“Bukannya kamu bilang kamu hanya bayar DP?” tanya Olivia pelan.“Mobil yang kamu pilih nggak mahal, jadi kalau bisa bayar penuh ya bayar penuh saja.”Olivia mendengus dan berkata dengan suara rendah, “Aku akan mentransfer setengah dari uangnya padamu nanti.”Stefan meliriknya, “Nggak perlu.”Olivia mengejapkan matanya.Nggak perlu. Itu berarti pria ini memberinya mobil?Meski mobil yang dipilihnya tidak mahal, tapi harganya lebih dari 200 juta. Meskipun mereka suami istri, mereka belum lama menikah dan tidak saling mengenal dengan baik. Yang paling penting adalah, mereka telah menandatangani perjanjian, bahwa mereka akan bercerai dalam waktu setengah tahun.Stefan tiba-tiba memberinya sebuah mobil senilai lebih dari 200 juta. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Hal ini membuat jantung Olivia berdebar kencang. Dia menarik pria itu keluar dari dealer mobil dan bertanya, “Pak Stefan, apa kamu bisa memberi tahu aku alasan mengapa kamu tiba-tiba memberiku sebuah mobil? Kalau kamu nggak menj
Setelah memasukkan barang-barang ke dalam mobil, Stefan melihat istrinya diam saja sambil menatap layar ponsel. Dia pun bertanya dengan santai, “Kok nggak diangkat?”“Mungkin saudara-saudaraku itu.”“Angkat saja, lalu kamu akan tahu siapa yang menelepon. Nggak perlu takut sama mereka, ada aku!”Stefan ada di sini. Bahkan jika langit runtuh sekalipun, dia bisa melindungi Olivia.Kata-kata “Ada aku” itu langsung menghangatkan hati Olivia. Meskipun pria ini juga banyak kekurangan, tapi dia sendiri juga sama, tidak sempurna. Mereka menikah terlalu cepat tanpa saling mengenal satu sama lain. Pria ini sudah sangat baik bisa bersikap seperti ini.Dia menambahkan beberapa poin untuk Stefan di dalam hatinya, kemudian menjawab panggilan dari nomor asing itu.“Olivia, ini Kakek.”Suara yang agak asing itu masih terdengar tegas. Meskipun Olivia sudah lama tidak menghubungi orang-orang di kampung halamannya, dia bisa langsung mengenali itu adalah suara kakeknya.Olivia hanya bergumam untuk menjawab
“Odelina, Roni harus kerja setiap hari, kerjaannya sibuk dan melelahkan sekali. Roni sibuk mencari uang untuk menghidupi kamu dan Russel. Kamu sebagai istrinya sudah seharusnya menjaga dia dengan baik. Mana mungkin kamu membiarkan Roni mengerjakan pekerjaan rumah?”“Roni bilang dia bagi dua denganmu hanya agar kamu terlalu boros. Di antara suami istri kalau perhitungan seperti ini, mau gimana menjalani kehidupan? Cepat bersihkan meja makan, jangan buat Roni marah. Dia sudah capek sekali kerja di luar, jadi kamu harus mengerti keadaan dia.”Kakaknya menyetujui ucapan sang ibu dengan berkata, “Iya, kamu nggak kerja dan hanya jaga Russel saja di rumah. Semua kebutuhan pakai uang Roni, kamu masih nggak malu biarkan dia kerja di rumah?”Odelina keluar dari dapur dan menggendong anaknya. Dengan ekspresi datar dia berkata, “Aku nggak ada pekerjaan, nggak ada pendapatan, jadi ibu rumah tangga sepenuhnya dan jaga anak. Yang aku andalkan adalah Roni, tapi dia malah memintaku membagi semua biaya
Roni luar biasa marah hingga rasanya ingin bertindak kasar. Mendadak Odelina berbalik dan mendapati kepalan tangan lelaki itu yang sudah terangkat ke atas. Sorot mata perempuan itu berubah dingin dan berkata,“Kalau kamu berani memukulku, sebaiknya pukul aku sampai mati! Kalau nggak, jangan harap kamu bisa tidur lagi selamanya!”Dulu dirinya bisa berusaha bersabar meski Roni sering memaki dan memukulnya. Demi keluarganya dan juga anaknya, ditambah perasaan cintanya pada sang suami. Akan tetapi ketika Roni memintanya untuk membagi biaya menjadi dua, hati Odelina mendadak menjadi mati rasa.Dulu dirinya dan Roni bekerja di perusahaan yang sama dan sangat tahu gaji lelaki itu sebagai seorang manajer. Gajinya dua puluhan juta dalam satu bulan. Akan tetapi lelaki itu hanya memberikan enam juta setiap bulan padanya untuk uang belanja dan tidak mau memberikan lebih.Roni yang memiliki uang sebanyak itu masih mau memintanya untuk membagi dua? Bagaimana mungkin hatinya tidak sakit? Karena hatin
Di tangannya juga menggenggam setumpuk kertas. Orang yang tidak tahu akan berpikiran lelaki itu tengah membawa dokumen.“Nih, dokumen yang kamu minta.”Reiki meletakkan kertas-kertas tadi di atas meja kerja Stefan dan setelah itu dia mendudukkan dirinya. Reiki meletakkan sarapan di atas meja dan bertanya, “Mau makan sedikit, nggak? Ini makanan dari Mambera Hotel, sudah pasti enak!”Mambera Hotel merupakan salah satu usaha milik Adhitama Group. Biasanya Stefan makan dari hotel tersebut. Setelah memiliki istri, lelaki itu sudah jarang sekali makan di sana. Ternyata dia cukup merindukan masa-masa itu.“Nggak perlu.”Stefan mengambil dokumen tersebut dan membukanya sekilas sambil bertanya, “Semuanya ada di sini?”“Iya, sudah semuanya dan sudah rapi.”“Sedikit ini saja?”“Selain waktu masa mudanya cukup berjaya di luar sana, masa tuanya dihabiskan untuk bercocok tanam di desa. Memangnya ada apa lagi?”Stefan tidak bersuara. Dari ucapan Reiki tadi, keluarga Olivia sepertinya hanya berjaya di
“Kalau Pak Stefan benar-benar bermasalah, maka perasaan Amelia terhadapnya akan sia-sia."Junia berkata dengan nada menyayangkan, “Jarang-jarang ada orang berani menyatakan cintanya pada Pak Stefan secara terbuka. Tapi malah nggak ada hasil, buat orang kecewa saja. Ngomong-ngomong, apa benar ada masalah dengan Pak Stefan?”“Kamu tanya aku, aku tanya ke siapa?” tukas Olivia merasa konyol.Mereka hanya curiga. Tentu saja, kalau Stefan menerima Amelia dan keduanya menikah, maka itu membuktikan kalau Stefan adalah pria normal. Namun, apa hubungannya dengan Olivia?Olivia bahkan tidak tertarik dengan berita gosip tentang Stefan. Hanya saja Junia yang suka melihat berita gosip, lalu menceritakannya di depan Olivia. Karena itu, Olivia hanya tahu beberapa berita besar di kota ini.Olivia tidak ingin membahas gosip yang tidak ada hubungannya dengan dirinya, karena itu dia mengeluarkan peralatannya dan hendak membuat barang kerajinan tangannya.Junia bergumam sendiri. Dia masih melihat pencarian
Odelina merasa marah sekaligus kecewa ketika mendengar omelan suaminya, dia pun berkata dengan ketus, “Jangan khawatir. Ini masalahku, aku nggak akan melibatkan kamu. Dulu aku sudah bersikap seperti itu pada mereka, aku pun nggak pernah berniat menghubungi mereka lagi. Mereka yang dengan nggak tahu malunya datang lalu minta aku dan adikku bertanggung jawab atas biaya pengobatan nenek.”Setelah dimarahi istrinya, Roni juga menyadari kalau kata-kata yang dia ucapkan tadi sangat tidak berperasaan. Karena itu, dia menenangkan diri dan berkata, “Odelina, kamu juga posting sesuatu untuk klarifikasi. Aku bantu keluarkan uang untuk cari orang menulis komentar, agar postingan kamu jadi viral juga. Balas mereka, jangan biarkan mereka putar balikkan fakta seperti ini.”Roni sudah muak dengan Odelina sekarang. Tidak bisa dipungkiri, keluarga Hermanus benar-benar suka membalikkan fakta.Saat Roni dan Odelina menikah, belasan orang-orang memalukan itu datang dengan dua mobil. Mereka menuntut Roni me
“Kita sudah buka toko di sini bertahun-tahun. Kita semua tahu karakter Olivia. Postingan di internet itu pasti asal tulis, mereka sengaja putar balikkan fakta.”Olivia tidak menjelaskan terlalu banyak. Justru Junia yang tidak ingin orang lain salah paham dengan sahabatnya. Oleh karena itu, dia berusaha keras menjelaskan situasi Olivia.Junia menceritakan bagaimana keluarga Hermanus memperlakukan Olivia dan kakaknya saat itu. Kini, setelah sang nenek jatuh sakit, keluarga Hermanus meminta Olivia untuk membayar semua biaya pengobatan. Lebih parahnya lagi, mereka juga meminta Olivia untuk mengganti uang sepupu-sepupunya untuk ongkos bus pulang pergi, biaya bensin dan lain sebagainya.Semua orang melihat sendiri seperti apa karakter Olivia. Bahkan pemilik toko buku lain yang merupakan saingan bisnisnya juga tidak menganggap Olivia sebagai orang yang tidak berbakti. Setelah memahami keseluruhan cerita, mereka marah bukan main. Setiap orang bilang akan menjelaskan hal ini kepada netizen.Mer
Wajah Patricia seakan berubah 10 tahun lebih tua dari usianya setelah peristiwa Fani dan Cakra Vikar. Sebelumnya, Patricia adalah perempuan tua yang sangat terawat, sampai dia terlihat seperti perempuan berusia 50 tahunan di usianya yang sudah 70 tahun. Namun sekarang, wajahnya berubah seakan dia sudah berusia 80 tahun. Felicia tidak lagi membalas perkataan Patricia. Dia tidak bisa mengatakan apa pun mengenai pernikahan orang tuanya. “Papamu selalu bilang kalau ada orang lain di hatiku, tapi selama ini aku nggak pernah berselingkuh darinya. Lagi pula, semua itu hanyalah masa lalu. Memangnya siapa di dunia ini yang nggak punya masa lalu? Papamu juga belum putus dari kekasihnya sebelum dia masuk ke dalam keluarga Gatara. Bukankah perempuan itu adalah masa lalunya?”“Aku juga nggak pernah lagi membahas tentang masa lalunya setelah kami menikah. Tapi, dia dengan seenaknya justru mengatakan kalau ada laki-laki lain di hatiku.”Mata Felicia langsung berbinar lalu berkata, “Orang yang ada d
Felicia ingin melihat kembali foto-foto itu, tapi Patricia segera mencegahnya dengan berkata, “Jangan lihat foto-foto itu. Kamu belum menikah, jadi jangan kotori matamu.”“Aku hampir 30 tahun, jadi aku bisa melindungi diriku sendiri. Tapi, tunggu sampai aku menghabiskan permen kapas ini agar aku nggak muntah nanti.”“Ma, aku sempat melihat foto-foto itu sekilas dan gambarnya sangat jelas. Apa mungkin Fani sengaja membuka tirai kamarnya agar orang lain bisa mengambil foto mereka? Apa mungkin Fani sudah tahu kalau Mama sedang menyelidikinya, makanya dia sengaja membuat orang lain bisa memotretnya dengan jelas?”“Dia pasti akan menutupi aibnya dengan rapat kalau memang benar-benar berniat selingkuh. Menurutku, Fani sengaja melakukannya karena ingin membalas dendam. Mama pasti nggak akan tahu tentang perselingkuhan mereka kalau saja dia menutupnya rapat-rapat.”Kemudian Patricia berkata dengan dingin, “Aku nggak peduli, dia sengaja atau nggak. Pokoknya, Mama nggak akan melepaskannya begitu
“Adikku tidak tahan dengan cobaan itu. Akhirnya, dia melarikan diri dan mengalami kecelakaan. Setelah itu, semua urusan keluarga Gatara jatuh ke pundak ibu seorang.”Felicia jarang mendengar ibunya menyebutkan tentang kedua saudaranya. Sebenarnya, dia ingin menanyakan, apakah benar ibunya adalah dalang di balik kematian kedua saudarinya? Namun, Felicia kembali menelan pertanyaan itu dan tidak berani menanyakannya. Lagi pula, Felicia yakin kalau ibunya tidak akan menjawab pertanyaannya. Bahkan mungkin ibunya akan menuduh Felicia tidak mempercayainya sebagai putri kandungnya. “Ma, apa Mama punya foto mereka?”Felicia kembali menggigit permen manisan buahnya seraya bertanya dengan pura-pura penasaran, “Mama bilang kalau Odelina dan tanteku agak mirip, tapi aku nggak pernah melihat wajah Tante. Aku penasaran, seberapa mirip Odelina dan tanteku itu?”Patricia sempat terdiam cukup lama lalu berkata, “Dulu, Mama punya foto-foto mereka. Tapi foto-foto itu rusak dan sudah tidak jelas lagi, ma
Kemungkinan Felicia sengaja tidak menutup tirai apartemennya agar orang-orang bisa menyaksikan aksinya. Itu adalah bentuk balas dendam yang dilakukannya secara terang-terangan. “Pengurus rumah bilang kalau Mama nggak mau makan. Apa yang terjadi, Ma?”“Aku bisa menemani Mama makan malam karena aku juga belum makan.”Felicia sempat duduk di kursi yang berada di depan ibunya, tapi dia kembali berdiri untuk memberikan permen manisan buah untuk Patricia seraya berkata, “Ma, aku beli permen manisan buah tadi. Ini untuk Mama.”“Aku juga beli permen kapas, tapi aku sudah memakannya. Jadi, aku nggak bisa kasih Mama.”Patricia menatap permen manisan buah yang dipegang putrinya lalu melihat permen kapas berwarna pink yang biasanya disukai oleh anak kecil. Putrinya hampir berusia 30 tahun, tapi dia masih saja membeli permen seperti itu. Patricia tidak peduli jika orang dewasa lain memakan permen kapas seperti itu. Namun, putrinya adalah calon pewaris keluarga Gatara, jadi ….“Kenapa kamu membeli
“Kenapa Bu Felicia memakan makanan seperti ini?”“Memangnya kenapa kalau aku memakannya?” “Anak kecil yang biasa memakannya.”“Aku sedang menjadi anak kecil sekarang,” jawab Patricia yang langsung membuat si pengurus rumah terdiam. “Apa ada masalah?”Kemudian pengurus rumah berkata, “Bu Felicia, Bu Patricia makan sedikit sekali tadi siang. Malam ini dia juga tidak ingin makan apa pun. Apa Bu Felicia bisa ke atas dan berusaha membujuknya agar mau makan?”“Mamaku sedang tidak berselera makan, ya?”“Ya, beliau mengatakan seperti itu.”“Apa tadi ada yang datang?” tanya Patricia lagi. “Asisten kepala keluarga tadi datang. Bu Patricia mengatakan dia tidak ingin makan setelah asistennya pergi.”“Mungkin ada masalah yang mempengaruhi mood mamaku sampai dia tidak mau makan. Oke, aku akan ke atas dan menemuinya. Mamaku ada di ruang kerja, ya?”“Bu Patricia ada di ruang kerja. Tadi, beliau juga meminta Bu Dania untuk menemuinya di sana kalau Bu Dania sudah pulang. Apa Bu Felicia mau membawa ma
Hanya ada dua cucu Patricia dari putra ketiganya yang tidak tinggal di asrama karena mereka masih bersekolah di taman kanak-kanak. Namun, mereka biasanya tinggal di rumah keluarga menantunya karena rumah keluarga menantunya lebih dekat dengan sekolah mereka. Patricia juga membayarkan uang setiap bulannya untuk biaya kedua cucunya yang tinggal di sana. “Suruh dia menemuiku setelah dia kembali.”“Baik! Bu Patricia, waktu makan malam sudah tiba,” balas pengurus rumah sekaligus mengingatkan Patricia. Patricia sempat terdiam beberapa saat lalu berkata, “Aku tidak ada selera makan.”Dia tidak ingin makan sendirian karena suami dan anak-anaknya tidak ada di rumah. Selain itu, suasana hatinya juga sedang kurang baik.“Ibu makan sedikit sekali saat makan siang. Jadi, bagaimana mungkin Ibu tidak merasa lapar sekarang?”“Aku tidak ingin makan,” pungkas Patricia lalu menutup teleponnya. Tidak lama kemudian, Felicia tiba di rumah dengan diantar oleh Vandi. Felicia memegang permen bola kapas besa
Foto-foto itu berisikan gambar Ivan dan Fani yang sedang asyik bermesraan. Bahkan Julio yang merupakan putra keduanya juga sering muncul di Famous Garden. Kedua putranya datang dengan membawa berbagai macam hadiah yang pasti akan mereka berikan kepada Fani. Hati Patricia terasa sangat sakit sekaligus marah. Dia benar-benar sudah membenci Fani. Sebenarnya, dia sudah menduga hal seperti akan terjadi di antara Fani dan Ivan. Fani bukanlah perempuan yang bisa menahan diri dengan baik. Oleh karena itu, Patricia segera mengusirnya keluar dari rumah keluarga Gatara. Patricia juga akan mengambil kembali semua yang diberikannya kepada Fani. Dia juga tidak peduli kalau Fani marah padanya. Lagi pula, gadis itu juga bukan putri kandungnya. Sebenarnya, Patricia berencana memberikan Fani uang untuk menjamin hidup gadis itu kalau saja Fani memutuskan untuk meninggalkan Cianter setelah berbagai hal yang terjadi. Namun, Fani tidak melakukannya. Dia justru memilih untuk membalas dendam kepada Patrici
Wajah Patricia seketika melembut lalu berkata sambil tertawa ringan, “Anak itu mungkin tidak pernah pergi ke taman hiburan sejak dia kecil, makanya dia pergi ke sana sekarang.”Patricia tiba-tiba kembali membenci Fani setelah teringat bagaimana keluarga itu memperlakukan putri kandungnya dengan sangat buruk. Anehnya, Fani masih saja terus menyalahkan Felicia dan Patricia tanpa berpikir bagaimana kedua orang tua kandungnya sudah memperlakukan Felicia dengan sangat buruk. Padahal Feni sudah menjalani kehidupan mewah dengan segala kebutuhan yang dipenuhi sejak dia kecil. Dia sudah sangat sering bermain di taman bermain, bahkan taman bermain di luar negeri sekalipun. Di sisi lain, Felicia baru memiliki kesempatan pergi ke taman bermain ketika dia sudah dewasa. “Kehidupan gadis itu sebelumnya sangatlah sulit,” ujar si asisten seakan dia merasa kasihan dengan kehidupan Felicia dahulu. Asisten itu juga tidak menyukai Fani. Namun, dia harus menahan semua perasaan kesalnya karena dia pikir F
Odelina menemukan alasan untuk mengakhiri panggilan telepon. Dia berbalik sambil menggenggam ponsel di tangannya setelah selesai menelepon Yuna. Dia menatap Daniel yang sedang asyik bermain dengan Russel. Kemudian dia duduk di antara Daniel dan Russel lalu bertanya kepada putranya sambil tersenyum, “Russel, bagaimana kalau kita merayakan tahun baru bersama Om Daniel?”Namun, Russel justru balik bertanya, “Kita mau merayakan sama siapa lagi kalau bukan sama Om Daniel?”Odelina langsung terdiam. Russel sudah terbiasa melewati hari-harinya dengan menganggap Daniel sebagai anggota keluarganya. Odelina langsung membelai kepala Russel dengan lembut lalu bertanya kepada Daniel, “Kita bisa meresmikan pernikahan kita dan mendapatkan surat nikah di Catatan Sipil sebelum tahun baru. Kita baru akan melaksanakan resepsi pernikahan setelah kakimu pulih. Bagaimana menurutmu?”Namun, Daniel menolak rencana Odelina dengan berkata, “Odelina, aku nggak mau menikah secara diam-diam begitu. Aku ingin me