Odelina melirik adiknya, “Memangnya bajunya bisa jalan sendiri, jemur sendiri di sini? Lagi pula, ini masih basah. Seharusnya baru dicuci semalam atau pagi ini.”“Jangan-jangan ... dia benar-benar pulang semalam?” gumam Olivia.“Apa katamu?”“Nggak apa-apa. Kak, lihat bunga yang aku tanam. Cakep, nggak? Kakak lihat bunga saja dulu. Aku mau habiskan makananku dulu.”Olivia kembali ke meja makan sambil membawa mangkuknya. Kemudian, dia segera mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Junia dan bertanya padanya, “Junia, kapan aku mabuk tadi malam? Habis mabuk, kalian berdua yang antar aku pulang, bukan? Kenapa sepanjang malam aku mimpi Stefan pulang ke rumah, ya? Aku nggak kangen sama dia, kok.”“Ada bajunya dijemur di balkon rumahku. Bajunya masih basah. Jangan-jangan, aku nggak mimpi. Dia benar-benar pulang? Balas pesanku saja. Jangan telepon. Kakakku ada di sini. Kalau dia dengar dan tahu aku bertengkar dengan Stefan, dia pasti khawatir lagi.”Sejak Odelina bercerai, hal yang palin
Tringgg ....Ponsel Olivia berdering, telepon dari Amelia. Olivia berhenti mengobrol dengan Junia. Dia mengangkat telepon dari Amelia terlebih dahulu.“Olivia, kamu tinggal di mana?”“Lotus Residence.”“Oke, aku ke sana sekarang juga. Aku lagi di depan tokomu, tapi hari ini kamu nggak buka.”“Oke, aku bagikan titik lokasi rumahku. Aku dan kakakku juga sudah siap pergi.”Amelia menjawab dengan gumaman pelan. Setelah Olivia mengirimkan titik lokasinya, Amelia menggunakan ponselnya sebagai navigasi. Kemudian, dia pergi ke Lotus Residence.Amelia selalu mengemudikan mobil dengan sangat cepat. Pada saat dia berada di persimpangan dan hendak masuk ke jalan raya, dia hampir menabrak sebuah mobil Maybach. Kedua mobil mengerem tiba-tiba.Amelia menurunkan jendela mobilnya. Sopir mobil lainnya juga menurunkan jendela mobil. Kemudian, Amelia memberi isyarat agar orang itu mundur dulu. Supaya Amelia bisa belok dulu.Namun, sopir itu tidak langsung menanggapi Amelia. Sopir itu malah menoleh untuk m
Setelah lampu hijau, mobil Jonas jalan lebih dulu. Amelia sempat melihat nomor plat mobil itu. Dalam hati berpikir, mobil siapa itu? Beberapa mobil hitam di belakang itu mobil pengawal, bukan?Di Kota Mambera, selain Stefan, siapa lagi yang suka membawa rombongan saat bepergian? Amelia tidak bisa memikirkan orang lain selain Stefan. Aksa tidak suka membawa pengawal. Kadang-kadang kakaknya hanya akan membawa dua pengawal. Tidak seperti Stefan, yang pengawalnya sampai dibagi menjadi dua shift. Setiap shift ada delapan orang. Jadi setiap kali Stefan muncul, kemunculannya selalu membuat orang merasa seperti ada seorang raja akan datang.Olivia tidak tahu Amelia bertemu dengan Jonas di jalan. Setelah dia mengirimkan titik lokasi kepada Amelia, dia mengirim pesan lagi kepada Junia. Dia memberi tahu Junia kalau dia akan pergi ke rumah tantenya untuk lebih mengenal keluarga tantenya.Setelah itu, Olivia berpikir sebentar lalu mengirim pesan kepada Stefan. Stefan mungkin masih di pesawat. Karen
“Ngomong-ngomong, aku mau kasih tahu kamu. Hari Valentine bulan depan, Aku dan Roni akan daftarkan pernikahan kami.”Odelina tetap bersikap sangat tenang, “Kalau begitu, selamat, Bu Yenny.”Odelina memberi selamat kepada Yenny karena telah melompat ke dalam lubang lumpur keluarga Pamungkas.“Hari ini akhir pekan. Aku tidur sampai sekarang baru bangun. Tapi Roni sudah buatkan sarapan untukku. Aku dengar selama tiga tahun lebih kalian menikah, selalu kamu yang masak untuk Roni. Kamu mungkin belum pernah cicipi masakan Roni, kan.”Odelina tidak ingin mendengar provokasi dari Yenny. Oleh karena itu, dia langsung menutup telepon.“Dari perempuan itu, Kak?”“Iya, dia benar-benar nggak waras. Aku dan Roni sudah cerai. Aku kabulkan keinginan mereka untuk bersama. Dia masih saja telepon aku dan nggak tahu malunya dia bilang mau tambahkan nomor Whatsapp-ku. Tujuannya jelas, dia pasti akan posting kemesraannya dengan Roni setiap hari. Dia hanya ingin buat aku marah.”“Kenapa aku harus marah? Aku
Karena tadi malam Olivia mabuk, Odelina yang menyetir mobil ke sini. Saat ini, Odelina sedang mengajari Russel untuk memanggil orang.Russel tidak mau digendong Yuna. Akan tetapi, anak itu mau menyapa orang. Ibunya mengajarinya memanggil nenek, dia pun memanggil nenek.“Anak ini lucu banget.” Tiara tersenyum ketika melihat Russel, “Boleh aku gendong sebentar?”Yuna langsung berkata, “Aku yang gendong saja Russel nggak mau. Memangnya dia mau digendong kamu?”Tiara mencoba mengulurkan tangannya. Di luar dugaan, Russel melihatnya sebentar, lalu mengulurkan dua tangan kecilnya. Anak itu mau digendong Tiara.“Ternyata Russel pilih-pilih orang,” kata Yuna.“Russel biasanya nggak terlalu pilih orang. Tapi kejadian waktu itu buat dia terlalu syok. Tante, lain kali ketemu lagi, Russel pasti mau digendong Tante.”Odelina agak kaget ketika melihat Russel mau ikut dengan Tiara.“Odelina, Olivia, ini anak pertamaku, Aksa. Kakak sepupu kalian.” Yuna tidak lupa memperkenalkan kedua putranya kepada ke
“Tiara, aku tadi lihat cincin kawin yang dipakai Olivia.”Tiara menatap suaminya dengan heran, lalu berkata dengan geli, “Kamu kira kami semua nggak punya mata? Hanya kamu yang bisa lihat? Memangnya kenapa kalau kamu lihat cincin itu? Ada yang aneh dengan cincin kawin Olivia?”Aksa terdiam dan memikirkan cara untuk mengatakan hal ini pada istrinya.“Nggak ada yang nggak bisa kita berdua bicarakan. Kamu suruh aku ke atas pasti karena ingin beri tahu aku. Ada masalah apa, katakan saja padaku.”“Tiara, kamu masih ingat nggak aku pernah cerita Stefan pernah pamer cincin kawin di status Whatsapp-nya?”Tiara spontan menganggukkan kepala, “Tentu saja aku masih ingat. Hari itu, pagi-pagi sekali. Kamu suruh aku beri tahu Amelia soal itu. Kamu nggak tega, malah suruh aku yang ngomong. Aku bahkan ingin menangis ketika lihat dia yang sakit hati.”“Kamu juga bilang waktu kamu bertemu Stefan di Mambera Hotel, Stefan traktir kamu makan. Begitu pulang ke rumah, kamu bicarakan hal itu di depanku sepanj
Aksa juga pernah memikirkan hal ini. Oleh karena itu, dia sama sekali tidak memikirkan Stefan ketika Amelia mengatakan kalau suami Olivia juga bernama Stefan.Mengingat status Stefan, pria itu tidak mungkin melakukan pernikahan dadakan dengan seorang perempuan yang tidak memiliki latar belakang. Sekalipun Stefan menikah, setidaknya perempuan yang dinikahinya berasal dari keluarga yang sederajat.Meskipun tidak menutup kemungkinan Stefan lebih memilih perempuan yang tidak memiliki latar belakang, setidaknya ada proses dalam hubungan mereka, dari pacaran hingga menikah. Sedangkan Olivia melakukan pernikahan dadakan. Rasanya mustahil seorang Stefan melakukan pernikahan dadakan.“Makanya aku suruh kamu ke sini karena ingin bicarakan hal ini denganmu. Nanti kamu cari kesempatan, deh. Kamu diam-diam tanya pada Olivia nama lengkap suaminya. Jangan sampai Mama dan Amelia tahu. Kamu sendiri juga tahu Amelia belum sepenuhnya membuang perasaannya terhadap Stefan.”“Apalagi Mama baru saja menemuka
“Amelia dengan susah payah akhirnya mau melepaskan obsesinya terhadap Stefan. Kita tunggu sampai Amelia benar-benar merelakan Stefan. Dengan begitu, Amelia baru bisa menghadapi Stefan dengan tenang. Dia juga bisa menerima kenyataan kalau Stefan sudah menikah. Saat itu, kita baru beri tahu dia.”Aksa menghela napas, “Kalau Amelia tahu suami Olivia adalah pria yang dia cintai tapi nggak bisa dia miliki, jujur aku nggak berani membayangkan konsekuensinya. Olivia belum akrab dengan kita. Tapi dia sangat dekat dengan Amelia. Aku harus memikirkan yang terbaik untuk Amelia.”“Tapi, Olivia sekarang sudah jadi adik sepupumu. Suaminya adalah adik iparmu. Kalau suami Olivia benar-benar Stefan, dia pasti akan datang ke rumah kita bersama Olivia. Memangnya dia akan selalu bersembunyi dan nggak mau temui Mama?” tukas Tiara.Kalau Stefan tidak menemui mereka masih masuk akal. Namun, Yuna adalah tante Olivia. Boleh dibilang seperti pengganti ibu Olivia. Suami Olivia sudah pasti harus menemuinya.“Nant
“Bu Dira.”Ronny dan Jaka berdiri di depan pintu kantor. Begitu pintu terbuka, kedua orang itu menyapa Dira dengan hormat. Saat ini, baru waktunya pulang kerja. Sekretaris juga siap-siap turun untuk makan malam.Ronni meminjam dapur perusahaan untuk menyiapkan makan siang untuk Yohanna. Ronny juga mengontrol waktunya dengan baik. Beberapa menit sebelum jam pulang kerja, dia sudah mengantar makanan buatannya ke lantai atas. Dengan begitu, dia bisa menghindari karyawan lainnya dengan sempurna. Selain itu, dia juga tidak akan menyita waktu kerja Yohanna.Butuh beberapa menit bagi Ronny dan Jaka untuk pergi dari kantin perusahaan ke gedung kantor, lalu naik lift menuju lantai paling atas.“Pak Jaka, Ronny, kalian sudah datang.”Dira minggir ke samping agar kedua pria itu bisa masuk. “Kami baru saja pulang kerja,” kata Dira.Jaka dan Ronny masuk ke kantor. “Bu Yohanna.”Keduanya menyapa Yohanna dengan sopan, lalu berjalan ke sofa dan meletakkan kotak bekal di atas meja. Kemudian, mereka mem
Melihat sang kakak tersenyum seperti itu, Dira pun tahu kalau Yohanna salah paham padanya lagi. Dira bahkan sudah malas mau menjelaskan. Dira sudah bilang kalau dia hanya menyukai makanan yang dibuat Ronny, baik itu makanan berat maupun makanan ringan seperti dessert. Semuanya sangat sesuai dengan selera Dira.Tidak hanya Dira yang merasa enak. Yohanna juga tidak pernah mengomentari makanan buatan Ronny. Pokoknya selama dua hari sejak Ronny yang memasak, Yohanna tidak menemukan kekurangan apa pun pada masakan Ronny.“Masakan yang dibuat Ronny nggak berubah, tapi rasa masakannya begitu sempurna, buat orang nggak bisa cari kekurangannya. Dia seumuran aku, tapi dia punya pencapaian luar biasa dalam memasak. Harus kuakui, dia memang berbakat. Selain itu, dia juga sangat niat mempelajari resep.”Yohanna yang jarang memberikan pujian kini memuji Ronny dan mengakui keterampilan memasak pria itu.“Pak Jaka bilang koper yang dibawa Ronny hanya isi sedikit pakaian. Sisanya buku resep berbagai ma
Benar saja, bakat dan hobi itu sangat penting. Ronny terjun ke industri kuliner, penjualannya pasti sangat bagus. Untungnya, bisnis Ronny berada di Kota Mambera, sangat jauh dari mereka sehingga tidak memengaruhi bisnis keluarga mereka.Jika tidak, dengan pesaing kuat seperti Ronny, keluarga Pangestu yang juga berkecimpung di industri kuliner pasti akan gagal. “Mau turunkan badan susah, kalau mau gemuk sangat gampang.”Yohanna melihat jam. Memang sudah waktunya pulang kerja. Dia pun mematikan komputer dan berkata kepada Dira, “Semakin lama kamu semakin jadi seperti tukang makan.”“Yang penting bisa makan makanan terenak di dunia setiap hari. Mau sebut aku tukang makan juga nggak apa-apa. Setiap orang perlu makan. Manusia mana yang nggak makan? Orang yang nggak makan dan nggak minum baru bukan tukang makan.”Dira bicara sambil melihat jam. “Pak Jaka dan Ronny sebentar lagi sampai.”Yohanna tidak pulang saat makan siang, karena waktu terlalu mepet. Kadang-kadang dia pergi hotel keluarga
“Kamu nggak beritahu aku kalau kamu pulang lebih awal. Kalau aku nggak datang ke sin, aku bahkan nggak tahu kamu sudah pergi,” ujar Olivia.Katarina tertawa pelan. “Aku yang salah. Aku pikir kamu pasti sangat sibuk. Hari ini suhu Kota Mambera turun drastis. Ditambah hujan pula. Aku nggak mau buat kamu bolak-balik ke sana-sini.”Katarina melihat perut Olivia. Olivia memakai mantel tebal, tidak terlihat perutnya yang sudah membuncit.“Apalagi kamu lagi hamil.”“Tunggu aku sudah melahirkan, aku akan pergi ke Kota Harsa cari kamu.”“Oke, nanti aku akan traktir kamu semua makanan khas Kota Harsa. Nggak kalah dari makanan khas Kota Mambera, loh.”“Janji, ya. Kamu lagi buru-buru? Aku bawa sedikit barang untuk kamu. Sebenarnya bukan dari aku. Samuel yang minta aku antar ke sini. Dia siapkan banyak barang khas Kota Mambera untuk kamu. Katanya sebagai permintaan maaf padamu,” kata Olivia.Katarina terdiam sejenak. “Barangnya banyak?”“Lumayan banyak. Kamu mungkin nggak sanggup bawa sendiri. Kala
Olivia makan seadanya. Setelah itu dia pergi dengan mobil menuju ke perusahaan. Sampai di perusahaan dan masuk ke kantornya, Olivia pun melihat banyak hadiah.“Pak Samuel bilang dia belikan semuanya untuk Bu Katarina dan minta Bu Olivia bantu serahkan ke Bu Katarina. Anggap saja ini permintaan maaf darinya kepada Bu Katarina,” kata Devina.Devina sangat penasaran, ingin tahu gosip tentang Samuel. Namun, kalau Olivia tidak beritahu, dia juga tidak akan bertanya.“Kenapa dia nggak kasih sendiri?”Olivia melihat sekilas tumpukan hadiah di depannya. Banyak di antaranya merupakan produk khas Kota mambera. Semua barang yang ingin Olivia belikan untuk Katarina sudah dibelikan Samuel. Dengan begitu, Olivia pun tidak perlu repot-repot lagi.“Pak Samuel nggak bilang.”“Oke, aku mengerti. Kamu lanjut kerja saja.”Olivia berjalan ke mejanya, lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya untuk menelepon Samuel. Samuel mengangkat telepon dengan cepat. Di telepon, pria itu kembali meminta tolong pada kakak ip
Giselle sedikit marah, tapi dia masih bisa menahan amarahnya. “Sudah jauh lebih baik. Seenggaknya aku berani sapa dia. Terakhir kali aku lihat Stefan, aku akan gemetaran. Nggak berani tatap dia secara langsung, apalagi bicara dengannya,” kata Giselle.Kali ini, Giselle tidak hanya berani memanggil Stefan, bahkan berani bicara dengan pria itu. Giselle memang tidak terlihat sangat tenang, tapi setidaknya sudah jauh lebih tenang. Itu sebuah kemajuan besar.Hanya dalam waktu sebulan. Giselle sudah berubah menjadi seperti ini. Masih tidak cukup baguskah? Asal tahu saja. Dulu, hanya dengan mendengar nama Stefan saja bisa membuatnya gemetaran. Si pengawal pun tidak bicara lagi.“Mulai sekarang, kalian nggak usah minta aku ini itu. Aku butuh waktu untuk belajar. Apalagi dalam setengah bulan ini. Pak Lota sudah bilang, aku libur setengah bulan. Aku baru saja gugurkan anak demi bos kalian,” kata Giselle dengan wajah cemberut.Ini pertama kalinya Giselle hamil. Baru saja tahu dia hamil, dia langs
“Terima kasih atas perhatian Bu Lisa. Istriku baik-baik saja, sangat sehat.”“Kalau begitu, kenapa hari ini bukan dia yang antar keponakannya ke sekolah?”“Hari ini hujan, cuaca lebih dingin. Aku suruh dia tidur lebih lama. Memangnya nggak boleh? Ada aturan harus dia yang antar Russel ke sekolah?” tukas Stefan dengan dingin.Giselle langsung terdiam. Stefan pun berkata lagi, “Aku dengar dari istriku kalau Bu Lisa antar adik iparnya ke sekolah setiap hari. Keluarga suami Bu Lisa tetap suruh Bu Lisa antar adik ipar ke sekolah dalam cuaca seperti ini. Mereka pasti nggak sayang Bu Lisa.”Usai berkata, Stefan langsung membuang muka dan pergi, tidak ingin bicara lebih lama dengan Giselle. Jika tidak membahas Olivia, dia bahkan tidak mau bicara.Giselle, “....”Giselle sadar kalau identitasnya yang sekarang adalah identitas palsu. Dia bukan Lisa yang asli. Dia juga tidak memiliki adik ipar yang masih sekolah. Meskipun begitu, kata-kata Stefan membuat Giselle spontan membandingkan dirinya deng
Stefan menoleh ke arah suara panggilan tersebut, dan melihat seorang wanita muda yang tidak dikenalnya. Dia tidak punya ingatan apapun tentang wanita itu. Wanita muda itu juga diikuti oleh dua pria yang terlihat seperti pengawal, dia mengenakan pakaian tebal dan mengenakan topi di kepalanya, sementara pengawal memayunginya. Sebelum Stefan sempat bertanya, wanita itu sudah memperkenalkan dirinya. “Pak Stefan, aku adalah Lisa. Aku sering bertemu dengan istrimu di depan sekolah. Hari ini, kenapa aku nggak melihat istrimu mengantar keponakanmu?” Perempuan itu adalah Giselle. Dia terlalu bosan berada di rumah selama masa nifas. Oleh karena itu, dia memaksakan diri untuk keluar dan mencari udara segar. Tidak ada yang bisa mengaturnya dan peduli karena tubuh Giselle adalah milik perempuan itu.Di mata kedua pengawal tersebut, Giselle hanyalah wanita simpanan saja, bukan istri sah dari majikannya. Majikan mereka sudah mengatur semuanya untuk Giselle dengan sangat baik, tetapi dia masih i
Russel merasa lega dan berkata, “Kalau begitu aku bisa bilang ke teman itu, tanteku nggak akan seperti mamanya.” “Om, aku juga sayang kamu.” Stefan tersenyum dan berkata, “Om juga sayang kamu.” Anak kecil ini begitu manis, siapa yang tidak sayang dengannya? Sesampainya di depan pintu sekolah, Stefan tidak menyerahkan Russel kepada pengawal, tetapi dia sendiri turun dari mobil dan menggenggam tangan kecil Russel untuk masuk ke dalam sekolah. Setelah melihat gurunya, Stefan menyerahkan Russel kepada guru tersebut.Bocah itu melambaikan tangan dan mengucapkan selamat tinggal. Stefan tetap berdiri di situ dan memandangnya hingga sosok kecil Russel makin jauh dan tidak lagi menoleh ke belakang barulah Stefan berbalik pergi.Semua orang di sekolah tahu bahwa Stefan adalah paman dari Russel. Mereka biasanya merasa bahwa Stefan jauh dari mereka, tetapi sejak Russel masuk sekolah, mereka sering melihat sosok Stefan dan juga Daniel.Dua orang penting tersebut terlihat sangat sayang dengan Ru