Olivia mencubit wajah Stefan dua kali, lalu menarik kembali tangannya. Melihat hal itu, Stefan pun menatap Olivia dengan lekat, lalu berkata dengan suara berat, “Aku bahkan sudan menundukkan kepalaku. Kenapa kamu nggak sekalian berikan aku ciuman?”Olivia melihat ke sekeliling dengan cepat, lalu berbisik di telinga Stefan dengan nada manja, “Kita lagi di luar. Banyak orang lalu lalang. Ada Russel juga.”Di dalam toko minuman juga ada banyak pelanggan. Olivia adalah orang yang berani di mulut. Dia tidak begitu berani dalam tindakan nyata.Stefan mengerutkan kening, “Bagaimana kalau aku yang cium kamu?”Olivia bahkan belum menjawabnya, pria itu sudah mendekat dan mencium bibir merahnya. Namun, pria itu tidak memperdalam ciumannya. Dia hanya mengecup bibir Olivia sebentar, lalu melepaskan ciumannya. Kemudian, dia berkata dengan penuh rasa sayang, “Ayo, kita pulang. Jangan biarkan Kak Odelina tunggu terlalu lama.”Stefan menggendong Russel. Satu tangannya yang bebas menggandeng tangan Oliv
“Jadi ... Amelia salah orang?” tanya Olivia.Stefan tertawa ringan dan berkata, “Mungkin saja bukan salah orang. Siapa tahu Amelia sudah melepaskan perasaannya pada pria yang nggak bisa jadi miliknya dan jatuh cinta pada Pak Jonas.”Olivia berpikir Amelia sudah terobsesi dengan tuan muda Adhitama selama bertahun-tahun. Amelia tidak mungkin salah mengenali orang. Oleh karena itu, dia pun berkata, “Amelia seharusnya belum jatuh cinta padanya. Mungkin saja ada sesuatu dari Pak Jonas yang menarik perhatian Amelia.”“Pak Jonas benar-benar sebaik itu? Amelia gadis yang baik. Kalau dia dan Pak Jonas bisa saling jatuh cinta, kita semua bisa lega. Aku juga merasa sakit hati melihat cintanya pada Tuan Muda Adhitama.”Olivia pernah menjadi penasihat cinta Amelia. Karena dia tidak berhasil membantu Amelia mendapatkan tuan muda Adhitama, alangkah baiknya kalau dia bisa menyatukan Amelia dan Jonas.Hanya saja, Jonas penduduk Kota Aldimo. Agak jauh dari Kota Mambera. Apakah Yuna rela membiarkan Ameli
Olivia mengambil inisiatif untuk memegang lengan Stefan dan masuk ke dalam supermarket bersamanya, lalu berkata sambil tersenyum, “Kamu benar. Kalau dia nggak dang untuk mengeluh, kita nggak akan tahu kalau mereka mulai nggak suka dengan Yenny.”Mereka berdua membeli beberapa buah segar di supermarket. Sesaat kemudian, mereka keluar dengan dua kantong besar. Begitu sampai di rumah Odelina, mereka diomeli Odelina lagi.Odelina tidak akan mengomeli adik iparnya. Dia hanya mengomeli adiknya sendiri, “Stefan masih harus bayar KPR. Sekalipun gajinya tinggi, kalian tetap harus hemat-hemat. Kalau kalian sudah punya anak nanti, pengeluaran kalian akan lebih besar lagi. Aku sekarang nggak kekurangan apa pun. Kalau Stefan mau beli sesuatu, kamu hentikan saja dia.”“Kak, adik iparmu berbakti padamu. Kamu terima saja. Kalau kamu merasa nggak tega lihat dia tertekan karena masih harus bayar KPR, nanti aku transfer uang beli buah ke dia. Anggap saja aku yang beli buah ini untuk kalian. Oke? Kak, aku
“Bu Yanti ingin Daniel menikah dengan anak dari keluarga ternama. Selain itu, keluarganya juga harus punya aset seenggaknya beberapa triliun. Dia merasa perempuan seperti itu baru pantas untuk jadi istri Daniel.”Daniel sendiri memiliki aset bersih puluhan triliun. Yanti merasa putra bungsunya itu sangat baik dalam setiap aspek kecuali wajahnya yang rusak. Karena putranya begitu luar biasa, tentunya hanya perempuan yang luar biasa pula yang pantas untuk bersanding dengan putranya.Reiki ingat Yanti yang selalu terlihat lembut di luar. Namun pada kenyataannya, Yanti paling sering memandang rendah orang lain. Biasanya ketika Reiki bertemu dengan Yanti di perjamuan, perempuan itu hanya akan bicara dengan nyonya-nyonya yang sederajat dengannya. Sedangkan yang lainnya selalu diremehkan oleh Yanti.Mungkin Daniel juga memahami sifat ibunya. Dia merasa sulit untuk menemukan pacar yang bisa memuaskan ibunya. Oleh karena itu, lebih baik dia tidak mencari pacar. Kalau Daniel bilang, dia benar-be
Setelah keluar dari perusahaan, Stefan masuk ke mobil Reiki. Reiki pun berkata padanya, “Okelah kamu nggak mau pakai mobil mewahmu. Masa kamu juga nggak mau pakai mobil khusus yang kamu pakai untuk bohongi istri kamu itu?”Stefan menjawab sambil memasang sabuk pengaman, “Kalau ikut mobil kamu ke sana, istriku nggak perlu khawatir aku akan kehilangan pekerjaan.”“Kamu kehilangan pekerjaan? Istrimu khawatir kamu akan kehilangan pekerjaan?” Reiki benar-benar ingin tertawa.Olivia tidak khawatir dengan apa pun, malah khawatir Stefan akan kehilangan pekerjaannya. Kalau Stefan tidak mengurus Adhitama Group lagi, delapan adiknya pasti akan menangis. Karena Stefan menanggung beban sembilang orang sendirian.“Dia nggak bilang apa-apa, sih. Tapi dia mulai khawatir dengan isi dompetku. Dia suruh aku jangan habiskan uang dengan sembarangan. Aku sering bareng sama kamu. Dia pikir aku bisa berpegang erat padamu yang punya pengaruh besar di perusahaan. Jadi dia nggak perlu khawatir.”“Dia nggak tahu
Olivia tiba-tiba bertanya. Dia juga melihat Reiki dan Daniel, lalu bertanya lagi, “Kamu bilang kamu temani Pak Reiki makan malam dengan klien. Klien itu Pak Daniel?”“Iya, Pak Daniel.”Stefan menoleh untuk melihat kedua temannya. Setelah menerima isyarat Stefan, keduanya baru menghampiri meja Olivia.“Pak Reiki.”Olivia berdiri, lalu menyapa Reiki sambil tersenyum. Dia juga menyapa Daniel. Sementara itu, Junia juga ikut berdiri. Setelah saling bertukar sapa, Olivia pun berkata dengan santai, “Kalau kalian nggak keberatan, mau makan bareng?”Stefan menjawab paling cepat. Sedangkan Reiki menatap Junia sebentar, lalu berkata sambil tersenyum, “Junia merasa keberatan, nggak?”Junia merasa kalau kedua pria itu telah mengabaikan Daniel, klien penting mereka. Dia menatap Daniel dan berkata, “Kalau Pak Daniel nggak keberatan, kita makan bareng saja.”Daniel adalah tokoh utama malam ini. Kedua orang yang katanya menemani klien makan malam telah melupakan keberadaan Daniel.Daniel spontan berpik
Asal tahu saja, Daniel mulai memperhatikan Odelina juga karena Stefan. Stefan dan Olivia melakukan pernikahan dadakan. Odelina menjadi kakak ipar Stefan. Pada saat Odelina membaret mobilnya, Daniel meminta biaya reparasi di bawah harga yang sebenarnya. Hal itu juga karena Odelina adalah kakak ipar sahabatnya.Daniel tahu teman-temannya masih salah paham dan mengira dia menyukai Odelina. Namun, dia terlalu malas untuk memberi penjelasan. Semakin dia menjelaskan, sepertinya kesalahpahaman menjadi semakin parah, seperti efek Streisand.Setelah tiga pria bergabung, Stefan memesan dua botol alkohol. Hanya Daniel yang tidak minum alkohol. Karena dia harus mengemudikan mobil nanti. Sedangkan Reiki dan Stefan minum sedikit. Namun, tidak sampai mabuk.Usai puas makan dan minum, semua orang hendak pergi. Reiki tiba-tiba berkata, “Stefan, Daniel, aku pulangnya bagaimana? Aku sudah minum alkohol, jadi nggak boleh bawa mobil.”Tidak peduli seberapa tidak pekanya Daniel, dia juga tahu kalau Reiki se
“Mungkin itu mamaku.” Stefan bangun dan berkata, “Setelah kamu tidur tadi malam, aku telepon mamaku. Aku minta mamaku datang dan temani kamu pergi beli gaun untuk kamu pakai saat pesta tahunan perusahaan nanti.”Olivia tiba-tiba membuka matanya ketika mendengar perkataan suaminya. Dia pun langsung duduk di tempat tidur dan berkata, “Kamu tidur saja. Aku yang pergi buka pintu.”Saat bicara, tangan dan kakinya juga bergerak cepat. Dia bergegas pergi mengganti bajunya, lalu menyisir rambutnya. Stefan memperhatikan Olivia melakukan hal-hal itu secepat mungkin. Kemudian, pria itu berkata, “Sebelum keluar, kamu pergi ke dapur lalu ambil dan pakai celemek.”“Kenapa?” tanya Olivia dengan heran.“Lakukan saja apa yang aku katakan.” Stefan tersenyum dan berkata, “Cepat pergi buka pintu. Jangan biarkan mama mertuamu menunggu lama.”Olivia berbalik dan pergi. Setelah keluar dari kamar, dia melakukan seperti apa yang Stefan katakan barusan. Dia benar-benar pergi ke dapur, mengambil celemek dan mema
Bagian mana dari aktingnya yang tidak bagus sehingga menunjukkan celah? Giselle palsu merasa dia sudah melakukan yang terbaik.“Kenapa aku nggak punya aura nona dari keluarga kaya? Memangnya orang buta seperti kamu punya? Rosalina, sekalipun sekarang kamu bisa melihat lagi, di mataku kamu tetap si buta. Buta, buta!”“Kalaupun aku seperti tomboi, preman, itu semua juga karena kamu dan Jordan. Kalian berdua sudah monopoli harta keluarga Siahaan dan nggak mau kasih aku sepeser pun. Jordan bilang dia akan kasih aku 30 atau 40 juta per bulan, tapi kamu suruh dia kasih aku 6 juta saja. Beberapa waktu lalu aku menjalani operasi kecil. Jordan baru naikkan jadi 10 juta per bulan. Uang segitu bisa buat apa? Buat makan sekali dua kali saja sudah habis.”Rosalina tetap mengatakan hal yang sama, “Kamu punya tangan punya kaki, masih muda masih sehat. Kamu bisa cari kerja untuk hidupi dirimu sendiri. Kalau nggak bisa kerja yang susah, kamu bisa seperti kedua tantemu. Demi cari uang, jadi tukang bersi
“Kalian berdua anggap aku pengemis,” tuding Giselle.Rosalina berhenti menatap Giselle dan terus menggunting batang bunga sambil bersikap acuh tak acuh. “Kamu punya tangan punya kaki. Cari kerja untuk hidupi dirimu sendiri. Aku punya uang, tapi aku nggak akan kasih ke kamu.”“Rosalina, aku punya hak atas sebagian aset keluarga Siahaan. Jangan harap kamu dan Jordan bisa ambil semuanya,” teriak Giselle. “Kakak macam apa kamu ini? Sebentar lagi mau Tahun Baru, kamu bahkan nggak kasih aku uang untuk rayakan Tahun Baru.”“Sebentar lagi semua orang libur Tahun Baru. Kamu malah suruh aku cari pekerjaan? Sekalipun aku pergi cari kerja, aku juga nggak bakal dapat uang untuk Tahun Baru. Nggak ada uang, aku bakal mati kelaparan. Cepat kasih aku uang. Aku mau bayar kontrakan, isi bensin, beli kue dan baju baru untuk Tahun Baru nanti.”Rosalina tetap tidak menatap Giselle. Dia hanya berkata dengan dingin, “Jordan dapat harta yang diberikan orang tuamu. Dia punya banyak uang. Tapi saat liburan musim
Sebuah mobil berhenti di depan toko bunga. Rosalina yang sedang merapikan bunga dalam sebuah pot besar spontan mendongak dan melihat ke arah mobil. Sepertinya itu mobil Giselle.Setelah penglihatan Rosalina pulih, Giselle pernah pulang dan membawa pergi mobil. Rosalina ingat plat mobil Giselle. Mobil Giselle adalah mobil BWM seri 7 yang merupakan hadiah ulang tahunnya yang ke-18. Rosalina ingat begitu Giselle mendapatkan kunci mobil, dia sengaja pamer di depan Rosalina dan berkata Rosalina tidak akan pernah bisa memiliki mobil sendiri, juga tidak akan bisa mengendarai mobil. Karena Rosalina buta.Rosalina merasa suara tawa Giselle saat pamer di depannya seakan-akan masih bergema di telinganya. Sekarang, Rosalina punya mobil sendiri, juga punya beberapa mobil mewa. Namun, dia masih belum bisa mengendarai mobil. Itu fakta. Rosalina sudah mempertimbangkan untuk mengikuti ujian SIM, tapi dia belum punya waktu.Rosalina sibuk dengan pekerjaan sekaligus harus mulai mempersiapkan pernikahanny
“Aku nggak khawatir,” kata Dewi dengan santai.“Kalian semua nggak perlu khawatir. Calon istri yang Bu Sarah pilihkan untuk mereka semuanya bagus. Aku juga harus minta Bu Sarah bantu pilihkan satu untuk Aldi,” ujar Yuna.“Kalau itu memang benar.” Dewi tertawa pelan. “Kami beruntung, hidup bahagia menjadi menantu keluarga Adhitama. Hanya saat hamil dan melahirkan yang lebih susah sedikit. Setelah anak lahir, kami juga nggak perlu urus. Mertuaku besarkan anak-anak dengan sangat baik.”“Sudah, Dewi. Kalau kamu ngomong terus, aku benar-benar bisa cemburu sampai gila.”Dewi tertawa lagi ketika mendengar ucapan Yuna. Kemudian, Yuna berkata, “Dengar-dengar, Ronny pergi ke Kota Aldimo lamar kerja jadi koki. Dia sendiri sudah jadi bos, untuk apa pergi jauh-jauh ke sana jadi koki?”Yuna tampak penasaran. Dewi tersenyum dan menjawab, “Barusan aku bilang. Ronny sudah ada calon istri, neneknya yang pilihkan untuk dia. Anak keluarga Pangestu di Provinsi Sarga. Mertuaku sangat pandai nilai orang. Say
Namun, Felicia telah menyelamatkan nyawa Odelina. Felicia mengambil risiko mengkhianati ibunya dan memberitahu Odelina tentang rencana Patricia, yang akhirnya membuat mereka bisa bersiaga dan waspada terlebih dahulu terhadap Patricia.Yuna menghela napas panjang di dalam hati. Dia tidak menyangka masalah akan berkembang secepat ini. Dia membiarkan Odelina mengembangkan karier di Kota Cianter sehingga punya pijakan yang kokoh dulu. Setelah itu, baru bersaing dengan keluarga Gatara. Mereka akan menyingkirkan Patricia selangkah demi selangkah, lalu mengambil kembali semua yang sudah seharusnya menjadi milik mereka.“Felicia nggak pernah lakukan hal yang melanggar hukum. Aku rasa berkat terbesar yang Langit berikan kepada Patricia adalah dengan menganugerahinya seorang putri yang baik.”Apa pun yang dilakukan Patricia, Felicia tidak bersalah. Saat tragedi menimpa Sofia, Patricia masih belum menikah, tentu saja juga belum memiliki anak. Oleh karena itu, Felicia tidak tahu, apalagi terlibat.
"Odelina di Cianter masih baik-baik saja untuk sementara waktu, jadi besok aku akan membawa Om Setya ke sana." Dewi bertanya dengan penuh perhatian, "Apa kamu akan menghadapinya secara langsung?" Yuna terdiam sejenak, lalu berkata, "Ya, masalah ini harus diselesaikan. Dia membunuh orang tuaku, juga kakekku. Bahkan tanteku juga mati karena dia. Dia harus membayar atas perbuatannya." "Saat ini, kami nggak harus merebut kembali keluarga Gatara, tapi kami pasti akan membuat Patricia membayar harganya dan menghadapi hukuman hukum." Singkatnya, begitu Setya dan beberapa sesepuh lainnya terbang ke Cianter, saat itulah kehancuran Patricia akan dimulai. Dia bahkan akan membawa serta para jurnalis media untuk mengikuti perjalanan ini. Mereka akan mengekspos betapa kejam dan tidak berperasaannya Patricia. Dia bahkan tega membunuh kakak kandung yang telah membesarkannya. Patricia pantas mati! "Bukankah para sesepuh berencana pergi besok?" Yuna berkata, "Ya, mereka memang akan berangkat beso
Yuna bisa mendengar dengan jelas bahwa Dewi benar-benar sangat melindungi keluarganya. Sebagai bibi dari Olivia, dia sebenarnya bukan bermaksud mengkritik keponakannya, hanya mengatakan bahwa Olivia masih muda dan belum secerdik Dewi. Namun, Dewi tidak suka mendengarnya, langsung membela Olivia. Memiliki ibu mertua yang begitu melindungi tetapi tetap bijaksana, Yuna merasa bahagia untuk keponakannya. Tidak seperti dirinya dulu saat menikah dengan keluarga Sanjaya, ibu mertuanya tidak menyukainya dan tidak puas dengannya serta selalu mencari-cari kesalahan, bahkan di tempat yang tidak ada kesalahannya. Hari-hari itu sangat sulit baginya. Jika bukan karena suaminya yang sangat baik padanya dan ayah mertua yang bijaksana serta selalu membelanya, dia mungkin tidak akan bisa bertahan di keluarga Sanjaya. Ditambah lagi, tidak lama setelah menikah Yuna hamil, jika tidak, mungkin dia benar-benar tidak akan bisa melewati masa sulit sebagai menantu baru. Sekarang jika mengingat masa itu, Yun
Kedua Wanita itu duduk di sofa di ruang tamu. Yuna bertanya, "Apakah Russel juga bersama Bu Sarah?" "Ya, sekarang Russel ikut ke mana pun mertuaku pergi, dia selalu membawanya.""Olivia juga kembali ke kantor hari ini. Katanya ada beberapa urusan penting yang harus diselesaikan. Setelah semuanya diatur dengan baik, besok dia akan membawa Russel dan ikut pergi ke Vila Ferda bersama Dokter Panca." Saat mengatakan ini, Dewi tiba-tiba melirik ke sekeliling dengan hati-hati, lalu bertanya kepada Yuna dengan suara pelan, "Yuna, apakah terjadi sesuatu di Cianter?" Ekspresi Yuna tetap tenang, "Kenapa kamu bertanya begitu?" "Kalau terjadi sesuatu di Cianter, kenapa nggak masuk berita atau heboh di media sosial?" Yuna masih berusaha mengelak. Dewi menatapnya dan berkata, "Yuna, kamu mungkin bisa membodohi anak-anak muda seperti Olivia, tapi jangan mencoba menyembunyikan sesuatu dariku. Aku mungkin nggak sekuat dirimu, tapi aku yang mengelola urusan rumah tangga keluarga Adhitama. Aku juga
"Biarkan saja mereka, hari ini adalah hari terakhir mereka bisa bersenang-senang seperti ini." Besok, para tetua itu akan meninggalkan Mambera. Dokter Panca akan terbang ke Vila Ferda milik keluarga Junaidi untuk merayakan Tahun Baru di rumah muridnya. Setya akan tinggal di rumah keluarga Sanjaya untuk menikmati masa tuanya. Sementara Rubah Perak dan yang lainnya akan kembali ke tempat mereka masing-masing. Setelah beberapa hari berada di luar, mereka merasa bahwa tidak peduli seberapa bagus dunia luar, rumah mereka tetap yang terbaik. Mereka memilih untuk pulang. Tahun Baru makin dekat, dan murid-murid mereka juga akan kembali dari berbagai daerah. Meskipun mereka tidak seberuntung nenek tua itu yang memiliki anak dan cucu yang banyak, mereka punya banyak murid dan murid-murid itu juga akan kembali. Suasananya pasti akan sangat ramai, bahkan lebih meriah daripada di Vila Permai. Dewi bangkit dan berjalan keluar rumah. Karena Yuna telah datang, dia harus menyambutnya. Begitu sampa