Beberapa menit kemudian, Olivia bangun dan duduk di tempat tidur. Setelah berpikir sejenak, dia pun turun dari tempat tidur. Kemudian, dia mulai mengemasi barang keperluannya sehari-hari lalu membawa semua barang itu kembali ke kamarnya.Olivia tidak ingin tidur di kamar dan tempat tidur Stefan lagi. Begitu, Olivia marah, dia pun pindah kembali ke kamarnya sendiri. Sedangkan Stefan yang di sana juga masih merajuk. Setelah menerima pesan dari Olivia, dia hanya membaca pesan itu. Dia tidak membalas, malah langsung menghapusnya.Hanya ada satu hal dalam pikiran Stefan saat ini. Olivia menyalahkannya karena berpikiran sempit. Perempuan itu tidak menganggapnya sebagai keluarga.Stefan meletakkan ponselnya di atas meja. Dia berdiri lalu berjalan mondar-mandir di dalam kantornya. Dia terlihat sangat kesal. Pada akhirnya, dia pergi membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Setelah minum kopi, Stefan memaksakan diri untuk tenang dan mulai bekerja lagi. Dia berencana untuk bekerja sepanjang
“Non Oliv nggak usah terburu-buru. Sarapan saja dulu. Non Odelina baru saja telepon dan bilang sama aku kalau dia sudah antar Russel ke toko. Non Junia ada di toko. Nanti kita langsung ke toko saja. Nggak usah pergi jemput Russel lagi.”Olivia spontan menghela naaps. Dia pun berjalan ke meja makan dan duduk. Bi Lesti membuat pangsit dengan berbagai isian untuknya hari ini. Selain itu ada bubur dan sawi asin.Sawi asin ....Olivia mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto sawi asin di piring kecil. Kemudian, dia mengirim foto itu kepada Stefan. Tentu saja, pria itu tidak membalasnya. Olivia pun menggerutu pelan.“Non, pangsitnya nggak enak, ya?”Bi Lesti mendengar Olivia sedang menggerutu. Dia mengira pangsit buatannya tidak enak. Karena itu dia bertanya, “Non suka pangsit dengan isian apa bilang saja sama aku. Aku akan buatkan untuk Non besok.”“Aku nggak pilih-pilih, Bi. Aku suka makan apa saja,” kata Olivia. “Bi Lesti duduk juga sini. Kita makan sambil ngobrol.”Stefan tidak ada di r
“Semua itu karena Stefan belum sepenuhnya anggap aku sebagai keluarganya. Dia saja nggak bisa, atas dasar apa dia tuntut aku harus bisa? Dia itu benar-benar seenaknya saja. Pokoknya dia harus selalu diutamakan. Kalau nggak, dia akan marah dan bilang aku nggak anggap dia sebagai keluarga.”“Aku juga marah, dong. Aku bilang dia egois, berpikiran sempit. Habis itu, dia langsung tutup telepon. Aku kirim pesan ke dia, dia sama sekali nggak balas. Dia selalu seperti ini. Begitu marah langsung nggak mau balas pesan, nggak mau angkat telepon. Kayak perempuan saja.”Bi Lesti, “....”Stefan memang benar seperti itu. Olivia sama sekali tidak salah. Sejak kecil, Stefan sudah dibesarkan sebagai seorang penerus. Semua adik-adiknya menghormatinya, mendahulukannya dalam segala hal. Setelah Stefan mengambil alih Adhitama Group, baik nenek maupun orang tuanya semua lepas tangan. Mereka membiarkan Stefan menjadi pemimpin Adhitama Group yang sebenarnya. Di Adhitama Group, keputusan tertinggi ada di tanga
Olivia melihat Bi Lesti masih bersih-bersih, karena itu dia tidak terlalu memikirkannya. Dia pun pergi lebih dulu.Bi Lesti mengantar Olivia sampai ke depan pintu. Setelah melihat Olivia masuk ke dalam lift, Bi Lesti baru kembali ke rumah. Dia bergegas mengambil ponselnya untuk menelepon Stefan.Awalnya, Stefan tidak mengangkat telepon. Bi Lesti berulang kali meneleponnya, dia tetap tidak mengangkat. Bi Lesti tidak punya pilihan selain mengiriminya pesan.“Den Stefan, Non Oliv minum obat.”Kemudian, kurang dari satu menit, Stefan menelepon Bi Lesti lebih dulu.“Oliv minum obat apa, Bi?”Suara Stefan terdengar sama seperti biasanya, berat dan dingin. Bi Lesti sudah mengenalnya dengan baik. Bi Lesti tahu kalau Stefan sedang tegang dari kata-katanya.“Non Oliv bilang dia nggak bisa tidur nyenyak. Sakit kepala, sakit mata. Dia minum obat pereda sakit tadi.”Stefan seketika diam seribu bahasa. Buat dia kaget saja. Bi Lesti juga tidak berkata dengan jelas, hanya bilang Olivia minum obat. Ste
Pada saat Olivia tiba di toko, dia kebetulan melihat Reiki keluar dari toko. Pria itu berjalan sambil menoleh ke belakang dan melambaikan tangannya. Olivia tahu kalau Reiki sedang bicara dengan Junia tanpa perlu ditanya.Begitu melihat Olivia, Reiki spontan menyapanya dengan sopan. Olivia membalasnya dengan senyum sopan. Dia tidak terlalu akrab dengan Reiki, tapi dia tahu identitas asli Reiki. Oleh karena itu, dia sedikit berhati-hati ketika dekat dengan Reiki.Reiki dan Olivia juga tidak memiliki topik pembicaraan. Lagi pula, Olivia adalah istri temannya. Di saat Stefan sedang tidak ada, dia tidak boleh terlalu banyak melakukan kontak dengan Olivia.“Bu Olivia, aku kembali ke kantor dulu.”“Hati-hati di jalan, Pak Reiki.”Reiki tersenyum, lalu masuk ke mobil. Kemudian, dia bergegas pergi dari sana. Setelah itu, Olivia baru masuk ke dalam toko. Begitu masuk ke dalam toko, Olivia melihat buket mawar besar di meja kasir.Kalau dilihat sekilas, ada 99 tangkai bunga mawar. Selain bunga maw
Pada akhirnya, Junia memberanikan diri untuk bertanya kepada Amelia tentang Reiki. Dia pun mengetahui kalau Reiki benar-benar ingin menghukum seseorang, hidup orang itu akan lebih buruk daripada kematian.Reiki paling suka menghukum orang dengan cara membuat orang itu kehilangan semua yang dia miliki sedikit demi sedikit. Reiki itu akan membuat orang itu merasa putus asa. Cara seperti itu sangat menyiksa.Oleh karena itu, Junia khawatir kalau dia langsung menolak Reiki, pria itu akan tersinggung. Kemudian, pria itu akan menghukum Stefan.“Aku coba jalani dulu. Tenang saja, aku nggak akan memaksakan diri,” kata Junia.Junia masih khawatir. Namun, kalau dia benar-benar tidak akan memaksakan dirinya untuk bersama dengan orang yang tidak disukainya.“Oliv, kalian nggak jadi pergi ke rumah tantemu tadi malam? Waktu kakakmu antar Russel ke sini, aku kaget saat lihat wajahnya.”Olivia langsung terlihat marah ketika masalah itu diungkit kembali. Dia pun memaki semua anggota keluarga Pamungkas.
Olivia berbalik lalu berjalan kembali ke kantor. Rekan kerjanya itu masih asyik berbicara dengan yang lainnya. Odelina langsung berjalan ke meja orang itu.Baru pada saat itulah orang itu menyadari kalau Odelina kembali lagi ke kantor. Rasanya sangat malu ketika tertangkap basah sedang berbicara buruk tentang orang lain. Apalagi tertangkap basah oleh orang itu sendiri. Perempuan itu sontak kaget dan tidak tahu harus berkata apa.“Kamu naksir Pak Daniel, ya?”Begitu Odelina buka suara, wajah perempuan itu langsung memerah.“Nggak, kok.” Perempuan itu membantah.“Kalau begitu kenapa kamu sebar gosip aku punya hubungan pribadi dengan Pak Daniel? Dari kata-katamu aku tahu kamu cemburu. Kamu diam-diam naksir Pak Daniel. Makanya kamu selalu ngomong yang buruk tentang aku.”“Tapi terserah kalian percaya atau nggak, aku sama sekali nggak ada perasaan pada Pak Daniel. Aku memang sudah cerai, suamiku yang b*jingan itu selingkuh. Untuk apa aku pertahankan pernikahan seperti itu? Aku cerai, lalu k
Daniel berkata sendiri, “Aku tahu karena aku rekrut kamu, hal itu malah buat kamu kesulitan di perusahaan. Kamu nggak perlu khawatir apa yang orang lain katakan. Lakukan saja pekerjaanmu sendiri.”“Pak Daniel, aku ingin mengundurkan diri.”Daniel menatap Odelina dengan tatapan lekat, lalu bertanya, “Kenapa mau mengundurkan diri?”Odelina terdiam dengan kepala tertunduk sejenak, lalu dia mengangkat wajahnya dan berkata, “Selama ini aku bertahan karena aku harus memperjuangkan hak asuh anakku kalau aku bercerai. Aku terus bersabar saat orang-orang bilang aku masuk ke perusahaan ini dengan koneksi, saat mereka diam-diam jadikan aku sebagai target. Karena aku butuh pekerjaan ini. Dengan memiliki pekerjaan tetap aku baru bisa memperjuangkan hak asuh Russel.”“Sekarang kamu sudah bercerai dan mendapatkan hak asuh atas anakmu. Jadi kamu ingin mengundurkan diri? Kamu bahkan belum menyelesaikan masa percobaan,” ujar Daniel. “Kamu orang yang memiliki kemampuan kerja. Aku rasa dari awal kamu suda
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu