Rita menyesal kala mengetahui Odelina memiliki seorang tante yang menikah dengan orang dari keluarga kaya. Dia menyesal seharusnya tidak membiarkan anaknya bercerai dengan Odelina.Seandainya Roni tidak bercerai dengan Odelina, Roni bisa kerja di Sanjaya Group dengan mengandalkan koneksi dari tantenya Odelina. Dengan begitu, penghasilan Roni pasti akan jauh lebih tinggi. Mungkin saja penghasilan per tahun bisa mencapai puluhan miliar.Rita menyarankan agar Roni mendekati Odelina lagi dan rujuk dengannya. Namun, Roni menolak dengan tegas. Yenny juga memasang wajah cemberut. Rita tidak mengusulkan hal ini dengan terus terang lagi. Dia ingin menggunakan cucunya untuk mewujudkan keinginannya.Rita berencana akan sering meminta Roni pergi menjemput Russel, lalu mengantar Russel pulang ke rumah Odelina. Dengan begitu, Roni bisa sering bertemu dengan Odelina. Bagaimanapun, mereka berdua sudah saling kenal selama 12 tahun. Apalagi mereka memiliki seorang anak yang membuat mereka selalu terikat
Olivia tidak ingin mengatakan yang sebenarnya karena dia tidak ingin membuat kakaknya khawatir.Odelina merasa lega ketika melihat ekspresi adiknya seperti biasa. Kemudian, dia berkata, “Stefan sangat baik sama kamu. Aku rasa, dia juga nggak akan bertengkar denganmu karena masalah sepele. Kalau kalian nggak berantem, aku bisa tenang.”Olivia spontan menggerutu dalam hati, “Stefan bertengkar denganku karena masalah sepele!”Sepanjang hari ini, Stefan mengabaikan Olivia. Olivia juga tidak ingin berinisiatif baikan dengannya. Olivia tidak merasa dirinya salah.Pertama kali Olivia perang dingin dengan Stefan, Olivia tidak merasakan apa-apa. Terakhir kali ketika Stefan melihat Albert menyatakan perasaan padanya, Olivia panik dan kebingungan. Tanpa berpikir panjang, dia langsung mengejar Stefan sampai ke kantornya untuk memberikan penjelasan.Sekarang, Olivia merasa sangat tersiksa. Mungkin, karena dia telah memiliki perasaan terhadap Stefan, sehingga dia merasa tersiksa begini.“Oliv, aku
“Oliv, kamu jangan keluar. Biar aku saja yang temui dia.”Usai berkata, Junia bergegas keluar dengan cepat. Dia pun menghentikan Albert di depan toko buku. Kemudian, dia menarik tangan adik sepupunya itu dan menyeretnya pergi menjauh dari toko.“Kak Junia.”Albert terpaksa mengikuti jejak kakak sepupunya. Dia ingin berhenti, tapi Junia menariknya ke depan mobil dengan sekuat tenaga.“Buka kunci mobil,” perintah Junia dengan raut wajah dingin.Albert menatap Junia dengan ekspresi sangat tidak senang di wajahnya.“Kak Junia.”“Aku bilang buka kunci mobilnya!” Kali ini Junia memberi perintah dengan nada tegas, tidak ingin dibantah. Meskipun tubuhnya lebih pendek dari Albert, tapi auranya sama sekali tidak kalah dari Albert. Matanya yang indah menatap adik sepupunya itu dengan dingin, membuat Albert spontan membuka kunci mobil.Setelah itu, Junia membuka pintu mobil dan mendorong Albert masuk ke dalam mobil.“Kak Junia, aku datang untuk cari Kakak. Bukan cari Kak Olivia.”Albert dipaksa du
Junia adalah sepupu yang sejak kecil selalu melindungi Albert dan paling dekat dengannya. Namun, pada saat Albert mencintai seorang perempuan, Junia jelas-jelas dapat memberinya banyak kemudahan. Namun, kakak sepupunya itu sama sekali tidak mendukungnya. Sebaliknya, Junia menentangnya, menghentikannya, bahkan memarahinya.Albert mencintai Olivia, tapi tidak bisa memilikinya. Hal itu membuat Albert merasa amat sangat tersiksa. Sepupu yang paling dekat dengannya juga tidak mendukungnya. Hal itu juga membuatnya merasa sangat tersiksa. “Kalau ada masalah dengan pekerjaanmu, kamu ingin curhat sama aku, kamu tinggal telepon aku, kok. Kamu bisa pergi ke rumahku. Besok aku nggak buka toko. Kamu mau ngomong apa sama aku, aku bisa beri kamu waktu sepanjang hari untuk mendengarkan curhatanmu.”“Lagi pula, bagaimana pekerjaanmu bisa lancar, Albert. Kamu lihat apakah kamu curahkan perhatianmu ke pekerjaanmu? Kamu terus berpikir bagaimana cara mendekati Olivia. Aku sudah bilang berulang kali sama k
Junia mengebut sepanjang jalan dan mengantar Albert pulang ke rumah keluarga Pratama. Setelah menghentikan mobil, Junia mengirim pesan ke Olivia terlebih dahulu. Dia meminta Olivia untuk menunggunya di toko. Sekitar setengah jam lagi dia akan kembali ke toko. Olivia pun membalasnya dengan emotikon ok.Ibunya Albert, Desy, baru saja mau keluar. Setiap malam dia akan berkumpul dengan teman-temannya. Dia akan bermain kartu, menghadiri perjamuan, atau menemani suaminya bersosialisasi dengan klien atau pengusaha lainnya.Ibunya Albert awalnya terkejut ketika melihat mobil putranya berhenti di depan rumah, tapi orang yang keluar dari mobilnya adalah keponakannya. Namun setelah itu, dia berkata, “Junia, kok kamu bisa bareng sama Albert?”Kemudian, Desy berbicara dengan putranya yang baru saja turun dari mobil, “Papamu bilang kamu menghilang begitu pulang kerja. Albert, papamu lagi sibuk sekarang. Kamu harus bantu papamu.”Suaminya bilang cabang Adhitama awalnya memiliki hubungan bisnis dengan
“Om belum pulang?”“Masih ada perjamuan dengan klien. Dia nggak akan pulang sebelum jam 12.”Adik perempuan Albert masih kuliah. Karena saat ini sedang libur semester, adiknya jalan-jalan dengan teman-temannya dan akan kembali sebelum Tahun Baru. Jadi saat ini tidak ada orang lain di rumah. Desy dan Junia duduk berdua di sofa, sedangkan Albert duduk di samping mereka sambil menatap sang ibu dengan gugup.“Junia, kamu mau ngomong apa sama Tante?”“Tante, aku mau jelaskan lebih dulu. Masalah ini bukan salah Olivia. Tante dengar dulu baru boleh marah. Tapi Tante hanya boleh marah sama anak Tante, jangan salahkan Olivia.”Junia melakukan antisipasi terlebih dahulu. Bagaimanapun, dia harus melindungi Olivia.“Kalau Tante marah pada Olivia, aku nggak akan datang ke rumah Tante lagi.”“Ada apa, sih? Kenapa kamu sampai ngomong seperti itu? Tante nggak akan marah pada Olivia. Kamu dan Olivia sudah berteman belasan tahun. Tante juga lihat dia dari kecil sampai dewasa sekarang. Dia anak yang peng
“Tante, aku datang ke sini dengan mobil Albert. Aku nggak bawa mobil sendiri. Tante tolong suruh sopir antar aku kembali ke toko.”Desy berusaha menahan amarahnya. Dia memanggil seorang pelayan dan menyuruhnya untuk memberi tahu sopir agar sopir mengantar Junia pulang.Setelah Junia pergi, Desy memukul putranya lagi dan memarahinya, “Albert, kamu mau buat Mama mati kesal? Olivia tiga tahun lebih tua dari kamu. Latar belakangnya juga kurang bagus. Kamu sudah buta bisa suka sama dia?”“Ma, bukannya Mama sangat suka sama Kak Olivia?” tukas Albert, “lagi pula, apa salahnya kalau dia tiga tahun lebih mudah? Bukan 30 tahun lebih tua. Kenapa latar belakang Kak Olivia nggak bagus? Keluarganya bukan preman, hanya petani biasa. Dia nggak pernah melakukan sesuatu yang ilegal, sama sekali nggak ada catatan kriminal.”Desy sangat marah, “Mama suka sama dia, karena dia teman Junia. Mama anggap dia seperti keponakan sendiri. Terus dia nggak ada hubungan sama kamu, makanya Mama bisa suka sama dia. Ka
Ada beberapa hal yang tidak ingin Albert hadapi, tapi dia tahu dengan sangat jelas. Olivia tidak memiliki bekingan. Sedangkan ibunya adalah nyonya keluarga Pratama. Dibandingkan dengan Olivia, keluarga Pratama jauh lebih kaya dan berkuasa. Jika ibunya ingin melakukan sesuatu pada Olivia, maka Olivia tidak akan sanggup melawan ibunya. Olivia hanya bisa meninggalkan Kota Mambera.“Bukan coba, tapi harus. Pokoknya harus, ingat itu!” perintah Desy dengan dingin.Desy bisa melakukan apa pun yang telah dia katakan. Dia langsung memanggil dua pengawal dan menyuruh mereka, “Mulai sekarang kalian berdua selalu ikuti Albert. Selama dia pergi ke SMP Negeri Kota Mambera, kalian langsung beri tahu aku.”Wajah Albert menjadi pucat pasi. Di sisi lain, sopir keluarga Pratama mengantar Junia kembali ke toko. Olivia telah memindahkan semua rak di depan toko ke dalam toko. Kemudian, dia juga mengemas semua bahan dan alat untuk membuat barang kerajinan tangannya. Dia juga membungkus sayur dan makanan ri
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap