Setelah sore yang sibuk dan menghebohkan, situasinya pun kembali tenang setelah hari gelap.Dulu, Odelina sangat serius dan menghabiskan banyak uang untuk mendekorasi rumah ini. Sekarang, dia sudah membawa pergi semua barang elektronik yang dia beli. Rumah kontrakannya tidak muat, jadi dia hanya memilih beberapa barang yang sering digunakan. Barang-barang yang lain tidak dia titipkan ke rumah adiknya, melainkan dia jual dengan harga diskon.Ini bisa dibilang juga merupakan perpisahan dengan masa lalu.Karena rumah kontrakan Odelina belum dibersihkan dan dibereskan dengan baik, dia tidak bisa memasak dengan nyaman. Dia pun mentraktir semua orang untuk makan di restoran hotel.Ini juga untuk merayakan hari di mana dia kembali menjadi single.Odelina dengan senang hati mengucapkan selamat tinggal pada masa lalunya. Di sisi lain, Roni juga tidak diam saja.Pukul sembilan malam, dia pergi ke apartemen sewaan Yenny.“Yenny, barang-barangmu cuma sedikit ini?”Melihat Yenny tidak banyak berkem
“Rumah kita di lantai berapa?”“Lantai enam belas.”Roni mengeluarkan koper Yenny dari mobil, lalu menyeret koper itu dan masuk ke dalam bersama Yenny.Dia bertemu dengan seorang tetangga yang dia kenal di pintu masuk lift. Setelah saling menyapa, tetangga itu berkata, “Pak Roni, bukannya istrimu sudah membawa banyak orang untuk pindahan pada sore hari? Kenapa Bapak masih di sini?”“Dia memindahkan barang-barangnya sendiri.”Orang itu melihat Yenny dan sepertinya langsung mengerti.Dia tersenyum pada Roni, lalu berjalan pergi.Pantas saja Odelina mengejar pria ini sambil memegang pisau waktu itu. Ternyata pria ini berselingkuh.Mereka mungkin sudah bercerai kali, ya?Begitu Odelina keluar dari rumah, Roni langsung membawa seorang pria cantik pulang. Kalau belum bercerai, pria itu tidak mungkin berani melakukannya dengan terang-terangan.“Apa pria itu tahu sesuatu?”Bagaimanapun juga, Yenny adalah seorang selingkuhan. Jadi, dia tidak percaya diri.Roni menyeret koper dengan satu tangan
“Buk!” Ponsel Roni jatuh ke lantai dan layarnya pecah.Roni buru-buru membungkuk untuk memungut ponselnya. Dia tidak sempat untuk mengurusi layar ponselnya yang rusak itu dan kembali mengamati rumahnya lagi.Yenny juga mengeluarkan ponselnya, menyalakan senter, dan melihat pemandangan di dalam rumah itu bersama Roni. Bukan hanya tidak ada dekorasi yang mewah, tapi bahkan lebih jelek dari rumah yang belum didekorasi.“Roni, apa kita salah masuk rumah?” Yenny masih tidak percaya.Roni melangkah masuk dan berkata, “Nggak mungkin, kalau kita salah masuk, kunciku nggak akan bisa membuka pintunya.”“Ini rumahku. Kenapa jadi seperti ini? Mana perabotan dan barang-barang elektroniknya? Cuma tinggal ini?” Raut muka Roni semakin masam.Dia berdiri di depan meja makan. Meja ini dia yang beli.Tiba-tiba, dia mendapat pencerahan. Dia langsung mengerti.Odelina.“Odelina!” ujarnya.“Dia yang menghancurkan rumahku!” Dia sangat marah saat mengatakan ini.Yenny langsung berkata, “Ayo cepat lapor polisi
Roni berkata, “Ada begitu banyak sampah. Kamu juga nggak membuangnya!”Odelina tersenyum dan berkata, “Ketika aku sedang merenovasi rumah itu, ada banyak sampah juga di dalam rumah. Aku membayar orang untuk datang dan membersihkannya. Kamu juga nggak membayar uangnya padaku. Jadi, aku hanya memintanya kembali.”“Memangnya berapa sih biaya suruh orang datang bersih-bersih? Uang sedikit itu saja kamu juga perhitungan.”“Kenapa nggak diperhitungkan? Itu uangku. Uangku nggak datang dibawa angin. Untuk apa aku berikan padamu? Aku akan meminta kembali semua uang yang aku keluarkan.”Roni terdiam.Setelah beberapa lama, dia menggertakkan gigi dan berkata, “Odelina, kamu sangat kejam!”“Aku hanya mengambil kembali uang yang aku keluarkan untuk renovasi dan dekorasi rumah. Nggak bisa dibilang kejam. Rumah yang kamu beli waktu itu memang bentuknya seperti sekarang.”Roni menutup telepon dengan marah. Dia ingin membanting ponsel itu, tetapi Yenny dengan cepat menyambarnya, “Ini ponselku. Jangan d
Roni sangat marah, tapi Olivia merasa sangat puas hari ini.Setelah keluar dari rumah kontrakan kakaknya, Olivia masih tertawa terus sepanjang jalan.Stefan tersenyum berkata padanya, “Jangan tertawa terlalu keras, nanti perutmu sakit.”“Kalaupun perutku sampai sakit karena tertawa, aku tetap senang. Roni pasti sudah pulang ke rumah saat ini. Entah bagaimana reaksinya setelah melihat isi rumah itu? Pria itu pasti mengira dia salah masuk rumah. Hahaha. Aku nggak bisa menahan tawa kalau memikirkan reaksinya.”“Izinkan aku untuk tertawa. Hahaha.” Stefan dibuat tertawa oleh Olivia.Dia tertawa dengan sangat keras, sampai hampir menabrak lampu jalan. Dia sangat terkejut, cepat-cepat memutar setir mobilnya untuk menghindari lampu tersebut.Olivia juga sangat terkejut, sampai-sampai dia lupa untuk tertawa lagi.Ketika situasinya sudah aman, dia berkata, “Stefan, kamu bisa menyetir dengan baik, nggak sih? Kalau nggak bisa, mulai sekarang aku saja yang menyetir. Aku bisa menyetir dengan baik. M
“Oliv, kamu kenapa?” Stefan sadar ada yang tidak beres pada Olivia, jadi dia segera menghampiri wanita itu dan duduk di tepi tempat tidur. Dia mengulurkan tangannya untuk menarik wanita itu mendekatinya, lalu bertanya dengan prihatin, “Apa kamu nggak enak badan?”“Perutku sakit.”“Sakit perut? Apa karena kebanyakan makan tadi? Jadinya kekenyangan?”Olivia menatap pria itu dengan kesal.“Bukan? Lalu, kenapa kamu bisa sakit perut?”Olivia berbalik badan dan memunggungi Stefan. “Kamu nggak paham. Aku hanya perlu berbaring dan menahannya. Aku akan baik-baik saja.”Stefan mengerutkan kening.Dia berdiri, lalu membungkuk untuk menggendong Olivia dari tempat tidur. Kemudian, dia berkata dengan wajah serius, “Aku nggak mengerti tentang medis, dokter yang mengerti. Jadi, aku akan membawamu ke rumah sakit. Nggak boleh ditahan, kalau sampai ada masalah besar, mau menyesal pun sudah terlambat nanti.”“Nggak perlu ke rumah sakit. Aku hanya ... perutku sakit karena aku lagi datang bulan.”Stefan ber
Olivia duduk tegak dan mengambil teh jahe dan mulai meminumnya dengan perlahan. Setelah itu Olivia berbaring sejenak dan jauh merasa lebih baikan. Tidak tahu karena dia bisa merasakan perhatian dari Stefan atau karena khasiat dari teh jahe yang membuatnya sembuh.Setelah Stefan kembali dari membeli obat, lelaki itu sudah menemukan Olivia yang tengah duduk memainkan ponselnya dan membaca berita.“Sakit tapi masih main ponsel.”Stefan jalan mendekat dan mengambil ponsel perempuan itu dari tangannya. Setelah itu dia memberikan obat pada Olivia sambil berkata, “Sudah terlalu malam, apotik tutup semuanya. Aku ke rumah sakit terdekat dan minta dokter untuk resepkan obat. Setelah minum obat, kamu lanjut tidur lagi.”Olivia mendongak dan menatapnya dalam diam.“Kenapa?”Mendadak dia bangkit dan berdiri di hadapan lelaki itu. Kemudian Olivia langsung memeluk pinggang lelaki itu sambil berkata dengan nada penuh haru, “Stefan, kamu baik sekali padaku.”Stefan membalas pelukannya dan melihat teh j
Yang menjadi perhatian perempuan itu ternyata uang!Dia seorang tuan muda Adhitama, penguasa di Adhitama Group dengan keluarga yang memiliki kekayaan melimpah ternyata diragukan oleh istrinya sendiri bahwa dia tidak memiliki uang?!Stefan melepaskan pelukannya dan bangkit berdiri. Olivia hanya menatapnya dan mengira lelaki itu marah lagi.Dia ikut bangkit, tetapi kali ini Olivia tidak berencana membujuk Stefan lagi. Perempuan itu menuangkan air hangat untuk dirinya dan mulai meminum obat yang dibeli oleh Stefan.Stefan sudah tidak mempedulikan penampilannya dan langsung keluar membeli obat untuk Olivia. Kalau tidak dimakan olehnya, maka berarti Olivia sudah memandang ketulusan Stefan dengan sebelah mata. Bisa saja lelaki itu justru semakin marah padanya.Stefan kembali ke sisinya lagi dan berkata, “Sini tangan kamu!”“Kenapa?”Olivia mendongak dan melihat sebuah kotak merah yang ada di tangannya. “Cincin?” gumam perempuan itu.Stefan membuka kotak tersebut dan menggenggam tangan kiri O
Yohanna menanggapi sambil berjalan ke sofa dan duduk. Ronny mendorong pintu dan masuk, membawa makan siangnya. "Bu, sudah waktunya makan siang," katanya sambil menyusun hidangan satu per satu di meja. Karena hanya Yohanna yang makan, dia hanya menyiapkan tiga lauk dan satu sop, dengan porsi yang cukup untuk satu orang saja. Yohanna cukup pemilih dalam hal makanan. Tidak banyak yang benar-benar bisa membuatnya menikmati hidangan dengan senang hati, sehingga porsi makannya tidak terlalu besar. Saat melihat menu hari ini, dia menyadari bahwa hidangannya telah berganti dari kemarin. Namun, tetap saja terlihat menggugah selera dengan warna, aroma, dan rasa yang menarik. Ronny dengan perhatian mengambil semangkuk sop setengah penuh dan menyodorkannya kepadanya. "Makan sop dulu, biar tubuh Ibu lebih hangat," katanya lembut. Padahal, di dalam ruangan sudah ada pemanas, jadi Yohanna sama sekali tidak merasa kedinginan. Pakaian yang dia kenakan hanyalah seragam kerja sehari-hari, tanpa jak
Yohanna berkata, "Kalau dia masih belum menyerah, bilang saja padanya bahwa kalau mau bekerja sama dengan keluarga Pangestu, boleh saja. Suruh kepala keluarga mereka yang sebenarnya datang untuk membahas kerja sama. Dia hanya kepala keluarga sementara. Begitu kepala keluarga yang sah kembali, dia nggak punya kuasa apa pun dan nggak bisa mengambil keputusan." Dira langsung tertawa. "Kak, kalau kata-kata ini disampaikan ke dia, dia pasti akan marah sampai meledak di tempat. Semua orang tahu kalau dia bermimpi jadi kepala keluarga yang sah, tapi sayangnya, dia nggak punya totem keluarga Brata, nggak ada lencana kepala keluarga, dan juga nggak ada stempel resmi." "Seberapa banyak pun orang yang dia sogok, dia tetap bukan kepala keluarga yang sah. Statusnya nggak diakui." Di keluarga Brata, orang-orang yang ingin menyenangkan Lota akan menganggapnya sebagai kepala keluarga. Namun, mereka yang normal dan berprinsip akan menolak mengakui statusnya. Kepala keluarga Brata yang lama beserta
Yohanna sangat memahami bahwa para orang tua di keluarganya tidak setuju jika dia dan adiknya menikah jauh dari rumah. Saat ini, bisnis keluarga sebagian besar bergantung pada dia dan adik keduanya untuk dikelola. Adik ketiga dan keempat mereka kurang begitu kompeten, usianya juga masih muda, jadi untuk saat ini mereka belum bisa mengambil alih bisnis keluarga. Kecuali kalau kedua adik laki-laki mereka bisa mengelola bisnis keluarga di usia belasan tahun, kalau tidak, Yohanna dan Dira masih harus terus bekerja keras demi keluarga. Siapa suruh keluarga Pangestu lebih banyak perempuan daripada laki-laki? Dulu, Yohanna juga butuh banyak waktu dan mengalami banyak tekanan sebelum bisa berdiri teguh di dunia bisnis dan mencapai posisinya sekarang. Dira tertawa dan berkata, "Kak, aku juga sudah bilang, aku benar-benar nggak jatuh cinta pada Ronny." "Jangan membicarakan hal-hal yang terlalu jauh. Meskipun kita sudah menyelidiki latar belakangnya, kita sebenarnya belum benar-benar mengen
"Sibuk." Yohanna membalas pesan adiknya. "Aku tahu Kakak selalu sibuk, memangnya malam-malam nggak bisa luangin waktu buat telepon ke rumah?" "Semua di rumah kangen sama Kakak, terutama adik laki-lakimu, tiap hari dia tanya, kapan Kakak pulang?" Sebenarnya, yang bocah itu rindukan adalah masakan Ronny. Ketika Yohanna pergi dinas luar dan membawa serta lelaki itu, bocah itu bagaikan langitnya runtuh. Ronny punya daya tarik tersendiri dan juga pintar memasak. Dua tuan muda keluarga Pangestu sangat menyukainya. Tentu saja, hal ini tidak bisa dikatakan begitu saja kepada kakaknya, jadi mereka hanya bilang bahwa mereka merindukan sang kakak. Yohanna sangat mengerti sifat adiknya. Dia tersenyum dan berkata, "Jangan-jangan yang mereka rindukan itu masakan Ronny? Meskipun dia nggak ada, mereka juga nggak akan kelaparan." Di rumah tidak hanya ada satu koki. Secara teknis, Ronny adalah koki pribadi miliknya. Keluarga di rumah hanya kebagian keberuntungan karena bisa mencicipi masakan Ronny
Alasan utamanya karena Yohanna ingin mempersingkat perjalanan bisnisnya, sehingga dia lembur setiap hari dan baru bisa kembali ke hotel untuk beristirahat pada larut malam. Sering kali, dia harus pergi kerja seperti biasa keesokan harinya.Kurang istirahat membuatnya tidak berenergi. Setiap hari Yohanna harus minum beberapa cangkir kopi agar tetap bisa bekerja.Yohanna berdiri dan berjalan ke depan jendela untuk melihat dunia luar. Di cuaca yang dingin, ada beberapa orang yang berjalan dengan tergesa-gesa di jalan. Tidak banyak orang.Ronny bilang kalau di Kota Mambera, baik siang maupun malam, ada banyak orang yang berlalu lalang. Kota itu hanya akan menjadi sepi saat Tahun Baru. Karena pekerja dari luar akan pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru.Paling hanya beberapa hari. Saat mereka kembali ke kota, Kota Mambera kembali ke suasana ramai dan sibuk seperti biasanya.Untungnya selama beberapa hari ini ada Ronny yang mengatur jadwal makan tiga kali sehari Yohanna. Tidak peduli ses
“Jangan tidur dulu. Kompres mukamu pakai es. Masih merah dan bengkak. Kalau kamu tidur, aku juga akan kompres pakai es. Nanti kamu malah jadi kebangun juga.”Vandi tahu Felicia malu. Dia mencium wajah Felicia yang merah dan bengkak, lalu berkata, “Aku milikmu, akan selalu jadi milikmu. Aku hanya nikmati sebentar, kamu sudah malu begini.”“Siapa bilang aku malu. Mukaku tebal, nggak akan merasa malu. Kamu sendiri juga bilang, kamu milikku. Memangnya kenapa kalau aku cium sebentar? Sekalipun aku tiduri kamu, kamu juga nggak boleh lawan.”Felicia tidak mau mengaku kalau dia malu. Vandi mengambil es dan menempelkannya ke wajah Felicia. Dia tertawa ketika mendengar ucapan Felicia barusan.“Silakan tiduri aku, kapan saja juga boleh. Tapi lebih baik beritahu aku dulu. Aku bisa bersih-bersih dulu sebelum kamu nikmati.”Felicia, “....”“Lain kali harus menghindar. Dua sisi bengkak begini.”Felicia terdiam sejenak, lalu berkata, “Aku yang khianati dia lebih dulu. Sudah seharusnya dia marah. Seka
“Vandi, setelah masalah ini selesai, bagaimana kalau kita tinggalkan Kota Cianter? Jauhi semua ini. Nggak perlu pergi jauh-jauh. Pergi dari pusat kota juga sudah cukup.”Felicia ingat kalau perusahaannya masih di Kota Cianter, tapi tidak di pusat kota. Dia telah menghabiskan beberapa tahun untuk mengembangkan perusahaan itu. Dia tidak berencana pindah untuk sementara waktu.Memindahkan perusahaan ke kota baru dan lingkungan baru sama saja dengan memulai dari awal lagi. Itu tidak baik untuk perkembangan perusahaan.“Selama Bu Felicia ingin pergi, aku akan selalu menemani. Sudah kubilang, aku akan jadi milik Bu Felicia selamanya,” jawab Vandi.Tidak peduli urusan pekerjaan maupun pribadi, tubuh dan hati Vandi hanya akan menjadi milik Felicia seorang. Felicia mendongak dan menatap Vandi. Dia bisa melihat perasaan mendalam dari mata pria itu.Felicia tiba-tiba merasa Vandi sebenarnya cukup tampan. Tidak setampan Rika, juga tidak setampan pria dari keluarga Adhitama. Namun dibandingkan deng
Saking kerasnya, Patricia mencolok dahi Felicia dengan jarinya dan marah, “Sebenarnya apa yang ada di otakmu? Kenapa kamu begitu keras kepala dan ngotot mengalah? Untuk apa kamu pikirkan masa lalu? Sekarang aku yang kelola keluarga Gatara. Aku ibu kandungmu, bukan tantemu. Tantemu sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Semua sudah berubah!”“Coba kamu lihat drama-drama sejarah dulu. Mana ada yang naik tahta tanpa pertumpahan darah? Banyak raja yang bisa naik tahta setelah bunuh saudara-saudaranya. Habis itu dia baru jadi raja. Kalau anak saudaranya datang untuk minta kembali tahta itu, apa dia akan kembalikan? Nggak, sama sekali nggak mungkin!”Felicia terdiam. Tidak peduli apa pun yang ibunya katakan, dia tetap tidak setuju dengan cara kerja ibunya. Alasan utamanya karena dia ingin mengundurkan diri dari persaingan memperebutkan posisi kepala keluarga Gatara. Dia merasa dia bisa menciptakan kerajaan baru untuk dirinya sendiri dengan kemampuannya sendiri.Dengan begitu, Felicia bisa
Anak muda yang tidak mau bekerja biarkan saja mereka kelaparan. Biaya hidup untuk anak muda harus dihapuskan. Saat mereka tidak memiliki siapa-siapa untuk diandalkan, mereka akan keluar untuk mencari pekerjaan dan menjadi mandiri. Hanya dengan begitu baru bisa dipilih yang mana yang bagus untuk diambil dan dilatih jadi penerus. Akomodasi untuk orang lanjut usia tidak diubah juga tidak masalah.“Di keluarga banyak orang yang nggak berguna, hanya bisa andalkan kita untuk cari uang dan hidupi mereka. Mama ingin ubah keluarga ini dan jadi miliki keluarga kita saja. Tapi Mama butuh kerja samamu.”“Felicia, Mama sudah berkorban banyak untuk dapatkan posisi kepala keluarga ini. Mama juga sudah kerja keras selama puluhan tahun. Meskipun kemampuan Mama terbatas dan gagal bawa keluarga kembali ke puncak kejayaan, seenggaknya Mama sudah memusatkan kekuasaan dan kepentingan sedikit demi sedikit. Sekarang para tetua susah mau menggoyahkan kekuasaan kepala keluarga.”“Kalau mereka berani bicara, Mam