“Semua itu karena Stefan belum sepenuhnya anggap aku sebagai keluarganya. Dia saja nggak bisa, atas dasar apa dia tuntut aku harus bisa? Dia itu benar-benar seenaknya saja. Pokoknya dia harus selalu diutamakan. Kalau nggak, dia akan marah dan bilang aku nggak anggap dia sebagai keluarga.”“Aku juga marah, dong. Aku bilang dia egois, berpikiran sempit. Habis itu, dia langsung tutup telepon. Aku kirim pesan ke dia, dia sama sekali nggak balas. Dia selalu seperti ini. Begitu marah langsung nggak mau balas pesan, nggak mau angkat telepon. Kayak perempuan saja.”Bi Lesti, “....”Stefan memang benar seperti itu. Olivia sama sekali tidak salah. Sejak kecil, Stefan sudah dibesarkan sebagai seorang penerus. Semua adik-adiknya menghormatinya, mendahulukannya dalam segala hal. Setelah Stefan mengambil alih Adhitama Group, baik nenek maupun orang tuanya semua lepas tangan. Mereka membiarkan Stefan menjadi pemimpin Adhitama Group yang sebenarnya. Di Adhitama Group, keputusan tertinggi ada di tanga
Olivia melihat Bi Lesti masih bersih-bersih, karena itu dia tidak terlalu memikirkannya. Dia pun pergi lebih dulu.Bi Lesti mengantar Olivia sampai ke depan pintu. Setelah melihat Olivia masuk ke dalam lift, Bi Lesti baru kembali ke rumah. Dia bergegas mengambil ponselnya untuk menelepon Stefan.Awalnya, Stefan tidak mengangkat telepon. Bi Lesti berulang kali meneleponnya, dia tetap tidak mengangkat. Bi Lesti tidak punya pilihan selain mengiriminya pesan.“Den Stefan, Non Oliv minum obat.”Kemudian, kurang dari satu menit, Stefan menelepon Bi Lesti lebih dulu.“Oliv minum obat apa, Bi?”Suara Stefan terdengar sama seperti biasanya, berat dan dingin. Bi Lesti sudah mengenalnya dengan baik. Bi Lesti tahu kalau Stefan sedang tegang dari kata-katanya.“Non Oliv bilang dia nggak bisa tidur nyenyak. Sakit kepala, sakit mata. Dia minum obat pereda sakit tadi.”Stefan seketika diam seribu bahasa. Buat dia kaget saja. Bi Lesti juga tidak berkata dengan jelas, hanya bilang Olivia minum obat. Ste
Pada saat Olivia tiba di toko, dia kebetulan melihat Reiki keluar dari toko. Pria itu berjalan sambil menoleh ke belakang dan melambaikan tangannya. Olivia tahu kalau Reiki sedang bicara dengan Junia tanpa perlu ditanya.Begitu melihat Olivia, Reiki spontan menyapanya dengan sopan. Olivia membalasnya dengan senyum sopan. Dia tidak terlalu akrab dengan Reiki, tapi dia tahu identitas asli Reiki. Oleh karena itu, dia sedikit berhati-hati ketika dekat dengan Reiki.Reiki dan Olivia juga tidak memiliki topik pembicaraan. Lagi pula, Olivia adalah istri temannya. Di saat Stefan sedang tidak ada, dia tidak boleh terlalu banyak melakukan kontak dengan Olivia.“Bu Olivia, aku kembali ke kantor dulu.”“Hati-hati di jalan, Pak Reiki.”Reiki tersenyum, lalu masuk ke mobil. Kemudian, dia bergegas pergi dari sana. Setelah itu, Olivia baru masuk ke dalam toko. Begitu masuk ke dalam toko, Olivia melihat buket mawar besar di meja kasir.Kalau dilihat sekilas, ada 99 tangkai bunga mawar. Selain bunga maw
Pada akhirnya, Junia memberanikan diri untuk bertanya kepada Amelia tentang Reiki. Dia pun mengetahui kalau Reiki benar-benar ingin menghukum seseorang, hidup orang itu akan lebih buruk daripada kematian.Reiki paling suka menghukum orang dengan cara membuat orang itu kehilangan semua yang dia miliki sedikit demi sedikit. Reiki itu akan membuat orang itu merasa putus asa. Cara seperti itu sangat menyiksa.Oleh karena itu, Junia khawatir kalau dia langsung menolak Reiki, pria itu akan tersinggung. Kemudian, pria itu akan menghukum Stefan.“Aku coba jalani dulu. Tenang saja, aku nggak akan memaksakan diri,” kata Junia.Junia masih khawatir. Namun, kalau dia benar-benar tidak akan memaksakan dirinya untuk bersama dengan orang yang tidak disukainya.“Oliv, kalian nggak jadi pergi ke rumah tantemu tadi malam? Waktu kakakmu antar Russel ke sini, aku kaget saat lihat wajahnya.”Olivia langsung terlihat marah ketika masalah itu diungkit kembali. Dia pun memaki semua anggota keluarga Pamungkas.
Olivia berbalik lalu berjalan kembali ke kantor. Rekan kerjanya itu masih asyik berbicara dengan yang lainnya. Odelina langsung berjalan ke meja orang itu.Baru pada saat itulah orang itu menyadari kalau Odelina kembali lagi ke kantor. Rasanya sangat malu ketika tertangkap basah sedang berbicara buruk tentang orang lain. Apalagi tertangkap basah oleh orang itu sendiri. Perempuan itu sontak kaget dan tidak tahu harus berkata apa.“Kamu naksir Pak Daniel, ya?”Begitu Odelina buka suara, wajah perempuan itu langsung memerah.“Nggak, kok.” Perempuan itu membantah.“Kalau begitu kenapa kamu sebar gosip aku punya hubungan pribadi dengan Pak Daniel? Dari kata-katamu aku tahu kamu cemburu. Kamu diam-diam naksir Pak Daniel. Makanya kamu selalu ngomong yang buruk tentang aku.”“Tapi terserah kalian percaya atau nggak, aku sama sekali nggak ada perasaan pada Pak Daniel. Aku memang sudah cerai, suamiku yang b*jingan itu selingkuh. Untuk apa aku pertahankan pernikahan seperti itu? Aku cerai, lalu k
Daniel berkata sendiri, “Aku tahu karena aku rekrut kamu, hal itu malah buat kamu kesulitan di perusahaan. Kamu nggak perlu khawatir apa yang orang lain katakan. Lakukan saja pekerjaanmu sendiri.”“Pak Daniel, aku ingin mengundurkan diri.”Daniel menatap Odelina dengan tatapan lekat, lalu bertanya, “Kenapa mau mengundurkan diri?”Odelina terdiam dengan kepala tertunduk sejenak, lalu dia mengangkat wajahnya dan berkata, “Selama ini aku bertahan karena aku harus memperjuangkan hak asuh anakku kalau aku bercerai. Aku terus bersabar saat orang-orang bilang aku masuk ke perusahaan ini dengan koneksi, saat mereka diam-diam jadikan aku sebagai target. Karena aku butuh pekerjaan ini. Dengan memiliki pekerjaan tetap aku baru bisa memperjuangkan hak asuh Russel.”“Sekarang kamu sudah bercerai dan mendapatkan hak asuh atas anakmu. Jadi kamu ingin mengundurkan diri? Kamu bahkan belum menyelesaikan masa percobaan,” ujar Daniel. “Kamu orang yang memiliki kemampuan kerja. Aku rasa dari awal kamu suda
“Bagaimana? Kamu mau sewa, nggak? Kalau kamu mau, karena kamu kakak iparnya Stefan, aku akan kasih harga teman. Harga sewanya sedikit lebih murah dari yang lain, tapi kamu jangan kasih tahu orang lain. Nanti kalau yang lain tahu, semua minta aku turunkan harga sewa lagi. Rugi besar aku.”Odelina sangat tergiur dengan tawaran itu. Setiap hari dia harus melewati jalan itu saat pergi dan pulang kerja. Oleh karena itu, dia tahu banyak orang melewati jalan itu. Toko jajanan, restoran, bahkan warung es juga laris manis. Odelina sangat iri melihat orang lain bisa menyewa toko di jalan itu untuk berjualan. Tidak disangka, toko-toko itu milik Daniel.“Berapa harga sewa per bulan?” tanya Odelina.“Harga sewa semua toko di pusat Kota Mambera jauh lebih mahal dibanding tempat lain. Toko paling kecil di tempatku ukurannya 40 meter persegi. Yang terbesar lebih dari 100 meter persegi. Kamu mau jual apa?”“Jual sarapan,” jawab Odelina.“Kalau begitu nggak perlu terlalu besar. Harga sarapan nggak bisa
“Roni, menurutmu apa karena kamu sudah menyinggung semua klien? Apa yang kamu lakukan?”Roni telah mendapatkan banyak bisnis untuk perusahaan. Dia juga sudah mendatangkan banyak keuntungan bagi perusahaan. Apalagi begitu dia lulus, dia langsung bergabung dengan Wieland Electro. Setelah bekerja selama beberapa tahun, dia termasuk karyawan lama. Bosnya sangat memercayai dan bergantung padanya.Ada begitu banyak manajer di perusahaan, tapi Roni adalah yang paling muda di antara semua manajer. Karena Roni membawa banyak keuntungan bagi perusahaan, bosnya membuat pengecualian dan menaikkan jabatannya menjadi manajer. Banyak orang di perusahaan iri padanya. Meskipun begitu, mereka juga tidak bisa berkata apa-apa.Si bos sangat memperhatikan Roni. Bahkan ketika dia tidak sempat untuk menghadiri undangan perjamuan bisnis, dia akan menyuruh Roni untuk menggantikannya. Supaya Roni bisa mengenal lebih banyak orang dan menarik lebih banyak klien untuk perusahaan.Nyatanya, Roni juga tidak mengecew
Olivia makan seadanya. Setelah itu dia pergi dengan mobil menuju ke perusahaan. Sampai di perusahaan dan masuk ke kantornya, Olivia pun melihat banyak hadiah.“Pak Samuel bilang dia belikan semuanya untuk Bu Katarina dan minta Bu Olivia bantu serahkan ke Bu Katarina. Anggap saja ini permintaan maaf darinya kepada Bu Katarina,” kata Devina.Devina sangat penasaran, ingin tahu gosip tentang Samuel. Namun, kalau Olivia tidak beritahu, dia juga tidak akan bertanya.“Kenapa dia nggak kasih sendiri?”Olivia melihat sekilas tumpukan hadiah di depannya. Banyak di antaranya merupakan produk khas Kota mambera. Semua barang yang ingin Olivia belikan untuk Katarina sudah dibelikan Samuel. Dengan begitu, Olivia pun tidak perlu repot-repot lagi.“Pak Samuel nggak bilang.”“Oke, aku mengerti. Kamu lanjut kerja saja.”Olivia berjalan ke mejanya, lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya untuk menelepon Samuel. Samuel mengangkat telepon dengan cepat. Di telepon, pria itu kembali meminta tolong pada kakak ip
Giselle sedikit marah, tapi dia masih bisa menahan amarahnya. “Sudah jauh lebih baik. Seenggaknya aku berani sapa dia. Terakhir kali aku lihat Stefan, aku akan gemetaran. Nggak berani tatap dia secara langsung, apalagi bicara dengannya,” kata Giselle.Kali ini, Giselle tidak hanya berani memanggil Stefan, bahkan berani bicara dengan pria itu. Giselle memang tidak terlihat sangat tenang, tapi setidaknya sudah jauh lebih tenang. Itu sebuah kemajuan besar.Hanya dalam waktu sebulan. Giselle sudah berubah menjadi seperti ini. Masih tidak cukup baguskah? Asal tahu saja. Dulu, hanya dengan mendengar nama Stefan saja bisa membuatnya gemetaran. Si pengawal pun tidak bicara lagi.“Mulai sekarang, kalian nggak usah minta aku ini itu. Aku butuh waktu untuk belajar. Apalagi dalam setengah bulan ini. Pak Lota sudah bilang, aku libur setengah bulan. Aku baru saja gugurkan anak demi bos kalian,” kata Giselle dengan wajah cemberut.Ini pertama kalinya Giselle hamil. Baru saja tahu dia hamil, dia langs
“Terima kasih atas perhatian Bu Lisa. Istriku baik-baik saja, sangat sehat.”“Kalau begitu, kenapa hari ini bukan dia yang antar keponakannya ke sekolah?”“Hari ini hujan, cuaca lebih dingin. Aku suruh dia tidur lebih lama. Memangnya nggak boleh? Ada aturan harus dia yang antar Russel ke sekolah?” tukas Stefan dengan dingin.Giselle langsung terdiam. Stefan pun berkata lagi, “Aku dengar dari istriku kalau Bu Lisa antar adik iparnya ke sekolah setiap hari. Keluarga suami Bu Lisa tetap suruh Bu Lisa antar adik ipar ke sekolah dalam cuaca seperti ini. Mereka pasti nggak sayang Bu Lisa.”Usai berkata, Stefan langsung membuang muka dan pergi, tidak ingin bicara lebih lama dengan Giselle. Jika tidak membahas Olivia, dia bahkan tidak mau bicara.Giselle, “....”Giselle sadar kalau identitasnya yang sekarang adalah identitas palsu. Dia bukan Lisa yang asli. Dia juga tidak memiliki adik ipar yang masih sekolah. Meskipun begitu, kata-kata Stefan membuat Giselle spontan membandingkan dirinya deng
Stefan menoleh ke arah suara panggilan tersebut, dan melihat seorang wanita muda yang tidak dikenalnya. Dia tidak punya ingatan apapun tentang wanita itu. Wanita muda itu juga diikuti oleh dua pria yang terlihat seperti pengawal, dia mengenakan pakaian tebal dan mengenakan topi di kepalanya, sementara pengawal memayunginya. Sebelum Stefan sempat bertanya, wanita itu sudah memperkenalkan dirinya. “Pak Stefan, aku adalah Lisa. Aku sering bertemu dengan istrimu di depan sekolah. Hari ini, kenapa aku nggak melihat istrimu mengantar keponakanmu?” Perempuan itu adalah Giselle. Dia terlalu bosan berada di rumah selama masa nifas. Oleh karena itu, dia memaksakan diri untuk keluar dan mencari udara segar. Tidak ada yang bisa mengaturnya dan peduli karena tubuh Giselle adalah milik perempuan itu.Di mata kedua pengawal tersebut, Giselle hanyalah wanita simpanan saja, bukan istri sah dari majikannya. Majikan mereka sudah mengatur semuanya untuk Giselle dengan sangat baik, tetapi dia masih i
Russel merasa lega dan berkata, “Kalau begitu aku bisa bilang ke teman itu, tanteku nggak akan seperti mamanya.” “Om, aku juga sayang kamu.” Stefan tersenyum dan berkata, “Om juga sayang kamu.” Anak kecil ini begitu manis, siapa yang tidak sayang dengannya? Sesampainya di depan pintu sekolah, Stefan tidak menyerahkan Russel kepada pengawal, tetapi dia sendiri turun dari mobil dan menggenggam tangan kecil Russel untuk masuk ke dalam sekolah. Setelah melihat gurunya, Stefan menyerahkan Russel kepada guru tersebut.Bocah itu melambaikan tangan dan mengucapkan selamat tinggal. Stefan tetap berdiri di situ dan memandangnya hingga sosok kecil Russel makin jauh dan tidak lagi menoleh ke belakang barulah Stefan berbalik pergi.Semua orang di sekolah tahu bahwa Stefan adalah paman dari Russel. Mereka biasanya merasa bahwa Stefan jauh dari mereka, tetapi sejak Russel masuk sekolah, mereka sering melihat sosok Stefan dan juga Daniel.Dua orang penting tersebut terlihat sangat sayang dengan Ru
Setelah sarapan, Russel membawa tasnya keluar dengan digandeng oleh pamannya. Hujan masih belum berhenti. Begitu keluar rumah, bocah itu langsung menggigil dan berkata, “Om, hari ini benar-benar dingin sekali.”“Suhunya baru mulai turun.”Stefan membungkuk dan menggendong bocah itu dengan sebelah tangannya. Sebelah tangan yang lain memegang payung sambil berjalan menuruni tangga. Mobil mereka sudah terparkir di depan pintu.“Bukannya kamu pernah lihat salju, bahkan main perang salju, kenapa sekarang cuma dingin sedikit kamu sudah menggigil?” "Waktu aku ke rumah Mama, Tante kasih baju tebal sekali, tapi baju yang pamannya pakaikan hari ini nggak seberapa tebal," jawab RusselSupir sudah membuka pintu mobil dan menunggu. Stefan memasukkan Russel ke dalam mobil, kemudian menutup payung dan ikut masuk. “Om sudah udah cek ramalan cuaca hari ini di ponsel. Hari ini suhunya nggak akan terlalu dingin, cukup pakai baju hangat aja.” Musim dingin di utara biasanya ada pemanas ruangan, sementa
“Mambera nggak akan turun salju.” “Kenapa?” “Karena memang nggak akan turun salju, jadi ya nggak turun salju.” Bocah itu terdiam karena dia masih belum mengerti kenapa Mambera tidak akan turun salju. Russel yang sering tidak ingin pergi ke sekolah, akhirnya tetap dibawa keluar dari kamar oleh pamannya. “Hari ini Om yang antar kamu ke sekolah.” “Tante di mana?"Stefan menjawab, “Aku biarkan tantemu tidur lebih lama. Nggak bangun terlalu pagi dan bisa lebih lama tidur sebelum berangkat kerja.” Russel langsung cemberut dan berkata, “Om pilih kasih, nggak biarkan aku tidur lebih lama, tapi Tante bisa tidur lebih lama, nggak perlu bangun pagi, nggak pergi kerja, sementara aku harus pergi ke sekolah.”“Memang, Om pilih kasih dan lebih sayang sama tante kamu, karena tante kamu itu orang yang akan hidup seumur hidup sama Om. Kamu nanti kalau sudah besar akan jadi laki-laki orang lain karena mendapatkan sayur milik orang lain, benar?” “Kamu bilang, kalau kamu nggak bisa hidup seumur hid
Olivia terbangun pada waktu yang biasa. Ini sudah menjadi kebiasaan hidupnya. "Sayang, tidurlah lagi, hari ini aku antar Russel ke sekolah." Stefan tidak tega istrinya bangun pagi untuk mengantar keponakannya. Selama hujan turun dan suhu sedikit menurun, dia ingin istrinya tidur lebih lama. Olivia yang baru saja terbangun, kembali berbaring di tempat tidur dan menarik selimut sambal berkata,"Selimut ini lebih hangat. Baiklah, kamu antar Russel saja, aku tidur lebih lama. Kamu ke kamar sebelah, bangunkan dia dan bantu pakaikan jaket." "Oke." Stefan mencium wajahnya, "Aku akan bangunkan Russel." Olivia membalas ciumannya dan mengangguk. Tidak lama kemudian, Stefan mengganti pakaian dan keluar dari kamar menuju kamar sebelah. Dia melihat bocah itu belum bangun. Anak kecil itu tidur nyenyak. Stefan baru sampai di sisi tempat tidur ketika dia mendengar tawa Russel, dia kira bocah itu sudah bangun dan berkata, "Russel, bangunlah." Ternyata Russel hanya tertidur sambil tersenyum dalam
Jordy langsung bertanya. Dia tidak mungkin salah mencium. Pasti Samuel membawa seorang wanita pulang. "Apakah wanita itu calon kakak iparku? Dia sudah pergi?" tanya Jordy.Samuel tidak bisa menahan diri untuk menjawab, "Kamu ini hidung apa, dia sudah pergi lama, kamu masih bisa mencium sedikit aromanya." "Apakah dia calon kakak iparmu, aku juga nggak bisa memastikan. Dia bukan orang yang sudah dipilihkan oleh Nenek. Sekarang aku bahkan nggak tahu namanya." Jordy tertawa, "Nggak tahu Namanya tapi Kak Samel sudah bawa dia pulang?" Beberapa kakaknya jika sudah membawa seorang gadis pulang, pasti gadis itu akan menjadi saudara perempuan mereka. Samuel merasa malu untuk mengatakan alasan sebenarnya, dia berkata, "Ini masalah pribadiku, aku menolak untuk menjawab. Nanti kalau sudah waktunya, kalian akan tahu." Jordy tertawa licik dan menyahut, "Aku tahu, Kak Samuel tiba-tiba telepon mengajak kita makan malam, sebenarnya itu untuk mengundang gadis itu makan, 'kan? Dia sudah pergi, baru K