetap saja bisa dilihat mana yang benar-benar dia siapkan dengan sepenuh hati. Selama dua hari ini, kita jadi punya lebih banyak waktu untuk istirahat. Sore Kakak jadi nggak perlu minum terlalu banyak kopi.”“Dira, aku benar-benar curiga kamu sudah disuap Ronny. Apa motifnya dengan suruh kamu ngomong hal-hal baik tentangnya di depanku?
“Bu Dira.”Ronny dan Jaka berdiri di depan pintu kantor. Begitu pintu terbuka, kedua orang itu menyapa Dira dengan hormat. Saat ini, baru waktunya pulang kerja. Sekretaris juga siap-siap turun untuk makan malam.Ronni meminjam dapur perusahaan untuk menyiapkan makan siang untuk Yohanna. Ronny juga mengontrol waktunya dengan baik. Beberapa menit sebelum jam pulang kerja, dia sudah mengantar makanan buatannya ke lantai atas. Dengan begitu, dia bisa menghindari karyawan lainnya dengan sempurna. Selain itu, dia juga tidak akan menyita waktu kerja Yohanna.Butuh beberapa menit bagi Ronny dan Jaka untuk pergi dari kantin perusahaan ke gedung kantor, lalu naik lift menuju lantai paling atas.“Pak Jaka, Ronny, kalian sudah datang.”Dira minggir ke samping agar kedua pria itu bisa masuk. “Kami baru saja pulang kerja,” kata Dira.Jaka dan Ronny masuk ke kantor. “Bu Yohanna.”Keduanya menyapa Yohanna dengan sopan, lalu berjalan ke sofa dan meletakkan kotak bekal di atas meja. Kemudian, mereka mem