“Kita sudah buka toko di sini bertahun-tahun. Kita semua tahu karakter Olivia. Postingan di internet itu pasti asal tulis, mereka sengaja putar balikkan fakta.”Olivia tidak menjelaskan terlalu banyak. Justru Junia yang tidak ingin orang lain salah paham dengan sahabatnya. Oleh karena itu, dia berusaha keras menjelaskan situasi Olivia.Junia menceritakan bagaimana keluarga Hermanus memperlakukan Olivia dan kakaknya saat itu. Kini, setelah sang nenek jatuh sakit, keluarga Hermanus meminta Olivia untuk membayar semua biaya pengobatan. Lebih parahnya lagi, mereka juga meminta Olivia untuk mengganti uang sepupu-sepupunya untuk ongkos bus pulang pergi, biaya bensin dan lain sebagainya.Semua orang melihat sendiri seperti apa karakter Olivia. Bahkan pemilik toko buku lain yang merupakan saingan bisnisnya juga tidak menganggap Olivia sebagai orang yang tidak berbakti. Setelah memahami keseluruhan cerita, mereka marah bukan main. Setiap orang bilang akan menjelaskan hal ini kepada netizen.Mer
Olivia terdiam sejenak, lalu dia setuju Stefan menemaninya. Dia keluar dari meja kasir dan berkata pada sahabatnya, “Junia, aku pergi sebentar. Titip toko, ya. Kalau kakakku datang, kamu bantu aku tenangkan dia. Aku akan urus masalah ini, suruh dia jangan khawatir.”“Oke.”Junia berpesan pada Olivia, lalu dia melihat Olivia pergi bersama Stefan. Setelah berada di dalam mobil Stefan, Olivia baru bertanya, “Pak Stefan, kamu ada kenalan yang kerja di perusahaan media, nggak?”“Ada, kamu butuh bantuan mereka?”“Aku pulang ke kampung untuk mengambil foto paman-pamanku. Akan lebih membantu lagi kalau ada pihak ketiga yang mau jadi saksi. Hanya saja, aku nggak tahu apa pekerjaan paman dan sepupu-sepupuku itu,” kata Olivia.”Kakek dan neneknya sekarang tinggal di rumah yang dibangun oleh orang tuanya. Olivia juga ingin mengambil foto tempat tinggal kakek dan neneknya.Olivia harus membalas perbuatan mereka sedikit demi sedikit. Yang paling penting, dia harus punya bukti.Adapun bagaimana netiz
Olivia terkejut mendengar ucapan Stefan. Namun, dia tetap tersenyum dan berkata, “Banyak suami istri berpisah ketika terjadi bencana. Kita pasangan yang nikah dadakan, nggak ada perasaan di antara kita. Apalagi, kita baru menikah selama setengah bulan. Tapi kamu bersedia menghadapi masalah ini bersamaku. Aku sangat berterima kasih padamu.”Kalau tidak ditangani dengan baik, masalah ini mungkin saja akan mempengaruhi orang-orang di sekitar Olivia.“Kakakku dan kakak iparku teman sekampus dulu, bahkan mereka pacaran selama bertahun-tahun baru menikah dan punya anak. Begitu tahu kami masuk pencarian trending, apalagi berita negatif begini, sikap kakak iparku nggak terlalu baik.”Stefan terdiam sejenak, lalu berkata, “Olivia, kamu nggak bisa membandingkan kakak iparmu dengan semua pria. Itu sangat tidak adil bagi pria lain. Rambut sama hitam tapi hati siapa yang tahu. Semua orang memiliki pemikiran yang berbeda.”Stefan merasa perasaan Roni terhadap Odelina sudah berubah. Hanya saja, dia h
“Tentu saja, kalau kamu perlu pergi kencan buta atau nikah dadakan, aku bisa beri kamu cuti satu hari lagi.”Reiki langsung menutup telepon bos sekaligus temannya itu. Stefan ingin menyesatkan dirinya? Jangan mimpi!Pernikahan dadakan Stefan terjadi juga karena dipaksa oleh neneknya. Sang nenek menyukai Olivia, sangat menyukai perempuan itu sehingga dia bahkan rela mengorbankan pernikahan cucu kesayangannya.Setelah menginstruksikan Reiki, Stefan keluar dari mobil lagi dan pergi membeli makanan. Begitu Olivia kembali ke mobil, Stefan langsung memberikan makanan yang dibelinya tadi kepada Olivia. Kemudian, dia berkata, “Butuh waktu cukup lama untuk pulang pergi. Kamu makan sesuatu dulu.. Jangan sampai kelaparan hanya karena masalah kecil.”“Kamu sudah makan?” tanya Olivia.Stefan bergumam pelan. Dia hanya makan sedikit, agar tidak terlalu lapar nanti. Kalau ingin makan sampai kenyang, makanan ringan seperti itu tidak menggugah seleranya.Karena Stefan sudah makan, Olivia pun tidak sungk
Olivia cepat-cepat menyeka air mata di sudut matanya. Kemudian, dia baru menatap ibu itu dan segera mengenalinya, “Tante Ayu?”Ayu adalah seorang tante yang berteman baik dengan ibu Olivia semasa hidupnya.“Iya, ini Tante Ayu. Kamu baru pulang?”Ayu sangat ramah terhadap Olivia, “Mau main ke rumah Tante sebentar, nggak?”Usai berkata, Ayu melihat ke rumah keluarga Olivia lagi dan berkata, “Dengar-dengar nenekmu sakit. Katanya mau pergi ke rumah sakit di kota untuk berobat. Kakekmu dan yang lainnya antar nenekmu ke kota ramai-ramai pakai mobil. Orang yang nggak tahu bakal mengira kalau mereka lagi temani nenekmu pergi ke undangan.”“Biasanya nggak pernah lihat mereka begitu proaktif. Begitu nenekmu sakit, semua jadi proaktif. Cuma kasih kita-kita lihat saja itu, mah.”Ayu tidak menggunakan internet, karena itu dia tidak tahu apa-apa soal postingan itu. Terlebih lagi, postingan itu baru dalam pencarian trending selama beberapa jam. Belum membuat keributan sampai semua orang mengetahuinya
“Dulu, mereka sendiri yang bilang. Selama kalian bagikan setengah dari uang santunan orang tuamu, mereka nggak butuh kalian berdua rawat mereka, juga nggak butuh kalian berdua untuk menguburkan mereka ketika mereka meninggal. Lagi pula, nenekmu punya banyak anak. Dia sama sekali nggak butuh kalian berdua bayar biaya pengobatannya.”“Kamu hanya harus ingat saat orang tuamu baru saja meninggal, mereka sudah bagi-bagi uang santunan kematian orang tuamu. Mereka nggak membesarkan kalian berdua, malah rebut rumah dan tanah kalian. Mereka bahkan nggak membiarkan kalian mengunjungi makam orang tua kalian. Sekalipun kamu nggak keluarkan uang untuk pengobatannya, kalian juga nggak perlu merasa bersalah.”Karena Ayu berteman baik dengan ibu Olivia, maka dia tahu semua yang terjadi saat itu. Dia masih mengingat jelas. Saat itu, setelah paman-paman Olivia mendapat bagian dari uang santunan, mereka pun menganggap orang tua Olivia meninggal tak wajar. Keduanya meninggal di usia kurang dari 40 tahun.
“Apakah mereka akan memberi penjelasan?” tanya Adi.Adi tidak mengerti dunia internet. Namun, dia tahu postingan cucu sulungnya di internet semuanya dibuat-buat, bukan yang sebenarnya. Dia khawatir kalau Olivia dan kakaknya memberikan penjelasan di internet. Pada akhirnya, mereka tidak mendapatkan uang, bahkan akan kehilangan muka.“Siapa juga yang bakal percaya sama mereka? Kami sudah bayar banyak orang untuk kasih komentar dan terus ungkap berita ini. Begitu mereka berdua muncul, mereka akan dihujat habis-habisan oleh netizen yang marah.”“Yoga, kamu coba telepon Olivia lagi pakai ponsel nenek. Kalau dia nggak mau dihujat, suruh mereka antarkan uang ke sini. Odelina sudah menikah, dia mungkin nggak punya banyak uang. Jadi target kita Olivia, buat dia keluarkan uang,” kata Puspa.“Suruh dia bawa 1,2 miliar ke sini. Setelah itu, kamu akan hapus postingan yang kamu tulis. Kalau nggak, reputasinya akan hancur, dia nggak akan bisa menikah,” ujar Adi menimpali.“Kakek, kita nggak usah meng
Stefan pelan-pelan mengoper ponselnya kepada Olivia.Banyak sekali warganet yang mengirimkan pesan maupun telepon kepada Olivia, membuat ponsel Olivia langsung mati. Bahkan orang-orang terdekat yang mengkhawatirkan Olivia juga tidak dapat menghubunginya.“Siapa?”“Nenek.”Olivia buru-buru mengambil ponsel tersebut.“Nenek.”“Olivia, Nenek nggak sengaja melihat di internet, baru tahu kamu sekarang sedang dalam masalah. Bagaimana? Apa yang bisa Nenek bantu? Cepat bilang ke Stefan, Anak itu sudah lama berada di tempat kerjanya, dia mengenal banyak bos besar. Membereskan masalah ini bagi dia sangatlah kecil, semudah membalikkan telapak tangan saja.”“Kamu jangan merasa nggak enak hati. Kalian berdua adalah suami istri, kalau masalah sekecil ini dia nggak mau bantu, bilang sama Nenek, yah. Begitu dia pulang, Nenek akan langsung menghajarnya!”Nenek Sarah memang baru mengetahui hal ini.Kekuataan berita Olivia ini masih belum cukup besar, karena tergantikan dengan berita mengenai Stefan dan
"Nggak ada, sangat baik." Keluarga suaminya menunjukkan tingkat perhatian yang berlebihan terhadapnya, tetapi itu juga menandakan betapa mereka peduli padanya dan tentu saja pada bayi kecil yang ada di dalam perutnya. "Bagus kalau begitu. Mama sekarang paling takut mendengar kabar bahwa kamu mengalami sesuatu." Dewi akhirnya merasa lega, lalu berkata, "Ada seorang teman Mama, menantunya juga lagi hamil lima bulan. Tapi dua hari yang lalu, bayinya nggak berkembang lagi. Dia menangis sampai seperti kehilangan akal. Bayinya laki-laki dan sudah terbentuk, tapi entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba janinnya nggak berkembang." "Ah, Cih! Olivia sehat, dan bayi kita juga sangat sehat." Kekhawatiran Dewi terhadap Olivia memang dipicu oleh kejadian yang menimpa menantu temannya itu. "Hamil lima bulan masih bisa mengalami janin nggak berkembang?" Dewi menggandeng tangan menantunya dengan hangat. Keduanya masuk ke dalam rumah dengan akrab layaknya ibu dan anak kandung. Sedangkan Stefan? Di
Olivia berkata, "Aku hanya mau bilang, kamu sekarang sudah setegang ini, nanti saat aku melahirkan, apakah kamu akan seperti Amelia, langsung mengemudi sendiri ke rumah sakit?" Stefan menjawab dengan serius, "Jangan bandingkan aku dengan Amelia. Aku nggak akan seperti itu. Memang aku pasti akan tegang, tapi nggak sampai lupa padamu. Aku akan menemanimu masuk ke ruang bersalin." "Kamu mau masuk ke ruang bersalin bersamaku?" "Iya, aku akan menemanimu. Nggak peduli kapan dan apa yang terjadi, aku harus ada di sisimu." Olivia tersenyum, senyumnya begitu manis. "Stefan, terima kasih. Terima kasih karena sangat mencintaiku dan memperlakukanku dengan begitu baik!"Stefan kembali mengoreksinya, "Panggil aku "Sayang". Aku suka mendengar kamu memanggilku begitu. Seharusnya aku yang berterima kasih sama kamu karena mau melahirkan anak untukku. Kamu adalah pahlawan besar di keluarga kita." "Kita nggak perlu saling berterima kasih terus." Olivia tertawa kecil sambil menyandarkan dirinya ke p
Terutama sejak Olivia hamil, Stefan berharap bisa menemani istrinya selama 24 jam sehari. Namun, Olivia tidak mengizinkannya untuk terus menempel padanya. “Aku masih harus kerja,” katanya sambil tersenyum. Melihat istrinya yang sedang hamil tetap bekerja, Stefan merasa tidak enak jika dirinya sendiri bermalas-malasan. “Harus kerja juga, cari uang buat beli susu bayi,” katanya sambil bercanda. Russel bilang, bayinya nanti laki-laki. Kalau benar anak laki-laki, Stefan mulai berpikir tentang masa depannya. “Harus cari uang buat beli rumah, mobil, dan biaya menikah. Itu semua butuh banyak uang.” Namun, kemudian dia tersenyum lega. Sebagai pewaris keluarga Adhitama, dia memiliki kekayaan melimpah. “Bisa dibilang, aku kekurangan segalanya kecuali uang. Uangku cukup untuk anakku hidup nyaman seumur hidup. Kelak ada cucu dan cicit, harus tetap menjaga keluarga Adhitama sebagai keluarga terkaya di Mambera, dari generasi ke generasi.” “Nicho mulai kerja tahun depan, ya?” Olivia merasa s
"Olivia, mari kita kembali ke rumah lama sebentar dan beri tahu Nenek. Dia pasti ingin bertemu dengan para tetua itu," kata Stefan. Mereka adalah orang-orang dari masa yang sama. Di zamannya, Nenek adalah sosok yang cukup terkenal di Mambera. Kemungkinan besar, para tetua itu juga mengenal neneknya. Namun, memikirkan bahwa Olivia sudah bangun pagi-pagi, Stefan mengubah keputusannya. Dia berkata, "Kamu pulang saja untuk istirahat. Aku sendiri yang akan pergi ke rumah lama. Kalau Nenek ingin datang, aku akan mengantarnya ke sini." Olivia menjawab, "Aku nggak lelah. Aku akan menemanimu pergi." "Sudah lama kita nggak pulang ke sana. Akhir pekan ini, kita bawa Russel untuk menginap dua hari. Sekalian beri tahu keluarga, setelah libur musim dingin minggu depan, aku mau bawa Russel ke Kota Aldimo untuk bermain beberapa hari." Stefan dengan perhatian bertanya, "Apa kamu nggak akan merasa terlalu capek? Kalau lelah, sebaiknya istirahat saja, jangan memaksakan diri." Olivia menepuk ringan
Yuna mengangguk."Sore nanti ajak Russel bersama ke sini." Setelah berpikir sejenak, Yuna menambahkan, "Dokter Panca bilang, waktu Kakek Setya nggak banyak lagi. Biarkan dia bertemu dengan anak-anak satu per satu." Semua orang saling memandang. Olivia dengan cemas bertanya, "Penyakit apa yang diderita Kakek Setya?" "Mungkin karena luka lama yang meninggalkan efek samping, ditambah usia lanjut. Orang tua pasti punya penyakit kecil di sana-sini," jawab Yuna sambil menghela napas, dia tidak melanjutkan lebih jauh. Dokter Panca sudah menyuruh mereka bersiap secara mental. "Sore nanti, aku akan menjemput Russel, lalu kita akan datang bersama." Olivia juga memahami bahwa usia Setya yang sudah sangat tua, ditambah keinginannya yang sudah terpenuhi, mungkin tidak akan bertahan lama lagi. "Apakah perlu memberi tahu Kak Odelina agar pulang?" "Untuk sementara nggak perlu. Kakek Setya belum menyerahkan bukti-buktinya ke aku, jadi dalam waktu dekat sepertinya nggak akan ada apa-apa. Saat dia
Wajah Yuna berubah drastis. “Dokter Panca, apakah nggak ada cara agar Om Setya bisa hidup beberapa tahun lagi?” Dokter Panca berkata, “Saya dan murid-murid saya sudah pakai semua obat terbaik yang kami tanam untuknya. Kami sudah melakukan yang terbaik. Dia bisa bertahan sampai sejauh ini, pertama karena kami membantu memulihkan tubuhnya, dan kedua karena obsesi yang ada di hatinya.” “Meski dendam besar mamamu belum terbalaskan, melihat kalian hidup dengan baik, memiliki kekuatan dan dukungan, Om Setya merasa lebih tenang. Dia percaya bahwa balas dendam untuk ibumu bisa diserahkan sama kalian, jadi dia bisa pergi menemui majikannya dengan hati lega.” “Begitu obsesi itu hilang, seperti yang saya katakan sebelumnya, semangatnya akan turun. Ketika itu terjadi, dia nggak akan bertahan lama lagi. Apalagi, usianya sudah hampir seratus tahun. Bahkan kalua hari itu tiba, kalian harus menerimanya dengan tenang.” Hidup hingga seratus tahun, meski sering diucapkan, berapa banyak orang yang be
Sama seperti para lelaki di keluarga menantunya. Tidak heran kedua keluarga itu bisa memiliki hubungan yang erat. Mereka adalah orang-orang yang sejenis. “Dokter Panca,” sapa Stefan dengan hormat. Lelaki tua itu mengangguk lagi. Kemudian, dia memperkenalkan beberapa teman lamanya kepada pasangan itu. Terakhir, dia menunjuk Setya dan berkata kepada Olivia, “Bu Olivia, kakakku ini adalah orang yang selama ini kalian cari. Tantemu memanggilnya Om Setya.” “Dokter Panca, panggil aku Olivia saja,” kata Olivia dengan sopan. Dia menoleh ke Setya dan menyapanya, “Kakek Setya.” Sebagai generasi muda, Olivia belum pernah bertemu dengan asisten tua itu, dan begitu pula sebaliknya. Karena itu, baik Olivia maupun Setya, tidak memiliki perasaan emosional yang sama seperti Yuna. Setya tersenyum dan mengangguk, lalu berkata, “Kamu pasti Olivia, 'kan?” Bu Yuna benar, Olivia tidak begitu mirip dengan Reni. Sekilas terlihat sedikit mirip, tapi kalau diperhatikan lebih saksama, ternyata nggak. Keli
“Om Setya, putri sulung Reni sudah pergi ke Cianter untuk berkarier. Anda untuk sementara nggak bisa bertemu dengannya,” kata Yuna dengan suara lembut.Dia tahu alasan Setya sering memandang Amelia. Mungkin lelaki itu khawatir bahwa keluarga ibunya tidak ada yang mampu mengambil alih keluarga Gatara. Setya sangat setia, dan menganggap keluarga Gatara itu adalah milik keturunan majikannya.Meskipun Patricia telah duduk di posisi kepala keluarga selama lebih dari 40 tahun, Setya tetap tidak mengakui kedudukan Patricia yang sah. Perempuan itu tidak ingin Setya hidup, karena selama dia masih hidup, Patricia selalu merasa posisinya tidak kokoh. Tanpa Setya, dengan semua saudaranya ang telah tiada, mengambil alih keluarga Gatara menjadi hal yang wajar baginya, sehingga dia akan merasa lebih percaya diri. “Olivia sedang dalam perjalanan. Sebentar lagi Anda bisa bertemu dengannya,” “Olivia lebih mirip ayahnya, sedangkan Odelina lebih mirip Reni. Anak laki-laki Odelina, Russel, sangat mirip
Yuna menangis sejadi-jadinya di depan nisan adiknya. Namun, tidak peduli seberapa keras tangisnya, dia tidak dapat menghidupkan kembali adiknya. Satu hal yang bisa dia lakukan hanyalah menjadi sosok ibu bagi kedua keponakannya dan memberikan mereka lebih banyak kasih sayang.Yuna dan adiknya mengalami masa kecil yang tragis. Kemudian, keduanya dipisahkan oleh dua alam yang berbeda. Setelah mengetahui penyebab kematian orang tuanya, Yuna sangat membenci Patricia.“Kalau nggak ingin orang tahu apa yang kamu lakukan, lebih baik nggak usah lakukan. Dia akan membayar harga atas semua perbuatannya,” ujar Setya dengan penuh kebencian.“Benar, Om. Dia akan bayar harga atas semua yang telah dia lakukan.”“Aku yang nggak berguna. Aku nggak punya banyak bukti. Hanya ada sedikit. Karena orang-orang yang tahu masalah ini sudah mati semua, jadi sulit untuk memberatkannya dengan bukti yang sedikit ini.” Usai berkata, Setya kembali menyalahkan dirinya sendiri dan menangis.“Aku nggak peduli ada bukti