Stefan pernah bilang, kalau temannya ini bukan pria yang berkualitas, dia tidak akan berani memperkenalkannya pada Junia. Perkataannya itu masih bisa dipercaya.Reiki merasa agak kecewa. Dia datang di waktu yang tidak tepat.Dia menoleh ke arah Junia. Junia awalnya sedang mengawasi semua orang untuk memindahkan barang. Ketika melihat Reiki, dia langsung berjalan menghampiri pria itu.Dia menyapa dengan ramah, âPak Reiki.ââBu Junia.âReiki membalas senyuman wanita itu, lalu bertanya dengan peduli, âApa demammu sudah sembuh?ââSudah. Makasih sudah bertanya.âOlivia diam-diam menarik Stefan untuk pergi menjauh, agar Reiki dan Junia bisa mengobrol berdua.Olivia memuji suaminya, âStefan, rekan kerjamu ini oke juga. Dia juga petinggi di perusahaan, âkan? Saat kamu keluar dari hotel waktu itu, aku melihat dia juga ada di sana.ââIya, dia juga seorang petinggi perusahaan. Jabatannya sangat tinggi. Semua orang memanggilnya Pak Reiki dengan hormat.âSetelah itu, Stefan mencondongkan diri ke te
Setelah sore yang sibuk dan menghebohkan, situasinya pun kembali tenang setelah hari gelap.Dulu, Odelina sangat serius dan menghabiskan banyak uang untuk mendekorasi rumah ini. Sekarang, dia sudah membawa pergi semua barang elektronik yang dia beli. Rumah kontrakannya tidak muat, jadi dia hanya memilih beberapa barang yang sering digunakan. Barang-barang yang lain tidak dia titipkan ke rumah adiknya, melainkan dia jual dengan harga diskon.Ini bisa dibilang juga merupakan perpisahan dengan masa lalu.Karena rumah kontrakan Odelina belum dibersihkan dan dibereskan dengan baik, dia tidak bisa memasak dengan nyaman. Dia pun mentraktir semua orang untuk makan di restoran hotel.Ini juga untuk merayakan hari di mana dia kembali menjadi single.Odelina dengan senang hati mengucapkan selamat tinggal pada masa lalunya. Di sisi lain, Roni juga tidak diam saja.Pukul sembilan malam, dia pergi ke apartemen sewaan Yenny.âYenny, barang-barangmu cuma sedikit ini?âMelihat Yenny tidak banyak berkem
âRumah kita di lantai berapa?ââLantai enam belas.âRoni mengeluarkan koper Yenny dari mobil, lalu menyeret koper itu dan masuk ke dalam bersama Yenny.Dia bertemu dengan seorang tetangga yang dia kenal di pintu masuk lift. Setelah saling menyapa, tetangga itu berkata, âPak Roni, bukannya istrimu sudah membawa banyak orang untuk pindahan pada sore hari? Kenapa Bapak masih di sini?ââDia memindahkan barang-barangnya sendiri.âOrang itu melihat Yenny dan sepertinya langsung mengerti.Dia tersenyum pada Roni, lalu berjalan pergi.Pantas saja Odelina mengejar pria ini sambil memegang pisau waktu itu. Ternyata pria ini berselingkuh.Mereka mungkin sudah bercerai kali, ya?Begitu Odelina keluar dari rumah, Roni langsung membawa seorang pria cantik pulang. Kalau belum bercerai, pria itu tidak mungkin berani melakukannya dengan terang-terangan.âApa pria itu tahu sesuatu?âBagaimanapun juga, Yenny adalah seorang selingkuhan. Jadi, dia tidak percaya diri.Roni menyeret koper dengan satu tangan
âBuk!â Ponsel Roni jatuh ke lantai dan layarnya pecah.Roni buru-buru membungkuk untuk memungut ponselnya. Dia tidak sempat untuk mengurusi layar ponselnya yang rusak itu dan kembali mengamati rumahnya lagi.Yenny juga mengeluarkan ponselnya, menyalakan senter, dan melihat pemandangan di dalam rumah itu bersama Roni. Bukan hanya tidak ada dekorasi yang mewah, tapi bahkan lebih jelek dari rumah yang belum didekorasi.âRoni, apa kita salah masuk rumah?â Yenny masih tidak percaya.Roni melangkah masuk dan berkata, âNggak mungkin, kalau kita salah masuk, kunciku nggak akan bisa membuka pintunya.ââIni rumahku. Kenapa jadi seperti ini? Mana perabotan dan barang-barang elektroniknya? Cuma tinggal ini?â Raut muka Roni semakin masam.Dia berdiri di depan meja makan. Meja ini dia yang beli.Tiba-tiba, dia mendapat pencerahan. Dia langsung mengerti.Odelina.âOdelina!â ujarnya.âDia yang menghancurkan rumahku!â Dia sangat marah saat mengatakan ini.Yenny langsung berkata, âAyo cepat lapor polisi
Roni berkata, âAda begitu banyak sampah. Kamu juga nggak membuangnya!âOdelina tersenyum dan berkata, âKetika aku sedang merenovasi rumah itu, ada banyak sampah juga di dalam rumah. Aku membayar orang untuk datang dan membersihkannya. Kamu juga nggak membayar uangnya padaku. Jadi, aku hanya memintanya kembali.ââMemangnya berapa sih biaya suruh orang datang bersih-bersih? Uang sedikit itu saja kamu juga perhitungan.ââKenapa nggak diperhitungkan? Itu uangku. Uangku nggak datang dibawa angin. Untuk apa aku berikan padamu? Aku akan meminta kembali semua uang yang aku keluarkan.âRoni terdiam.Setelah beberapa lama, dia menggertakkan gigi dan berkata, âOdelina, kamu sangat kejam!ââAku hanya mengambil kembali uang yang aku keluarkan untuk renovasi dan dekorasi rumah. Nggak bisa dibilang kejam. Rumah yang kamu beli waktu itu memang bentuknya seperti sekarang.âRoni menutup telepon dengan marah. Dia ingin membanting ponsel itu, tetapi Yenny dengan cepat menyambarnya, âIni ponselku. Jangan d
Roni sangat marah, tapi Olivia merasa sangat puas hari ini.Setelah keluar dari rumah kontrakan kakaknya, Olivia masih tertawa terus sepanjang jalan.Stefan tersenyum berkata padanya, âJangan tertawa terlalu keras, nanti perutmu sakit.ââKalaupun perutku sampai sakit karena tertawa, aku tetap senang. Roni pasti sudah pulang ke rumah saat ini. Entah bagaimana reaksinya setelah melihat isi rumah itu? Pria itu pasti mengira dia salah masuk rumah. Hahaha. Aku nggak bisa menahan tawa kalau memikirkan reaksinya.ââIzinkan aku untuk tertawa. Hahaha.â Stefan dibuat tertawa oleh Olivia.Dia tertawa dengan sangat keras, sampai hampir menabrak lampu jalan. Dia sangat terkejut, cepat-cepat memutar setir mobilnya untuk menghindari lampu tersebut.Olivia juga sangat terkejut, sampai-sampai dia lupa untuk tertawa lagi.Ketika situasinya sudah aman, dia berkata, âStefan, kamu bisa menyetir dengan baik, nggak sih? Kalau nggak bisa, mulai sekarang aku saja yang menyetir. Aku bisa menyetir dengan baik. M
âOliv, kamu kenapa?â Stefan sadar ada yang tidak beres pada Olivia, jadi dia segera menghampiri wanita itu dan duduk di tepi tempat tidur. Dia mengulurkan tangannya untuk menarik wanita itu mendekatinya, lalu bertanya dengan prihatin, âApa kamu nggak enak badan?ââPerutku sakit.ââSakit perut? Apa karena kebanyakan makan tadi? Jadinya kekenyangan?âOlivia menatap pria itu dengan kesal.âBukan? Lalu, kenapa kamu bisa sakit perut?âOlivia berbalik badan dan memunggungi Stefan. âKamu nggak paham. Aku hanya perlu berbaring dan menahannya. Aku akan baik-baik saja.âStefan mengerutkan kening.Dia berdiri, lalu membungkuk untuk menggendong Olivia dari tempat tidur. Kemudian, dia berkata dengan wajah serius, âAku nggak mengerti tentang medis, dokter yang mengerti. Jadi, aku akan membawamu ke rumah sakit. Nggak boleh ditahan, kalau sampai ada masalah besar, mau menyesal pun sudah terlambat nanti.ââNggak perlu ke rumah sakit. Aku hanya ... perutku sakit karena aku lagi datang bulan.âStefan ber
Olivia duduk tegak dan mengambil teh jahe dan mulai meminumnya dengan perlahan. Setelah itu Olivia berbaring sejenak dan jauh merasa lebih baikan. Tidak tahu karena dia bisa merasakan perhatian dari Stefan atau karena khasiat dari teh jahe yang membuatnya sembuh.Setelah Stefan kembali dari membeli obat, lelaki itu sudah menemukan Olivia yang tengah duduk memainkan ponselnya dan membaca berita.âSakit tapi masih main ponsel.âStefan jalan mendekat dan mengambil ponsel perempuan itu dari tangannya. Setelah itu dia memberikan obat pada Olivia sambil berkata, âSudah terlalu malam, apotik tutup semuanya. Aku ke rumah sakit terdekat dan minta dokter untuk resepkan obat. Setelah minum obat, kamu lanjut tidur lagi.âOlivia mendongak dan menatapnya dalam diam.âKenapa?âMendadak dia bangkit dan berdiri di hadapan lelaki itu. Kemudian Olivia langsung memeluk pinggang lelaki itu sambil berkata dengan nada penuh haru, âStefan, kamu baik sekali padaku.âStefan membalas pelukannya dan melihat teh j
Gadis berbaju merah tidak jadi makan bubur dan pergi, sementara Samuel tidak ingin hasil kerja kerasnya terbuang sia-sia, makanya dia mengundang kedua saudara untuk makan malam. Takut kalau bubur putih dengan asinan dan masakan sayur terlalu sederhana untuk kedua saudara, lelaki itu lalu memutuskan untuk membuat kue telur daun bawang."Silakan masuk. Saya juga selesai bekerja. Nanti kalau kalian pulang, cukup buka pintunya sendiri, saya tidak menguncinya. Jika kalian berdua ingin menginap, nggak masalah. Kamar tamu selalu bersih dan peralatannya juga baru." Pak Bagas berkata sambil mengantar kedua lelaki itu masuk, lalu buru-buru pergi. "Kak Samuel, aku datang." âKak, kamu masak apa? Kenapa aku mencium aroma asinan dan juga nasi? Itu aroma bubur, âkan?âHansen berkata kepada Jordy, "Nasi, kamu nggak mencium aroma nasi?" "Aroma nasi dan bubur memang agak berbeda, Kak Hansen nggak bisa mencium, jadi aku nggak perlu berdebat dengan Kakak," jawab Jordy. Kedua pemuda itu langsung menu
Inilah manfaat dari memiliki banyak saudara yang akur. "Aku tunggu kalian." "Oke." Setelah menelepon, Hansen berkata pada Jordy, "Kak Samuel mengajak kita makan malam, ayo, kita ke rumah dia. Dia yang masak sendiri, mungkin dia sedang dalam perasaan yang sangat baik, jadi kita bisa sekalian makan malam di sana." Sebelum masuk mobil, Jordy tertawa dan berkata, "Kakakku tadi siang pulang ke rumah besar untuk menemui nenek, mungkin nenek tidak lagi mengurus masalahnya, jadi dia merasa senang dan masak untuk kita makan." Hansen lebih tahu banyak hal daripada Jordy. Samuel punya hubungan yang paling dekat dengan dia, karena usia mereka hampir sama. Sedangkan dengan adik kandungnya sendiri, Jordy, jaraknya lebih jauh.Meskipun dia sangat menyayangi adik kandungnya, tetapi yang lebih akrab dan bermain bersama paling sering adalah Hansen. Hansen tersenyum dan tidak berkata banyak, "Pokoknya, kalau Kak Samuel mengundang kita makan malam, kita pergi saja, lagipula kita juga lapar." "Mala
Samuel kembali dengan kecewa karena tidak bisa mengejar perempuan itu. Pertemuan malam ini berakhir begitu saja. Entah kapan dia bisa bertemu lagi dengannya. Kalau saja Samuel tahu di mana dia tinggal, lelaki itu masih bisa sering mencarinya. Namun, karena tidak tahu tempat tinggalnya, bahkan namanya pun tidak tahu, Samuel hanya bisa menunggu. Menunggu kapan perempuan itu ada waktu untuk datang mencarinya dan meminta barang miliknya kembali. Kalau sibuk, bisa sebulan penuh tanpa melihatnya. Dia juga tidak tahu apa pekerjaan sebenarnya si Rubah yang tampak begitu sibuk. Bahkan lebih sibuk dari dirinya yang merupakan putra keempat keluarga Adhitama. Meskipun dia tidak bekerja di kantor pusat Adhitama Group, dia tetap mengurus beberapa bisnis, mengelola dua cabang perusahaan, dan memiliki beberapa perusahaan kecil sendiri. Setiap hari pun sibuk dengan banyak pekerjaan. Pak Bagas Kembali muncul. Dia berdiri tidak jauh, menatap Samuel yang kembali dengan wajah kecewa. "Pak Samuel, ngg
Suara Samuel terdengar dari dapur, "Kalau begitu, aku akan memasak bubur saja." Memasak bubur membutuhkan waktu lebih lama, jadi dia bisa menahan wanita itu lebih lama di rumahnya. âKamu bisa jalan-jalan sesukamu, kenali tempat ini.â Di dalam hati, perempuan itu membatin bahwa dia sudah menjelajahi seluruh rumah lelaki itu, tetapi tetap tidak menemukan barang miliknya. Namun, dia tidak mengungkapkan hal ini. Jika Rubah mengatakannya, itu berarti dia mengakui tindakannya yang seperti pencuri, sama buruknya dengan Samuel. Rubah memakan setengah buah yang ada di piring, lalu meletakkan garpu. Dia berdiri dan mulai berjalan-jalan di ruang tamu, akhirnya berhenti di depan pintu dapur. Dengan tangan menyilang di dada, dia bersandar di pintu dapur. Kakinya yang panjang menendang-nendang pelan. Dia mengenakan sepatu bot panjang berwarna hitam. Setelah melepas mantel panjangnya, dia tampak mengenakan pakaian ketat berwarna merah. Sebenarnya, dia tidak terlalu suka warna merah. Hanya saja,
Tidak ada yang berani menyinggung Dokter Dharma karena dia dikenal ahli dalam meracik racun. Tentu saja, dokter tidak akan menggunakan racun hasil buatannya untuk mencelakai orang. Dia pernah menjelaskan bahwa beberapa racun bisa menjadi obat jika digunakan dalam dosis kecil.Namun, manusia cenderung berpikir dengan cara yang berbeda. Hanya mengetahui bahwa Dokter Dharma sangat ahli dalam racun saja sudah cukup membuat mereka takut, meskipun dia memiliki prinsip dan moral.Mereka tetap khawatir jika suatu saat tanpa sengaja mereka menjadi korban. Karena itu, bahkan jika Dokter Dharma menolak permintaan untuk mengobati, mereka tidak berani mencari masalah dengannya. Samuel mencoba bertanya dengan hati-hati, âApakah kamu murid dari para ahli yang tinggal di tempat terpencil?â âApakah kamu kenal dengan istri kepala keluarga Lambana di Kota Dawan saat ini?â Rubah tersenyum tipis, âKalau kamu penasaran sekali dengan asal-usulku, cari tahu saja sendiri. Kalau kamu berhasil, aku akan menga
Nenek selalu berkata, mengejar istri tidak perlu tahu malu. Kalau terlalu peduli soal harga diri, tidak akan bisa mendapatkan istri. Bahkan Stefan yang begitu sombong rela menundukkan kepalanya demi mendapatkan kakak ipar. Lelaki itu kehilangan muka sampai tingkat tertinggi, sering dipermalukan, tetapi akhirnya mendapatkan kehidupan yang begitu membahagiakan hingga membuat semua orang iri. Samuel merasa itu sangat berharga. Jadi, dia juga memutuskan untuk tidak memedulikan harga diri. Lagipula, dia sudah berbicara terus terang dengan neneknya, dan juga menjelaskan segalanya pada Katarina. Sekarang, dia tidak ada beban mental lagi dan bisa dengan terang-terangan mengejar gadis yang benar-benar dia sukai. âAku hanya mau tahu namamu saja, selalu memanggilmu Rubah rasanya seperti sedang menghina kamu.ââJulukanku memang Rubah. Semua orang akan tahu itu aku.â Perempuan itu memang tidak ingin memberi tahu identitasnya.âKalau kamu bisa, cari tahu saja sendiri. Bukankah kamu sudah mencoba
Pak Bagas menatap Samuel kemudian mempersilakan Rubah tersebut masuk.Samuel menyentuh hidungnya dan tertawa pelan lalu mengikuti mereka masuk ke vila, menuju bangunan utama. Di ruang tamu utama, lampu-lampu menyala terang benderang hingga membuat suasana seperti siang hari. Pak Bagas sudah mempersilakan gadis berbaju merah itu duduk di sofa. Setelah masuk ke dalam rumah, udara terasa hangat. Rubah itu melepas mantel panjang merahnya lalu melipatnya rapi dan meletakkannya di sampingnya. Saat Samuel masuk, Pak Bagas sudah membawakan segelas air hangat untuk si Rubah. Lelaki itu memberi isyarat kepada Pak Bagas untuk beristirahat, menunjukkan bahwa dia sendiri yang akan melayani tamunya. Pak Bagas berkata pelan, "Pak Samuel, bersikaplah sedikit lebih sopan dan lembut. Merayu gadis nggak seperti caramu tadi." Samuel menjawab lirih, "Aku nggak sedang merayunya." Pak Bagas hanya terkekeh dan tidak membantah. Lalu, dia pergi. Dasar keras kepala. Mengundang seorang gadis masuk ke rumahn
Benda itu memang tidak besar, dan dia tahu Samuel tidak akan meninggalkannya di rumah. Pasti benda itu selalu dibawanya, tetapi tadi saat dia memeriksa kantong celananya, perempuan itu tetap tidak menemukannya. Dia benar-benar tidak tahu di mana benda itu disembunyikan. "Aku sudah bilang, kalau kamu nggak percaya, aku juga nggak bisa apa-apa. Silakan masuk dan bongkar saja rumahku sampai berantakan. Kalau kamu menemukannya, silakan ambil. Aku benar-benar lupa di mana menyimpannya." "Rubah, kamu nggak merasa tindakanku mirip denganmu? Kamu juga sering melakukan hal-hal seperti ini secara diam-diam, bukan?" Rubah itu menatap Samuel dengan tajam, ingin sekali menendangnya lagi. Namun, pada akhirnya dia tidak melakukannya, karena merasa sedikit bersalah. Dia mengandalkan keahliannya dalam bela diri dan memang terkadang melakukan hal-hal serupa. Dia mengakui bahwa dia pernah terpengaruh oleh seorang senior saat bersama murid-murid unggulan Kakek Jaki, sehingga sedikit kebiasaan itu menu
Rubah itu menatap Samuel dengan wajah gelap. Lelaki itu mengangkat tangannya dengan santai dan berkata, "Aku nggak bohong. Sekarang kau memintaku mengambilnya, aku benar-benar nggak ingat di mana menyimpannya. Bagaimana kalau kamu masuk saja, dan bongkar saja rumahku. Lihat kamu bisa menemukannya atau nggak?" "Atau, kamu bisa memeriksaku sampai telanjang untuk melihat apakah aku menyembunyikannya di tubuhku." Rubah itu melompat turun dari tembok. Samuel langsung menegang. Dia merentangkan kedua tangannya, bermaksud menangkapnya, tetapi ketika perempuan itu melompat turun, Rubah tersebut malah menendangnya dengan satu tendangan dan membuatnya mundur beberapa langkah. Akibatnya, Samuel tidak berhasil menangkap perempuan itu. Rubah itu mendarat dengan mantap di depannya. Samuel menghela napas lega. Meskipun dia terkena satu tendangan yang cukup menyakitkan, lelaki itu tampak santai. Dia hanya menepuk-nepuk tempat yang terkena tendangan, seolah ingin menghilangkan bekas jejak kaki. "T