“Tante, aku datang ke sini dengan mobil Albert. Aku nggak bawa mobil sendiri. Tante tolong suruh sopir antar aku kembali ke toko.”Desy berusaha menahan amarahnya. Dia memanggil seorang pelayan dan menyuruhnya untuk memberi tahu sopir agar sopir mengantar Junia pulang.Setelah Junia pergi, Desy memukul putranya lagi dan memarahinya, “Albert, kamu mau buat Mama mati kesal? Olivia tiga tahun lebih tua dari kamu. Latar belakangnya juga kurang bagus. Kamu sudah buta bisa suka sama dia?”“Ma, bukannya Mama sangat suka sama Kak Olivia?” tukas Albert, “lagi pula, apa salahnya kalau dia tiga tahun lebih mudah? Bukan 30 tahun lebih tua. Kenapa latar belakang Kak Olivia nggak bagus? Keluarganya bukan preman, hanya petani biasa. Dia nggak pernah melakukan sesuatu yang ilegal, sama sekali nggak ada catatan kriminal.”Desy sangat marah, “Mama suka sama dia, karena dia teman Junia. Mama anggap dia seperti keponakan sendiri. Terus dia nggak ada hubungan sama kamu, makanya Mama bisa suka sama dia. Ka
Ada beberapa hal yang tidak ingin Albert hadapi, tapi dia tahu dengan sangat jelas. Olivia tidak memiliki bekingan. Sedangkan ibunya adalah nyonya keluarga Pratama. Dibandingkan dengan Olivia, keluarga Pratama jauh lebih kaya dan berkuasa. Jika ibunya ingin melakukan sesuatu pada Olivia, maka Olivia tidak akan sanggup melawan ibunya. Olivia hanya bisa meninggalkan Kota Mambera.“Bukan coba, tapi harus. Pokoknya harus, ingat itu!” perintah Desy dengan dingin.Desy bisa melakukan apa pun yang telah dia katakan. Dia langsung memanggil dua pengawal dan menyuruh mereka, “Mulai sekarang kalian berdua selalu ikuti Albert. Selama dia pergi ke SMP Negeri Kota Mambera, kalian langsung beri tahu aku.”Wajah Albert menjadi pucat pasi. Di sisi lain, sopir keluarga Pratama mengantar Junia kembali ke toko. Olivia telah memindahkan semua rak di depan toko ke dalam toko. Kemudian, dia juga mengemas semua bahan dan alat untuk membuat barang kerajinan tangannya. Dia juga membungkus sayur dan makanan ri
Setelah tidur selama beberapa jam di kantor, Stefan yang disebut picik oleh Olivia baru bangun. Begitu dia membuka matanya, dia mendapati tubuhnya ditutupi dengan mantel tebal. Dia menyingkirkan mantel itu terlebih dahulu, lalu melihat jam tangannya.“Sudah jam sembilan malam.”Stefan kaget sendiri. Bisa-bisanya dia tidur begitu lama. Ada beberapa kotak makan di atas mejanya. Semua itu makan malam yang dibawakan oleh manajer umum kantor cabang. Mungkin manajer itu melihat Stefan sedang tidur. Karena itu, dia tidak membangunkan Stefan. Sepertinya dia juga yang menutupi tubuh Stefan dengan mantel.Stefan duduk tegak dan terdiam selama beberapa menit. Kemudian, dia berdiri lalu pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air dingin agar lebih segar.Beberapa menit kemudian, Stefan baru keluar dari kamar mandi. Dia kembali ke meja kerjanya dan membuka beberapa kotak makan di atas meja. Makanan di dalam kotak makan masih panas. Dia pun duduk dan mulai makan.Pada saat yang sama, Stefa
“....”“Ada apa dengan kalian berdua? Jelas-jelas hubungan kalian sudah membaik, sering pamer kemesraan pula. Tiba-tiba kalian bertengkar lagi. Pantas saja istrimu pergi ke bar. Gara-gara kamu, sih,” kata Reiki.“Kamu bantu aku cari tahu dulu mereka pergi ke bar mana, sudah berapa lama mereka di sana, mereka mabuk, nggak. Kalau sudah tahu, cepat kabari aku.”“Oke, aku segera periksa.”Reiki langsung menutup telepon. Kemudian, dia menyuruh seseorang untuk mencari tahu ke mana dua perempuan itu.Sambil menunggu balasan dari Reiki, Stefan menghubungi kru jet pribadinya dan memberi perintah, “Kalian segera bersiap untuk perjalanan pulang. Aku akan kembali ke Kota Mambera dalam sepuluh menit.”Stefan tidak membiarkan Olivia mengantarnya ke bandara ketika akan melakukan perjalanan bisnis. Pertama, karena dia harus kembali ke perusahaan terlebih dahulu. Kedua, sebenarnya Stefan tidak memesan tiket karena dia pergi dengan jet pribadi.Anggota kru yang telah menerima pemberitahuan dari Stefan s
Pada akhirnya, Stefan menyerah untuk menelepon lagi. Untung saja, ada panggilan masuk dari Reiki.“Reiki, mereka lagi di bar mana?” Begitu mengangkat telepon, Stefan langsung bertanya dengan panik.Reiki pun mengambil kesempatan untuk mengoloknya ketika mendengar nada bicara Stefan yang panik, “Kamu panik? Panik sampai ingin lompat tembok? Panik sampai ingin segera kembali ke sini?”“Reiki!”Di saat seperti ini, Reiki masih bisa mengolok-oloknya. Stefan memang panik, sangat panik hingga dia berharap bisa menjadi manusia super yang bisa segera kembali ke Kota Mambera.Reiki tertawa cekikikan, “Jarang-jarang bisa lihat kamu begini. Hanya istrimu yang punya kemampuan bisa buat kamu panik tapi nggak berdaya.”Apa pun yang terjadi, Stefan selalu bersikap tenang. Benar-benar kesempatan langka bisa melihatnya tergesa-gesa seperti ini.“Mereka ada di No Limit. Mereka sampai di sana setengah jam yang lalu. Selain Junia, ada adik laki-laki Junia juga.”Begitu mendengar kabar itu, Stefan langsung
“Aku masih sangat sadar sekarang. Minum dua gelas lagi juga nggak akan mabuk,” kata Olivia.“Jangan minum lagi,” kata Junia, “kita datang ke sini hanya untuk minum dua gelas. Kalau minum terlalu banyak akan merusak badan.”Olivia menatap Junia dengan mata kabur. Setelah diam sejenak, Junia berdiri dan pergi. Tidak lupa dia mengingatkan adiknya untuk mengawasi Olivia. Sesaat kemudian, Junia kembali ke tempat duduknya. Dia mengambil pensil dan beberapa lembar kertas, serta segelas minuman.“Habis satu gelas ini jangan minum lagi. Aku minta beberapa lembar kertas biar kamu bisa gambar.”“Kak, Kak Olivia sudah mabuk begini. Memangnya dia masih bisa menggambar?”Olivia berkata kalau dia tidak mabuk. Namun sebenarnya, perempuan itu sudah mabuk. Junia sendiri tidak menjawab pertanyaan adiknya. Dia langsung menyerahkan pensil dan kertas kepada Olivia. Olivia mengambil barang-barang itu. Dia bahkan tidak minum lagi. Dia hanya fokus menggambar di atas kertas.Pertama-tama, Olivia menggambar sebu
“Junia?”Tiba-tiba terdengar suara yang menyebut nama Junia. Junia dan Alex serempak menoleh ke arah datangnya suara. Sedangkan Olivia masih minum dengan tenang. Seolah-olah dia tidak melihat Reiki.“Pak Reiki?” Junia sangat terkejut bisa bertemu Reiki di tempat ini.Reiki segera memberi penjelasan, “Akhir pekan biasanya aku ajak teman-teman datang ke sini untuk bersantai. Aku nggak menyangka bisa bertemu kamu di sini. Boleh aku duduk di sini?”Junia tertawa dan berkata, “Lagian kamu juga sudah duduk. Temanmu masih belum datang?”Junia hanya melihat Reiki seorang. Setelah duduk, Reiki menyapa Olivia. Olivia hanya mengangguk pelan, itu sudah termasuk menanggapi sapaannya.“Teman-temanku sudah pergi.”Reiki tiba-tiba melihat lukisan yang dilukis Olivia dan bertanya pada Junia, “Siapa yang lukis? Boleh aku lihat sebentar?”Junia melihat ke arah Olivia. Reiki langsung tahu kalau itu adalah lukisan Olivia. Olivia masih sibuk minum sendiri, dia sama sekali tidak bicara. Reiki mengira Olivia
“Oliv.” Junia bergegas memapah Olivia.“Aku masih bisa minum ....”Setelah Junia memapahnya, Olivia masih berkata kalau dia masih sanggup minum dua gelas lagi. Reiki spontan berpikir ketika melihat penampilan Olivia yang seperti itu. Dia ingin mengeluarkan ponselnya untuk merekam video, tapi merasa tidak enak hati. Akan tetapi, tempat ini ada kamera CCTV. Dia bisa mengambil rekaman CCTV dan memperlihatkannya kepada Stefan.Setelah akhirnya mendapatkan istri yang memuaskan, Stefan malah tidak menghargainya baik-baik. Dia selalu bertengkar dan perang dingin dengan istrinya, membuat orang-orang disekitarnya juga ikut kesusahan.“Olivia, kamu sudah mabuk. Aku antar kamu pulang.”Junia berdiri, lalu meminta maaf kepada Reiki, “Maaf, Pak Reiki. Olivia sudah mabuk. Aku antar dia pulang dulu.”“Kamu tadi juga minum, nggak boleh bawa mobil. Aku nggak minum, biar aku yang antar kalian saja.”Reiki datang ke sini memang demi Junia. Oleh karena itu, dia sama sekali tidak minum alkohol, agar mendap