Dewi yang merasa telah ditipu oleh putranya sendiri sengaja memperlakukan Olivia dengan baik saat sarapan. Hal itu membuat putranya cemburu dan berkata dengan wajah masam, “Ma, aku anak pungut, ya?”Dewi memicingkan matanya ke arah Stefan dan berkata, “Seperti inilah sikapku terhadap putri anak perempuan dan anak laki-laki.”Dewi ingin melihat apakah bocah tengik itu masih berani menipunya lagi.Stefan, “....”Selesai sarapan, Olivia mengantar Stefan ke bawah dulu.“Sebenarnya aku juga punya gaun. Nggak perlu beli yang baru.” Olivia berkata pada suaminya, “Harga gaun agak mahal. Jarang dipakai lagi. Paling setahun baru pakai sekali. Kalau beli ujung-ujungnya taruh di dalam lemari saja.”“Kalau aku jadi gemuk, nggak muat, rasanya sayang banget. Buang-buang uang saja. Aku rasa aku punya satu gaun saja sudah cukup. Nggak perlu sampai beli baru. Sebentar lagi Tahun Baru. Kita masih harus beli banyak barang. Pengeluaran semakin banyak. Kamu juga nggak bilang sama aku dulu. Sekarang Mama sud
Dewi ingin membuat menantunya menjadi perempuan paling mempesona dalam pesta tahunan perusahaan. Gaun yang dia pilih untuk Olivia adalah gaun paling indah. Untung saja Olivia memiliki aura yang bagus. Setiap kali dia mencoba gaun, kelebihan gaun itu bisa terlihat jelas.Dewi melihat Olivia yang sudah mengenakan gaun dan terlihat seperti orang yang berbeda. Dia pun berkata, “Oliv, auramu cukup bagus. Tapi kalau kamu mau belajar etiket, kamu pasti bisa jadi seperti perempuan kalangan atas.”“Ma, targetku hanya cari uang banyak-banyak dan beli rumah. Aku nggak tertarik jadi perempuan kalangan atas. Aku juga nggak bisa jadi seperti itu. Perempuan kalangan atas pasti memiliki latar belakang keluarga yang kuat. Sedangkan aku hanya seorang penjual buku yang mengandalkan kerja sama dengan sekolah untuk cari uang. Aku mana berani memikirkan hal-hal yang nggak mungkin jadi kenyataan.”“Stefan punya dua rumah ....”Dewi ingin bilang kalau Stefan punya banyak uang dan rumah.“Aku ingin beli rumah
Olivia dan Dewi masuk ke mobil dengan banyak kantong belanjaan besar dan kecil. Setelah itu, Olivia mengantar ibu mertuanya pulang dengan mobilnya.Olivia tidak menyadari ada sebuah mobil mewah berhenti tidak jauh darinya. Orang di dalam mobil menurunkan jendela mobil untuk melihat mobil Olivia yang sudah melaju pergi. Orang itu bertanya kepada menantunya yang duduk di sampingnya, “Tiara, salah satu dari dua perempuan tadi itu Oliv, kan?”Tiara mengangguk tegas, “Iya, itu Oliv.”“Perempuan yang bersama Oliv itu Dewi menantu keluarga Adhitama, kan? Ibunya Stefan.”Penglihatan Yuna masih sangat baik. Keluarga Adhitama dan keluarga Sanjaya tidak rukun. Dia dan Dewi juga akan saling berhadapan setiap kali bertemu. Jadi dia sangat familiar dengan Dewi.Tadi Dewi melihat keponakannya dan Dewi masuk ke mobil yang sama dari kejauhan. Oleh karena itu, dia segera meminta Tiara untuk berhenti dan melihat dengan jelas. Ternyata itu benar-benar Dewi. Mengapa Olivia bisa bersama Dewi?“Ma, orang itu
Dewi sangat jarang keluar untuk berbelanja. Kalau dia butuh sesuatu, dia tinggal telepon dan pihak toko akan mengantar barang sampai ke rumahnya. Hari ini dia baru pertama kali keluar dengan Olivia, tapi langsung dilihat oleh Yuna.Stefan bisa menipu Olivia, tapi tidak dengan Yuna. Olivia benar-benar tidak mengetahui hal ini. Setelah mendengar ucapan tantenya, dia pun berkata sambil tersenyum, “Tante, boleh tunggu sebentar, nggak? Sekarang aku lagi sama mama mertuaku. Aku mau antar mama mertuaku pulang ke rumah dulu.”“Ajak saja mama mertuamu. Lagi pula kami belum pernah bertemu, kan. Kebetulan bisa ajak mama mertuamu juga. Ayo sekalian, nanti kita makan bareng juga.”“Sebentar, Tante. Aku coba tanya dulu.”Olivia juga merasa sudah waktunya tantenya bertemu dengan ibu mertuanya. Karena sekarang tantenya menjadi pengganti kedua orang tuanya yang telah tiada.Dewi memperhatikan percakapan antara Yuna dan Olivia. Tanpa menunggu Olivia bertanya padanya, dia sudah berkata lebih dulu, “Oliv,
Yuna sama sekali tidak bicara di sepanjang perjalanan. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Tiara merasa sedikit khawatir ibu mertuanya akan melakukan sesuatu pada Olivia demi Amelia.Bagaimanapun, Olivia hanya keponakan Yuna. Hubungan mereka tidak begitu mendalam. Sudah jelas Yuna akan lebih memihak pada Amelia, putri kandungnya sendiri.Sesampainya di Sanjaya Group, Yuna langsung masuk ke gedung perkantoran. Tiara sengaja berjalan lebih lambat, lalu menelepon Aksa.“Aksa, Mama datang ke kantor. Sebentar lagi sampai di kantormu.”Aksa terdiam sejenak, lalu berkata, “Oke, aku tahu. Kamu nggak perlu khawatir. Mama marah pasti marah, tapi dia nggak akan melakukan apa pun.”Yuna mungkin akan merasa kalau Stefan tidak punya mata. Di nilai dari segala hal, Amelia sangat pantas untuk Stefan. Namun, Stefan tidak mencintainya, malah jatuh cinta dengan Olivia. Terlebih lagi Olivia sekarang adalah adik sepupu mereka. Kalau tidak ada hubungan ini ....Aksa juga tidak tahu apa yang akan mereka laku
“Belum. Kacang panjangnya harus dijemur dulu baru diasinkan.”Olivia tidak berani terlalu dekat. Terlalu pedas baginya. Dia memperhatikan sekeliling ruangan, tapi tidak menemukan Bi Lesti dan Russel. Dia pun bertanya, “Bi Lesti bawa Russel keluar, Kak?”“Iya. Russel nggak suka aroma pedas. Aku suruh Bi Lesti bawa dia jalan-jalan di luar. Nanti baru pulang untuk makan. Oliv, kamu datang di saat seperti ini, memangnya kamu nggak usah masak untuk Stefan? Kamu bilang kamu pergi cari gaun. Sudah beli gaunnya?”Olivia masuk ke dapur kecil di rumah kakaknya. Setelah melihat bahan-bahan, dia bertanya pada kakaknya dulu. Setelah itu, dia membantu mencuci sayuran dan memasak sambil berkata, “Sudah beli beberapa stel. Mama mertuaku bantu aku pilih. Seleranya bagus banget. Semua gaun yang dia pilih bagus-bagus.”Hanya saja harganya terlalu mahal. Olivia diam-diam bertanya pada karyawan toko harga beberapa gaun yang dibelikan ibu mertuanya itu. Kalau pakai uang tabungan Olivia, paling banyak hanya
Pada saat Roni dan Odelina belum bercerai, Rita selalu merasa Roni punya selera bagus setiap kali dia melihat Yenny. Dia sama sekali tidak merasa Roni salah telah mengkhianati istrinya. Sebaliknya, dia justru merasa Roni hebat. Padahal sudah beristri dan punya anak, tapi masih ada perempuan muda dan cantik seperti Yenny yang menyukainya.Setelah Rita tinggal seatap dengan Yenny, dia baru menyadari Odelina lebih pandai mengurus rumah. Kalau Yenny hanya bisa dijadikan sebagai hiasan, untuk diajak bersenang-senang. Kalau soal mengurus rumah, Rita benar-benar tidak menyukainya.Namun, Yenny sangat kasar, juga bisa bertingkah manja. Rita dan Shella bekerja sama untuk menghadapi Yenny. Akan tetapi, mereka tidak bisa menang dari Yenny. Perempuan licik itu akan bertingkah manja di depan Roni seolah-olah teraniaya sehingga membuat Roni kasihan padanya. Rita marah dan sakit hati setiap kali memikirkan hal itu.“Putrimu mana? Bukannya kalian berdua paling suka berkumpul dan mengobrol berdua? Curh
“Hal ini benar-benar sudah buat mataku terbuka. Mereka bukan mau menikahkan anak perempuan mereka, tapi jual anak perempuan mereka. Mereka minta keluarga kami kasih begitu banyak mas kawin, seenggaknya mereka harus berikan harta sesan sebanyak ratusan juta. Mereka malah bilang mereka hanya akan kasih selimut baru dan sepeda listrik. Sepeda listrik, loh!”“Benar-benar nggak sebanding dengan kakakmu. Kakakmu dulu bahkan habiskan ratusan juta untuk renovasi rumah. Kamu sendiri juga baru mulai kerja cari uang. Waktu kakakmu dan Roni menikah, kamu juga keluarkan semua uang yang kamu punya untuk beli furniture untuk kakakmu. Yenny nggak mau mengeluarkan sepeser pun. Dia hanya tahu pakai uang Roni.”Bukannya merasa iba, Olivia justru tertawa di dalam hatinya. Kakaknya memang lebih baik dari Yenny. Namun, bukankah Roni masih saja selingkuh? Sudah seharusnya ada orang seperti Yenny untuk memberi pelajaran kepada keluarga Pamungkas.Para b*jingan bertemu dengan orang yang lebih egois seperti kel