“Iya, Stefan Aditama,” ujar Junia.“Jadi, Stefan Adhitama diwawancarai sama wartawan. Aku dan Olivia sempat menonton wawancaranya. Ternyata, isi wawancaranya adalah tentang dia dan Olivia. Lalu seketika wajah Olivia memucat dan dia dari tadi cuma diam saja kayak boneka. Aku takut, makanya aku telepon Kak Odelina,” jelas Junia lagi. Odelina juga benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar. Jadi, saudara iparnya adalah pewaris sebuah perusahaan besar? Ada apa ini sebenarnya?Odelina pernah bertemu dengan anggota keluarga Adhitama. Cara mereka berpakaian terlihat seperti orang biasa. Bahkan mereka juga tidak menggunakan mobil-mobil mewah seperti keluarga konglomerat lainnya. Bisa dikatakan kalau gaya hidup keluarga Adhitama tidaklah mewah. Namun, ada satu hal yang cukup menonjol dari keluarga ini yaitu, temperamen mereka yang terkenal cukup buruk. “Aku akan segera sampai. Sekarang kamu berikan dia minum dulu. Kalau dia masih belum sadar juga, kamu ambil sebaskom air dingin
Odelina tiba di SMP Negeri Kota Mambera tidak lama setelah Olivia dan Junia pergi menuju Adhitama Group. Keadaan di SMP Negeri Kota Mambera masih sangat sepi karena kegiatan belajar mengajar memang belum dimulai. Bahkan semua toko-toko yang ada di depan sekolah juga masih tutup, termasuk toko buku milik adiknya. “Kenapa tutup begini?” tanya Odelina dengan wajah bingung.Odelina bergegas turun dari mobil lalu mengetuk pintu toko. Namun, dia sama sekali tidak melihat ada orang di dalamnya. Kemudian dia bergegas menelepon Olivia untuk memastikan keadaannya. Di sisi lain, Olivia dengan penuh tekad menyetir menuju Adhitama Group. Dia ingin meminta klarifikasi dari Stefan. Apa benar dia adalah pewaris dari Adhitama Group? Olivia terlalu fokus dengan masalahnya sampai dia tidak mendengar ponselnya berdering. Jadi, dia tidak mengangkat panggilan telepon dari kakaknya. Akhirnya, Odelina memutuskan untuk menelepon Junia kembali. Junia saat ini masih berusaha untuk mengejar mobil Olivia denga
Namun, Stefan tiba-tiba saja membatalkan niatnya untuk menelepon Nenek. Dia harus menyelesaikan masalah ini sendiri. Semua ini adalah keputusannya dan jalan yang sudah dia pilih. Dia sadar, kemarahan Olivia adalah sesuatu yang pasti tidak bisa dia hindari. Hal yang harus Stefan lakukan sekarang adalah minta maaf dan memberikan penjelasan kepada Olivia. Bahkan Stefan bersedia mengejar istrinya kembali agar bisa memenangkan hati istrinya lagi. Dia harus melakukan semua ini sendiri dan tidak bisa berharap kepada neneknya. Lagi pula, semua keluarga Adhitama juga ikut membohongi Olivia. Jadi, kemungkinan besar Olivia tetap akan sulit memaafkannya, sekalipun ada Nenek yang menengahi mereka. Bahkan Olivia mungkin juga akan menyalahkan Nenek karena Nenek adalah orang pertama yang berusaha menyembunyikan identitas Stefan. Pastinya ada banyak orang yang sudah melihat wawancara Stefan termasuk Olivia. Reaksi orang-orang bisa dibilang biasa saja. Walaupun mungkin ada beberapa orang yang merasa
Kedua orang tua itu terus membahas mengenai jumlah uang yang akan mereka terima ketika merayakan tahun baru nanti. Mereka berdua sudah menghabiskan tabungan mereka untuk perawatan ibu yang jatuh sakit. Sekarang mereka gelisah karena tidak memiliki uang. Jadi, mereka mengharapkan uang dari orang-orang itu agar mereka bisa menabung untuk hari tua mereka. “Pah, aku dengar kalau suaminya Olivia adalah keluarga Adhitama yang kaya raya. Mereka adalah keluarga miliarder nomor satu di Mambera,” ujar Bobby antusias.Fadil langsung menatap putranya dengan tatapan tidak percaya. Suami Olivia adalah penerus keluarga miliarder nomor satu di Mambera? Miliarder? Bukankah itu artinya dia benar-benar kaya raya? “Bobby, kamu serius?” tanya Fadil.“Aku serius, Pah. Aku nonton wawancara dia di TV, kok. Papa ingat kan ketika kita bertemu keluarga Adhitama dan ada yang disebut sebagai penerus keluarga Adhitama. Ya, dia itu orangnya si Stefan Adhitama. Aku yakin banget, kok,” ujar Bobby penuh keyakinan. F
“Stefan belum kembali ke kantor? Jadi, dia tidak ada di ruangannya?” tanya Olivia tidak percaya.Ke mana Stefan pergi? Kenapa dia belum kembali ke kantornya? Bukannya dia diwawancarai di kantornya sendiri?Olivia berpikir kalau tempat Stefan wawancara adalah di kantornya karena ruangan itu terlihat sangat mewah dan asing bagi Olivia. Sebenarnya, Olivia juga tidak pernah masuk ke dalam kantor Stefan, tapi entah kenapa dia berpikir seperti itu. Olivia pernah beberapa kali datang ke Adhitama Group. Namun, Stefan tidak pernah membawa Olivia ke ruangan kantor Stefan yang sesungguhnya. Stefan hanya membawanya ke sebuah bilik kerja yang Stefan bilang sebagai tempat kerjanya saat itu. Kemudian Olivia teringat akan kantor Calvin Adhitama yang ditulis sebagai ruangan wakil direktur. Ternyata seluruh anggota keluarga Adhitama sudah bersekongkol untuk menipu Olivia. Wajah Olivia langsung terlihat sangat kesal setelah teringat kalau Stefan sudah menipunya habis-habisan.“Bu Olivia, sepertinya Pa
Junia baru saja menelepon Reiki dan memberitahu Reiki kalau sepeda motor listriknya mogok di tengah jalan menuju Adhitama Group. Junia mengatakan kalau dia tidak bisa mendorong sepedanya kembali ke toko buku karena jaraknya sudah terlalu jauh. Dia juga masih terlalu jauh jika harus mendorong sepedanya sampai Adhitama Group. Oleh karena itu, Junia bergegas menelepon Reiki untuk meminta bantuannya. Ini adalah pertama kalinya Junia meminta tolong pada Reiki. Dia ingin meminta Reiki untuk menjemputnya agar dia bisa menenangkan sahabatnya. Kalau bukan karena Olivia, Junia pasti sudah meminta adiknya untuk menjemputnya dan bukan Reiki.Di sisi lain, Reiki sekarang sedang menghadapi Olivia yang terlihat sangat marah. Dia pun meminta Olivia untuk duduk dulu dan menunda rencananya untuk menjemput Junia. “Bu Olivia mau minum apa?” tanya Reiki sopan.“Tidak perlu! Aku cuma mau tanya beberapa hal sama kamu. Apa benar Stefan adalah penerus Adhitama Group? Apa dia juga atasanmu?” tanya Olivia deng
“Bu Olivia, bagaimanapun juga cinta Pak Stefan ke Ibu itu nyata. Dia benar-benar mencintai Bu Olivia. Jadi, Ibu tidak perlu meragukannya sama sekali,” jelas Reiki. Olivia langsung terkekeh dengan mata yang tiba-tiba berair. Dia langsung berdiri sambil mengangkat tangannya lalu mengusap matanya.“Terima kasih Pak Reiki atas penjelasannya. Maaf karena sudah mengganggu Bapak. Kalau begitu saya pamit dulu,” ujar Olivia. Reiki sama sekali tidak berusaha menahan Olivia setelah mendengar kata pamit yang terucap dari mulutnya. Kemudian dia juga ikut berjalan mengikuti Olivia seraya berkata, “Bu Olivia, saya tahu Ibu pasti sangat kaget dan marah atas berita ini. Tapi, Stefan sangat serius dengan perasaannya. Saya harap, Ibu bisa memberikan Stefan sedikit kesempatan untuk menjelaskan semuanya setelah Bu Olivia merasa sedikit lebih tenang. Bagaimanapun juga kalian berdua kan suami istri.”Olivia sama sekali tidak mengatakan sepatah kata pun untuk menanggapi perkataan Reiki. Wajahnya masih saja
Daniel dan Odelina akhirnya tiba di Adhitama Group. Mereka juga membawa Junia bersama dengan mereka. Mereka bertemu Junia di perjalanan ketika Junia sedang terlihat cemas dengan sepedanya yang kehabisan daya. Dia pun bergegas masuk ke dalam mobil Daniel dan meninggalkan sepedanya di pinggir jalan dalam keadaan terkunci. Dia akan kembali dan mengambil sepedanya setelah berhasil menenangkan Olivia.“Olivia!”“Olivia!”Odelina dan Junia bergegas menghampiri Olivia setelah mereka turun dari mobil. Bahkan Odelina sampai lupa dan meninggalkan putranya begitu saja. Untung saja ada Daniel yang langsung menggendong Russel bersamanya. Russel juga hanya bisa terdiam pasrah sambil melihat ibunya yang tidak ingat akan keberadaannya. Ibunya langsung berlari menghampiri Olivia setelah turun dari mobil dan meninggalkannya di dalam mobil Daniel. Daniel mengatakan kalau dia akan menggendong Russel turun dari mobil. Namun, Daniel tetap saja tidak menurunkan Russel dari gendongannya setelah mereka berdua
Hebat sekali. Memang patut diacungi jempol.“Calvin.”Rosalina berjalan mendekat dan meraih tangan suaminya, lalu berkata lembut, “Dia hanya anjing gila yang suka sembarang gigit orang. Nggak usah pedulikan dia, jangan biarkan dia buat kamu marah. Nggak sepadan, Sayang. Aku sudah sering dimarahinya, sudah mati rasa. Mulut, mulut dia. Dia mau marah apa terserah dia. Kalau aku nggak tahan, aku tinggal suruh orang tampar dia.”Ekspresi tegas Stefan tiba-tiba berubah lembut. Giselle palsu tidak bisa menahan rasa cemburu ketika melihat perubahan ekspresi pria itu. Saat berhadapan dengannya, Calvin bersikap begitu dingin, seolah ingin mencabik-cabiknya. Namun di depan Rosalina, dia menjadi begitu lembut. Pria keluarga Adhitama benar-benar sayang istri.“Aku nggak tahan dengar ada yang hina kamu seperti itu. Kamu murah hati, nggak mau permasalahkan itu dengannya. Tapi aku nggak bisa seperti kamu. Kalau nggak dengar , aku nggak masalah. Tapi kalau sudah dengar, aku harus kasih dia pelajaran.”
“Pak Calvin sudah ada di sini. Perempuan ini nggak tahu malu, terus marahi Bu Rosalina. Aku barusan sudah kasih pelajaran, tapi dia masih saja begitu. Bu Rosalina baik hati. Nggak ada gunanya bahas persaudaraan saat berhadapan dengan orang seperti ini. Kasih pelajaran saja, habis itu usir dia.” Lisa bicara lebih dulu.Calvin hanya meliriknya sekilas, lalu menatap Giselle dengan dingin. “Rosalina terus maafkan kamu karena kamu adik yang lahir dari mama yang sama dengannya. Kamu malah semakin bertingkah. Rosalina bisa saja nggak mau perhitungan denganmu. Tapi aku nggak semurah hati itu. Hina istriku sama saja dengan hina aku. Dari dulu aku suka tampar orang yang berani hina aku.”“Tampar dia dulu, biar dia tahu apa artinya mulutmu harimaumu,” perintah Calvin kepada pengawalnya.Pengawal Calvin tidak bersikap lembut hanya karena Giselle perempuan. Dia menampar wajah Giselle beberapa kali, sampai Giselle bengong sendiri. Ternyata Calvin juga bisa memukul orang. Ralat, bukan memukul dengan
Giselle palsu tersadar. Dia takut ketahuan. Dia pun buru-buru berkata, “Aku benci Rosalina. Aku memang ingin marahi dia. Memangnya kenapa?”Usai berkata, Giselle palsu berlari ke arah mobilnya dan cepat-cepat masuk ke dalam mobil, ingin segera pergi. Siapa sangka, ada sosok yang begitu cepat sehingga berhasil mengejarnya sampai ke samping mobil. Sebelum dia sempat menutup pintu, sebuah tangan besar dan kuat masuk ke dalam mobil, lalu mencengkeram salah satu pergelangan tangannya dan menariknya keluar dari mobil dengan kasar.Giselle melihat pemilik tangan itu. Ternyata pengawal keluarga Adhitama. Pengawal keluarga Adhitama benar-benar hebat. Padahal Giselle merasa dirinya sudah sangat cepat, tapi ternyata dia masih kalah cepat.Pengawal itu menarik Giselle kembali ke depan Calvin. Lisa memelototi Giselle dengan tajam. Sekalipun dia tidak pintar dan IQ-nya terbatas, pengganti ini juga tidak boleh membuatnya terlihat begitu bodoh.Calvin sudah ada di sini, si pengganti ini masih berani p
“Bu Lisa.”Saat Giselle hendak diusir keluar, Rosalina akhirnya buka suara. Dia menatap Giselle palsu yang sedang ditahan oleh pengawal Lisa, dalam kondisi tidak mampu melawan serta tidak bisa berteriak.Setelah itu, Rosalina berkata, “Bu Rosalina, adikku ini kalau ngomong suka nggak pakai otak. Dulu dia terlalu dimanja orang tuanya, sampai nggak kenal rasa takut. Maaf sudah menyinggung Bu Lisa barusan. Sekarang Bu Lisa sudah kasih dia pelajaran. Untuk kali ini biarkan saja, usir saja dia.”Lisa masih memasang wajah tegas. “Bu Rosalina, kamu terlalu baik sebagai kakak, makanya kamu ditindas dia terus. Aku dengar dulu dia sering tindas kamu.”“Yang lalu sudah berlalu. Aku nggak ingin permasalahkan hal itu lagi.” Rosalina bersikap murah hati dan berkata, “Anggap saja dia anjing. Kita manusia kalau digigit anjing, kita nggak bisa balas gigit, kan.”Lisa mengumpat dalam hati. Rosalina, kau anjingnya. Seluruh keluargamu anjing. Setelah menyadari seluruh keluarga Rosalina berarti dirinya ter
Rosalina menatap Giselle. Awalnya Giselle diam saja, tidak memberikan reaksi apa pun. Toh, orang yang dibicarakan Lisa bukanlah dia. Begitu Rosalina menatapnya, dia baru sadar. Sekarang dia adalah Giselle.Giselle pun langsung berteriak, “Dia yang sudah rebut harta keluargaku. Dia juga yang blokir kartu bank-ku, buat aku nggak bisa ambil uang bulananku. Dia juga suruh adikku untuk kurangi biaya hidup yang diberikan ke aku sebanyak 70 persen.”“Sekarang aku nggak punya uang juga gara-gara dia. Kalau bukan cari dia, aku cari siapa? Kenapa aku harus kerja? Aku anak keluarga Siahaan, orang tuaku wariskan harta ratusan miliar untukku. Aku punya uang yang nggak akan pernah habis. Untuk apa aku kerja? Kalau kerja, satu bulannya bisa dapat berapa? Nggak sebanyak uang saku bulananku dulu.”Dulu, Giselle mendapat uang saku bulanan sebesar 600 juta. Jika dia perlu membeli sesuatu yang besar, misalnya mobil mewah, dia hanya perlu bermanja di depan orang tuanya. Nanti mereka akan membelikannya untu
“Aku dengar Bu Rosalina buka sebuah toko bunga dan tokonya sangat besar. Bunga-bunga di toko juga sangat indah. Aku sudah lama ingin datang dan melihat-lihat, tapi nggak pernah punya waktu. Kebetulan sekarang adik iparku sedang libur, jadi nggak perlu aku antar jemput ke sekolah setiap hari.”“Mumpung ada waktu luang, aku keluar jalan-jalan. Baru ingat kalau besok ulang tahun mama mertuaku. Aku sudah siapkan kado ulang tahun untuk mama mertuaku. Tapi masih kurang bunga. Aku baru ingat Bu Rosalina buka toko bunga. Jadi aku langsung ke sini.”Lisa sangat menghayati perannya sehingga Rosalina pun tidak ingin mengeksposnya. Sebelum dia melepaskan topeng Lisa, dia tidak bisa bilang kalau Lisa adalah Giselle.“Bu Lisa sangat berbakti. Mau beli buket bunga sebesar apa, Bu? Biar aku bantu pilihkan bunganya. Dijamin mama mertua Bu Lisa pasti suka.”“Aku jadi menantunya, kasih buket bunga yang sederhana atau yang cocok untuk kasih ke mama mertua saja. Buket bunga terbesar biar papa mertuaku yang
Giselle palsu ditugaskan menjadi pengganti Giselle dalam waktu yang terlalu singkat, sehingga dia tidak sempat memperhatikan apakah ada ciri khusus pada tangan Giselle yang asli.“Suruh dia lepaskan aku. Tanganku sakit. Aku nggak akan pukul kamu lagi.”Giselle mulai ketakutan. Ada pengawal yang begitu hebat di samping Rosalina. Jika dia berani menyentuh Rosalina barang sehelai rambut pun, dia yakin dia akan kehilangan kedua tangannya.Rosalina duduk kembali di meja kasir, lalu memberi isyarat kepada pengawalnya untuk melepaskan Giselle.Si pengawal melepaskan tangan Giselle, tapi dia tidak pergi. Sebaliknya, dia berdiri tidak jauh dari Giselle sambil menatap Giselle dengan waspada. Giselle terus menggosok pergelangan tangannya dengan tangannya yang lain. Pergelangan tangannya memerah, kentara sekali seberapa kuat tenaga yang digunakan pengawal keluarga Adhitama.Saat ini, dua mobil berhenti di depan toko Spring Blossom. Yang satunya mobil mewah, yang satunya lagi sepertinya mobil penga
“Aku nggak akan pergi. Kamu coba saja suruh mereka aku usir aku. Aku akan teriak sepanjang hari di tokomu, biar kamu malu. Toh, reputasiku sudah rusak. Tapi kamu beda. Sekarang kamu menantu keluarga Adhitama.”“Aku nggak takut kamu nggak peduli dengan reputasimu. Sekalipun kamu benar-benar nggak peduli, keluarga suamimu juga nggak peduli? Sekalipun mereka melindungi kamu, orang lain tetap akan bicarakan kamu, bilang kamu nggak pantas jadi menantu keluarga Adhitama. Kalau bukan karena kamu, seharusnya akulah yang akan menikah dengan Calvin. Kamu yang rebut kebahagiaanku.”Rosalina tertawa sebentar. “Kalau kamu bisa, ambil saja kembali apa yang kamu anggap kebahagiaan itu. Kalau nggak bisa, nggak usah teriak-teriak di depanku. Seharusnya? Seharusnya aku juga nona keluarga Siahaan. Tapi bagaimana cara kalian perlakukan aku? Awalnya banyak harta keluarga Siahaan yang seharusnya jadi milikku. Bukankah semua itu juga diambil orang tuamu?”“Sejak awal kamu dan mamamu yang bermimpi ingin menda
Bagian mana dari aktingnya yang tidak bagus sehingga menunjukkan celah? Giselle palsu merasa dia sudah melakukan yang terbaik.“Kenapa aku nggak punya aura nona dari keluarga kaya? Memangnya orang buta seperti kamu punya? Rosalina, sekalipun sekarang kamu bisa melihat lagi, di mataku kamu tetap si buta. Buta, buta!”“Kalaupun aku seperti tomboi, preman, itu semua juga karena kamu dan Jordan. Kalian berdua sudah monopoli harta keluarga Siahaan dan nggak mau kasih aku sepeser pun. Jordan bilang dia akan kasih aku 30 atau 40 juta per bulan, tapi kamu suruh dia kasih aku 6 juta saja. Beberapa waktu lalu aku menjalani operasi kecil. Jordan baru naikkan jadi 10 juta per bulan. Uang segitu bisa buat apa? Buat makan sekali dua kali saja sudah habis.”Rosalina tetap mengatakan hal yang sama, “Kamu punya tangan punya kaki, masih muda masih sehat. Kamu bisa cari kerja untuk hidupi dirimu sendiri. Kalau nggak bisa kerja yang susah, kamu bisa seperti kedua tantemu. Demi cari uang, jadi tukang bersi