Pantas saja, setelah dia dan tante Yuna melakukan tes DNA, Stefan langsung pergi business trip. Pria itu pasti sengaja melakukan perjalanan bisnis supaya tidak bertemu dengan bibinya, ‘kan?Pria itu takut identitasnya yang mulia itu terungkap!Olivia memutar ulang semua yang terjadi dalam empat bulan pernikahannya di benaknya. Wajahnya jadi semakin pucat.Junia melihat tangan Olivia yang memegang mouse gemetaran.“Oliv, Oliv. Apa kamu baik-baik saja? Kamu baik-baik saja?”Junia agak takut melihat reaksi Olivia.Dia cepat-cepat menepuk dan mengguncang tubuh temannya itu.Olivia seperti patung, hanya duduk diam di sana. Tidak peduli bagaimana Junia menepuk dan mengguncang tubuhnya, dia tetap tidak bersuara. Dia hanya menatap kosong ke layar komputer, menatap wajah tampan Stefan yang diperbesar di layar.Itu Stefan, benar-benar dia!Pria itu orang yang tidur di sebelahnya setiap hari. Dia tidak mungkin salah mengenalinya.Orang terdekatnya adalah suaminya sendiri. Suami yang semakin hari
Daniel turun dari mobil setelah menatap Odelina selama beberapa saat. Kemudian Daniel masuk ke dalam untuk mengambil kunci sekaligus membantu Odelina mengunci pintu toko. Setelah itu, dia bergegas kembali ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya.“Kenapa mukamu panik dan pucat begitu?” tanya Daniel sambil menyetir. “Junia meneleponku dan bilang hal buruk terjadi sama Olivia,” jawab Odelina dengan wajah yang tampak semakin memucat.Olivia mengatakan kalau hari ini dirinya akan pergi bersih-bersih di toko. Apa mungkin terjadi sesuatu padanya di toko? Apa mungkin dia jatuh tertimpa rak buku yang sangat berat?Odelina tidak tahu apa yang harus dilakukannya kalau sampai hal buruk terjadi kepada adiknya. Dia takut adiknya terluka atau mungkin mati. Odelina tidak berani memikirkan semua itu.Odelina sudah tidak lagi memiliki orang tua. Adiknya adalah satu-satunya keluarga terdekat Odelina yang masih hidup. Air mata Odelina tidak lagi terbendung dan langsung membasahi pipinya. “Memangnya ap
“Iya, Stefan Aditama,” ujar Junia.“Jadi, Stefan Adhitama diwawancarai sama wartawan. Aku dan Olivia sempat menonton wawancaranya. Ternyata, isi wawancaranya adalah tentang dia dan Olivia. Lalu seketika wajah Olivia memucat dan dia dari tadi cuma diam saja kayak boneka. Aku takut, makanya aku telepon Kak Odelina,” jelas Junia lagi. Odelina juga benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar. Jadi, saudara iparnya adalah pewaris sebuah perusahaan besar? Ada apa ini sebenarnya?Odelina pernah bertemu dengan anggota keluarga Adhitama. Cara mereka berpakaian terlihat seperti orang biasa. Bahkan mereka juga tidak menggunakan mobil-mobil mewah seperti keluarga konglomerat lainnya. Bisa dikatakan kalau gaya hidup keluarga Adhitama tidaklah mewah. Namun, ada satu hal yang cukup menonjol dari keluarga ini yaitu, temperamen mereka yang terkenal cukup buruk. “Aku akan segera sampai. Sekarang kamu berikan dia minum dulu. Kalau dia masih belum sadar juga, kamu ambil sebaskom air dingin
Odelina tiba di SMP Negeri Kota Mambera tidak lama setelah Olivia dan Junia pergi menuju Adhitama Group. Keadaan di SMP Negeri Kota Mambera masih sangat sepi karena kegiatan belajar mengajar memang belum dimulai. Bahkan semua toko-toko yang ada di depan sekolah juga masih tutup, termasuk toko buku milik adiknya. “Kenapa tutup begini?” tanya Odelina dengan wajah bingung.Odelina bergegas turun dari mobil lalu mengetuk pintu toko. Namun, dia sama sekali tidak melihat ada orang di dalamnya. Kemudian dia bergegas menelepon Olivia untuk memastikan keadaannya. Di sisi lain, Olivia dengan penuh tekad menyetir menuju Adhitama Group. Dia ingin meminta klarifikasi dari Stefan. Apa benar dia adalah pewaris dari Adhitama Group? Olivia terlalu fokus dengan masalahnya sampai dia tidak mendengar ponselnya berdering. Jadi, dia tidak mengangkat panggilan telepon dari kakaknya. Akhirnya, Odelina memutuskan untuk menelepon Junia kembali. Junia saat ini masih berusaha untuk mengejar mobil Olivia denga
Namun, Stefan tiba-tiba saja membatalkan niatnya untuk menelepon Nenek. Dia harus menyelesaikan masalah ini sendiri. Semua ini adalah keputusannya dan jalan yang sudah dia pilih. Dia sadar, kemarahan Olivia adalah sesuatu yang pasti tidak bisa dia hindari. Hal yang harus Stefan lakukan sekarang adalah minta maaf dan memberikan penjelasan kepada Olivia. Bahkan Stefan bersedia mengejar istrinya kembali agar bisa memenangkan hati istrinya lagi. Dia harus melakukan semua ini sendiri dan tidak bisa berharap kepada neneknya. Lagi pula, semua keluarga Adhitama juga ikut membohongi Olivia. Jadi, kemungkinan besar Olivia tetap akan sulit memaafkannya, sekalipun ada Nenek yang menengahi mereka. Bahkan Olivia mungkin juga akan menyalahkan Nenek karena Nenek adalah orang pertama yang berusaha menyembunyikan identitas Stefan. Pastinya ada banyak orang yang sudah melihat wawancara Stefan termasuk Olivia. Reaksi orang-orang bisa dibilang biasa saja. Walaupun mungkin ada beberapa orang yang merasa
Kedua orang tua itu terus membahas mengenai jumlah uang yang akan mereka terima ketika merayakan tahun baru nanti. Mereka berdua sudah menghabiskan tabungan mereka untuk perawatan ibu yang jatuh sakit. Sekarang mereka gelisah karena tidak memiliki uang. Jadi, mereka mengharapkan uang dari orang-orang itu agar mereka bisa menabung untuk hari tua mereka. “Pah, aku dengar kalau suaminya Olivia adalah keluarga Adhitama yang kaya raya. Mereka adalah keluarga miliarder nomor satu di Mambera,” ujar Bobby antusias.Fadil langsung menatap putranya dengan tatapan tidak percaya. Suami Olivia adalah penerus keluarga miliarder nomor satu di Mambera? Miliarder? Bukankah itu artinya dia benar-benar kaya raya? “Bobby, kamu serius?” tanya Fadil.“Aku serius, Pah. Aku nonton wawancara dia di TV, kok. Papa ingat kan ketika kita bertemu keluarga Adhitama dan ada yang disebut sebagai penerus keluarga Adhitama. Ya, dia itu orangnya si Stefan Adhitama. Aku yakin banget, kok,” ujar Bobby penuh keyakinan. F
“Stefan belum kembali ke kantor? Jadi, dia tidak ada di ruangannya?” tanya Olivia tidak percaya.Ke mana Stefan pergi? Kenapa dia belum kembali ke kantornya? Bukannya dia diwawancarai di kantornya sendiri?Olivia berpikir kalau tempat Stefan wawancara adalah di kantornya karena ruangan itu terlihat sangat mewah dan asing bagi Olivia. Sebenarnya, Olivia juga tidak pernah masuk ke dalam kantor Stefan, tapi entah kenapa dia berpikir seperti itu. Olivia pernah beberapa kali datang ke Adhitama Group. Namun, Stefan tidak pernah membawa Olivia ke ruangan kantor Stefan yang sesungguhnya. Stefan hanya membawanya ke sebuah bilik kerja yang Stefan bilang sebagai tempat kerjanya saat itu. Kemudian Olivia teringat akan kantor Calvin Adhitama yang ditulis sebagai ruangan wakil direktur. Ternyata seluruh anggota keluarga Adhitama sudah bersekongkol untuk menipu Olivia. Wajah Olivia langsung terlihat sangat kesal setelah teringat kalau Stefan sudah menipunya habis-habisan.“Bu Olivia, sepertinya Pa
Junia baru saja menelepon Reiki dan memberitahu Reiki kalau sepeda motor listriknya mogok di tengah jalan menuju Adhitama Group. Junia mengatakan kalau dia tidak bisa mendorong sepedanya kembali ke toko buku karena jaraknya sudah terlalu jauh. Dia juga masih terlalu jauh jika harus mendorong sepedanya sampai Adhitama Group. Oleh karena itu, Junia bergegas menelepon Reiki untuk meminta bantuannya. Ini adalah pertama kalinya Junia meminta tolong pada Reiki. Dia ingin meminta Reiki untuk menjemputnya agar dia bisa menenangkan sahabatnya. Kalau bukan karena Olivia, Junia pasti sudah meminta adiknya untuk menjemputnya dan bukan Reiki.Di sisi lain, Reiki sekarang sedang menghadapi Olivia yang terlihat sangat marah. Dia pun meminta Olivia untuk duduk dulu dan menunda rencananya untuk menjemput Junia. “Bu Olivia mau minum apa?” tanya Reiki sopan.“Tidak perlu! Aku cuma mau tanya beberapa hal sama kamu. Apa benar Stefan adalah penerus Adhitama Group? Apa dia juga atasanmu?” tanya Olivia deng
Calvin ingin menjemput Rosalina di bandara, tapi Rosalina tidak mengizinkannya pergi. Rosalina pulang bersama pengawalnya. Rosalina bilang dia sudah bisa melihat. Calvin tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya lagi. Biar dia bisa jadi lebih mandiri.Baiklah, Calvin hanya bisa menuruti apa kata istrinya. Kebetulan dia juga sangat sibuk. Rosalina perhatian padanya, tidak butuh Calvin jemput di bandara. Calvin pun segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang untuk menunggu Rosalina.Calvin sudah menyiapkan satu meja penuh dengan makanan favorit istrinya. Rosalina sudah makan di pesawat. Namun sesampainya di rumah, dia sudah lapar lagi. Jarak bandara dan rumahnya agak jauh.Entah kapan hujan yang menetes di luar berhenti. Akan tetapi, ada air di mana-mana. Langit masih mendung. Suhu lebih rendah dibandingkan tadi pagi.Begitu mendengar suara mobil, Calvin langsung keluar untuk menyambut Rosalina. Tepat saat Rosalina keluar dari mobil, Calvin pun segera menuruni tangga sambil tersenyum. “Sud
“Bukannya Ronny kerja dengan baik? Yohanna juga nggak pilih-pilih masakan yang dia buat.”Risa bertanya dengan heran. Tanpa menunggu jawaban Jaka, dia pun berkata lagi, “Padahal masakannya benar-benar enak. Tapi dia sendiri sudah jadi bos. Mungkin dia nggak bisa terima perubahan status secara tiba-tiba.”Bekerja sebagai koki pribadi di keluarga Pangestu sama saja dengan menjadi pelayan. Ronny memiliki kemampuan, dia juga telah menjadi bos. Dia tidak kekurangan uang. Dia menjadi koki pribadi keluarga Pangestu hanya untuk sebuah tantangan. Wajar saja kalau dia sudah tidak tahan lagi.Sayang sekali, baru dua hari sudah harus diganti lagi. Risa sudah terbiasa dengan seringnya pergantian koki di rumahnya.“Tommy sangat suka sarapan yang dibuat Ronny. Banyak jenis, bahkan bisa buat bentuk hewan kecil. Tommy dan yang lainnya sangat suka.”Jaka menunggu hingga Risa selesai bicara. Setelah itu, dia baru menjelaskan, “Bukan karena Ronny nggak kerja, Bu. Bu Yohanna mau ke luar kota, jadi Ronny ik
Rasanya Jaka yang menjadi kepala pengurus villa ini sangat mengkhawatirkan Yohanna. Yohanna mau ke luar kota, Jaka pun pesan kepada Ronny berulang kali. Satu hal diulang terus berulang kali, seolah takut Ronny akan lupa.Awalnya Jaka ingin meminta Ronny menjaga Yohanna. Mungkin karena Jaka mengingat Ronny masih muda dan belum menikah, begitu pula dengan Yohanna. Jaka pun berubah pikiran.Pria dan perempuan lajang tinggal bersama, mudah untuk terjadi masalah. Jadi Jaka tidak boleh membiarkan Ronny punya niat tidak baik. Lebih baik biarkan Ronny hanya bertanggung jawab memasak. Ada pengawal perempuan yang menjaga Yohanna.Padahal Ronny sama sekali tidak punya niat jahat. Lagi pula, dia baru saja hadir dalam kehidupan Yohanna. Meskipun sejak awal dia sudah tahu kalau Yohanna adalah calon istri yang neneknya pilihkan untuknya. Mereka baru saja saling kenal. Bagaimana mungkin ada perasaan di antara mereka?Tanpa perasaan, Ronny tidak menginginkan apa pun. Dia hanya ingin fokus memasak. Jika
Ronny dan Jaka datang dengan mobil yang sama. Dalam perjalanan pulang, Ronny bertanya pada Jaka, “Biasa kalau Bu Yohanna dinas ke luar kota, dia tinggal di hotel atau dia ada beli rumah dan tinggal sendiri?”“Bu Yohanna nggak bilang mau ke mana. Kalau tempat yang ada perusahaan cabang, biasanya ada rumah sendiri. Setiap kali ke sana, Bu Yohanna tinggal di rumahnya sendiri. Rumahnya mungkin nggak besar, tapi ada karyawan. Barang kebutuhan sehari-hari pasti sudah ada,” jawab Jaka.“Kalau dia pergi sekadar bahas kerja sama dengan orang lain, Bu Yohanna akan tinggal di hotel. Sekalipun tinggal di hotel, dia akan tinggal di kamar presidential suite. Bisa masak sendiri. Saat ikut Bu Yohanna ke luar kota, kamu hanya perlu bawa barang yang kamu butuhkan. Kalau nggak bisa masak, dia nggak akan bawa kamu ke sana.”Ronny berpikir sejenak. “Benar juga, ya. Kalau begitu aku pulang dan beres-beres dulu. Nggak perlu bawa banyak barang. Cukup bawa bumbu. Untuk bahan-bahan, beli di sana saja.”Sungguh
Ternyata Yohanna mau keluar kota. Ronny pun menjawab dengan hormat, “Baik, Bu.”Saat ini, Jaka tiba-tiba bertanya, “Bu Yohanna mau keluar kota, nggak bawa Ronny?”Yohanna begitu pilih-pilih makanan. Saat berada di luar kota, sulit baginya untuk menemukan makanan yang bisa dia makan. Lebih baik kalau dia membawa koki pribadinya. Dulu, Yohanna jarang dinas ke luar kota.Yohanna terdiam. Sementara itu, Ronny membersihkan meja tanpa bersuara. Dalam hati justru berkata, “Dia begitu pemilih. Kalau bepergian jauh, dia pasti kelaparan terus.”Setelah berpikir selama beberapa menit dan mempertimbangkan perutnya, Yohanna baru berkata dengan suara pelan, “Kalau begitu, Ronny, kamu pulang dan siap-siap. Jam lima sore kamu datang ke sini lagi. Ikut aku ke luar kota. Pak Jaka, jangan beritahu siapa pun selain keluargaku soal Ronny ikut aku keluar kota.”Yohanna takut kalau orang lain tahu dia ke luar kota dengan membawa koki pribadi muda, mereka akan bicara ini-itu dan membuat segala macam rumor. Se
Dulu Fendi sering menindas Dira, sehingga Dira sering berkelahi dengannya. Setelah dewasa, meskipun tidak berkelahi lagi, Dira sebisa mungkin menghindar jika seseorang membahas Fendi.Dira benar-benar membenci mata Fendi. Pria itu selalu menatap Dira sambil tersenyum. Bagi yang tidak tahu akan mengira Fendi menyukainya.“Baiklah,” kata Dira dengan enggan.“Balik ke kantormu sana. Istirahat dulu, nanti sore ada rapat.”Yohanna mengambil kotak dessert dan menjejalkannya ke tangan Dira, lalu berkata, “Kalau Fendi berani ganggu kamu, tunggu aku pulang, aku akan bantu kamu balas dia.”“Sekarang dia nggak akan kelahi denganku. Sekalipun dia main tangan, aku juga nggak takut. Aku nggak pernah kalah saat kelahi dengannya.”Begitu teringat Dira yang dulu suka menggila, Yohanna sengaja memasang raut wajah cemas. “Kamu tangguh begitu, gimana mau nikah? Bikin orang cemas saja.”Dira spontan memasang wajah cemberut. “Aku hanya tangguh di depan Fendi. Di depan orang lain, aku tetap perempuan yang ba
Apalagi Ronny sudah bilang kalau dia memiliki bisnisnya sendiri. Ronny punya beberapa perusahaan. Ditambah lagi auranya, penampilannya, tutur katanya membuat orang langsung tahu kalau Ronny bukan dari keluarga biasa. Wajar saja kalau orang tua Yohanna berpikir macam-macam.Orang tua Yohanna tidak ingin Yohanna menikah dengan pria dari kota lain dan pindah ke tempat yang jauh dari rumah. Yohanna sendiri juga tidak mau. Namun dalam kondisi terdesak, bisa saja orang tua Yohanna akan meminta Ronny untuk pindah ke Kota Aldimo.“Nggak. Mana mungkin Om dan Tante suruh aku ngomong begini? Ronny baru kerja dua hari. Semua orang belum terlalu kenal dia,” jawab Dira sambil tertawa pelan. “Malam hari kalau lagi nggak bisa tidur, biasanya aku baca novel. Makanya aku jadi lebih sensitif. Aku sering bayangkan diri sendiri masuk ke dalam alur novel.”“Kamu nggak bisa tidur? Itu artinya kamu kurang sibuk. Kamu follow up proyek dengan Banjaya saja,” kata Yohanna.“Kak, aku nggak mau proyek itu. Penanggu
“Kak Yohanna bahkan nggak perlu olahraga. Bentuk badanmu tetap standar model, karena kurang makan.”Kalau Yohanna merasa makanan itu tidak enak, dia lebih memilih kelaparan. Dia sering tidak makan, tekanan pekerjaan juga besar. Tidak heran kalau dia tidak bisa gemuk.“Ronny buat Kakak makan dengan nyaman. Bukankah itu perhatian? Aku nggak bisa bilang dessert yang dia siapkan adalah dessert kesukaan Kakak. Itu karena Kakak nggak ada dessert favorit. Tapi yang dia siapkan adalah makanan yang bisa Kakak makan.”“Aku sudah bandingkan. Dessert untuk aku ini kesannya lebih asal-asalan. Tentu saja, makanan yang dia buat sangat cantik dan rasanya juga enak. Tapi tetap saja bisa dilihat mana yang benar-benar dia siapkan dengan sepenuh hati. Selama dua hari ini, kita jadi punya lebih banyak waktu untuk istirahat. Sore Kakak jadi nggak perlu minum terlalu banyak kopi.”“Dira, aku benar-benar curiga kamu sudah disuap Ronny. Apa motifnya dengan suruh kamu ngomong hal-hal baik tentangnya di depanku?
“Bu Dira.”Ronny dan Jaka berdiri di depan pintu kantor. Begitu pintu terbuka, kedua orang itu menyapa Dira dengan hormat. Saat ini, baru waktunya pulang kerja. Sekretaris juga siap-siap turun untuk makan malam.Ronni meminjam dapur perusahaan untuk menyiapkan makan siang untuk Yohanna. Ronny juga mengontrol waktunya dengan baik. Beberapa menit sebelum jam pulang kerja, dia sudah mengantar makanan buatannya ke lantai atas. Dengan begitu, dia bisa menghindari karyawan lainnya dengan sempurna. Selain itu, dia juga tidak akan menyita waktu kerja Yohanna.Butuh beberapa menit bagi Ronny dan Jaka untuk pergi dari kantin perusahaan ke gedung kantor, lalu naik lift menuju lantai paling atas.“Pak Jaka, Ronny, kalian sudah datang.”Dira minggir ke samping agar kedua pria itu bisa masuk. “Kami baru saja pulang kerja,” kata Dira.Jaka dan Ronny masuk ke kantor. “Bu Yohanna.”Keduanya menyapa Yohanna dengan sopan, lalu berjalan ke sofa dan meletakkan kotak bekal di atas meja. Kemudian, mereka mem