Setelah keluar dari perusahaan, Stefan masuk ke mobil Reiki. Reiki pun berkata padanya, “Okelah kamu nggak mau pakai mobil mewahmu. Masa kamu juga nggak mau pakai mobil khusus yang kamu pakai untuk bohongi istri kamu itu?”Stefan menjawab sambil memasang sabuk pengaman, “Kalau ikut mobil kamu ke sana, istriku nggak perlu khawatir aku akan kehilangan pekerjaan.”“Kamu kehilangan pekerjaan? Istrimu khawatir kamu akan kehilangan pekerjaan?” Reiki benar-benar ingin tertawa.Olivia tidak khawatir dengan apa pun, malah khawatir Stefan akan kehilangan pekerjaannya. Kalau Stefan tidak mengurus Adhitama Group lagi, delapan adiknya pasti akan menangis. Karena Stefan menanggung beban sembilang orang sendirian.“Dia nggak bilang apa-apa, sih. Tapi dia mulai khawatir dengan isi dompetku. Dia suruh aku jangan habiskan uang dengan sembarangan. Aku sering bareng sama kamu. Dia pikir aku bisa berpegang erat padamu yang punya pengaruh besar di perusahaan. Jadi dia nggak perlu khawatir.”“Dia nggak tahu
Olivia tiba-tiba bertanya. Dia juga melihat Reiki dan Daniel, lalu bertanya lagi, “Kamu bilang kamu temani Pak Reiki makan malam dengan klien. Klien itu Pak Daniel?”“Iya, Pak Daniel.”Stefan menoleh untuk melihat kedua temannya. Setelah menerima isyarat Stefan, keduanya baru menghampiri meja Olivia.“Pak Reiki.”Olivia berdiri, lalu menyapa Reiki sambil tersenyum. Dia juga menyapa Daniel. Sementara itu, Junia juga ikut berdiri. Setelah saling bertukar sapa, Olivia pun berkata dengan santai, “Kalau kalian nggak keberatan, mau makan bareng?”Stefan menjawab paling cepat. Sedangkan Reiki menatap Junia sebentar, lalu berkata sambil tersenyum, “Junia merasa keberatan, nggak?”Junia merasa kalau kedua pria itu telah mengabaikan Daniel, klien penting mereka. Dia menatap Daniel dan berkata, “Kalau Pak Daniel nggak keberatan, kita makan bareng saja.”Daniel adalah tokoh utama malam ini. Kedua orang yang katanya menemani klien makan malam telah melupakan keberadaan Daniel.Daniel spontan berpik
Asal tahu saja, Daniel mulai memperhatikan Odelina juga karena Stefan. Stefan dan Olivia melakukan pernikahan dadakan. Odelina menjadi kakak ipar Stefan. Pada saat Odelina membaret mobilnya, Daniel meminta biaya reparasi di bawah harga yang sebenarnya. Hal itu juga karena Odelina adalah kakak ipar sahabatnya.Daniel tahu teman-temannya masih salah paham dan mengira dia menyukai Odelina. Namun, dia terlalu malas untuk memberi penjelasan. Semakin dia menjelaskan, sepertinya kesalahpahaman menjadi semakin parah, seperti efek Streisand.Setelah tiga pria bergabung, Stefan memesan dua botol alkohol. Hanya Daniel yang tidak minum alkohol. Karena dia harus mengemudikan mobil nanti. Sedangkan Reiki dan Stefan minum sedikit. Namun, tidak sampai mabuk.Usai puas makan dan minum, semua orang hendak pergi. Reiki tiba-tiba berkata, “Stefan, Daniel, aku pulangnya bagaimana? Aku sudah minum alkohol, jadi nggak boleh bawa mobil.”Tidak peduli seberapa tidak pekanya Daniel, dia juga tahu kalau Reiki se
“Mungkin itu mamaku.” Stefan bangun dan berkata, “Setelah kamu tidur tadi malam, aku telepon mamaku. Aku minta mamaku datang dan temani kamu pergi beli gaun untuk kamu pakai saat pesta tahunan perusahaan nanti.”Olivia tiba-tiba membuka matanya ketika mendengar perkataan suaminya. Dia pun langsung duduk di tempat tidur dan berkata, “Kamu tidur saja. Aku yang pergi buka pintu.”Saat bicara, tangan dan kakinya juga bergerak cepat. Dia bergegas pergi mengganti bajunya, lalu menyisir rambutnya. Stefan memperhatikan Olivia melakukan hal-hal itu secepat mungkin. Kemudian, pria itu berkata, “Sebelum keluar, kamu pergi ke dapur lalu ambil dan pakai celemek.”“Kenapa?” tanya Olivia dengan heran.“Lakukan saja apa yang aku katakan.” Stefan tersenyum dan berkata, “Cepat pergi buka pintu. Jangan biarkan mama mertuamu menunggu lama.”Olivia berbalik dan pergi. Setelah keluar dari kamar, dia melakukan seperti apa yang Stefan katakan barusan. Dia benar-benar pergi ke dapur, mengambil celemek dan mema
“Sudah jam berapa ini, Stefan masih belum bangun juga?”“Stefan sibuk kerja, Ma. Kalau malam dia selalu lembur atau ada acara dengan klien. Biarkan dia tidur lebih lama.”“Biasanya dia juga sibuk sampai tengah malam baru pulang. Besoknya dia tetap bangun pagi-pagi untuk jogging. Karena ada kamu, dia jadi malas. Olivia, kamu juga jangan terlalu manjakan Stefan. Nggak peduli pria atau perempuan, kalau sudah manja, yang sakit kita sendiri,” kata Dewi.“Ma, Mama bicara hal buruk tentang aku di belakangku, ya.”Stefan keluar dari kamar. Dia telah mengenakan kemeja dan celana panjang dengan rapi, yang membuatnya terlihat gagah dan menawan. Hanya saja, jasnya belum dipakai. Begitu juga dengan dasinya. Dia memegang kedua benda itu di tangannya.Dewi berdiri dan menghampiri Stefan, “Aku baru bilang kamu jadi malas, kamu sudah keluar. Untung saja aku nggak marahi kamu. Cuaca akhir-akhir ini sedikit lebih hangat. Tapi kalau pagi hari masih sangat dingin. Cepat pakai jasmu. Jangan sampai masuk ang
Kata-kata Stefan langsung menyulut amarah ibunya. “Siapa bilang jadi istri harus bangun pagi untuk buatkan sarapan buat kamu? Siapa bilang istri harus bersihkan rumah? Dia nggak harus lakukan semua itu. Dia nggak berutang apa pun padamu, sampai harus melayanimu setiap waktu. Stefan, kamu bilang papamu adalah panutanmu. Tapi pemikiranmu itu sangat jauh berbeda dari papamu.”“Cepat perbaiki itu. Apa yang kamu pelajari sampai jadi seperti ini? Perempuan mana yang menikah dengan keluarga kita nggak dimanjakan? Hanya kamu yang perlakukan Olivia seperti ART. Masih bilang sudah seharusnya lagi. Untung saja aku yang datang ke sini hari ini. Coba saja kalau nenekmu yang datang dan dengar kamu ngomong seperti itu. Dia pasti akan pukul kamu sampai babak belur dengan tongkat.”“Olivia, Olivia.” Usai memarahi putranya, Dewi memanggil Olivia yang sedang sibuk di dapur.Olivia segera keluar dari dapur dan bertanya, “Ada apa, Ma?”“Sini.”Dewi menyuruh menantunya untuk mendekat. Kemudian, dia melepas
Dewi yang merasa telah ditipu oleh putranya sendiri sengaja memperlakukan Olivia dengan baik saat sarapan. Hal itu membuat putranya cemburu dan berkata dengan wajah masam, “Ma, aku anak pungut, ya?”Dewi memicingkan matanya ke arah Stefan dan berkata, “Seperti inilah sikapku terhadap putri anak perempuan dan anak laki-laki.”Dewi ingin melihat apakah bocah tengik itu masih berani menipunya lagi.Stefan, “....”Selesai sarapan, Olivia mengantar Stefan ke bawah dulu.“Sebenarnya aku juga punya gaun. Nggak perlu beli yang baru.” Olivia berkata pada suaminya, “Harga gaun agak mahal. Jarang dipakai lagi. Paling setahun baru pakai sekali. Kalau beli ujung-ujungnya taruh di dalam lemari saja.”“Kalau aku jadi gemuk, nggak muat, rasanya sayang banget. Buang-buang uang saja. Aku rasa aku punya satu gaun saja sudah cukup. Nggak perlu sampai beli baru. Sebentar lagi Tahun Baru. Kita masih harus beli banyak barang. Pengeluaran semakin banyak. Kamu juga nggak bilang sama aku dulu. Sekarang Mama sud
Dewi ingin membuat menantunya menjadi perempuan paling mempesona dalam pesta tahunan perusahaan. Gaun yang dia pilih untuk Olivia adalah gaun paling indah. Untung saja Olivia memiliki aura yang bagus. Setiap kali dia mencoba gaun, kelebihan gaun itu bisa terlihat jelas.Dewi melihat Olivia yang sudah mengenakan gaun dan terlihat seperti orang yang berbeda. Dia pun berkata, “Oliv, auramu cukup bagus. Tapi kalau kamu mau belajar etiket, kamu pasti bisa jadi seperti perempuan kalangan atas.”“Ma, targetku hanya cari uang banyak-banyak dan beli rumah. Aku nggak tertarik jadi perempuan kalangan atas. Aku juga nggak bisa jadi seperti itu. Perempuan kalangan atas pasti memiliki latar belakang keluarga yang kuat. Sedangkan aku hanya seorang penjual buku yang mengandalkan kerja sama dengan sekolah untuk cari uang. Aku mana berani memikirkan hal-hal yang nggak mungkin jadi kenyataan.”“Stefan punya dua rumah ....”Dewi ingin bilang kalau Stefan punya banyak uang dan rumah.“Aku ingin beli rumah