“Kamu bilang apa?”“Apa yang bisa kukatakan padanya? Aku nggak mungkin berterus terang padanya dan bilang penerusnya di masa depan ingin merebut wanitamu, ‘kan? Hal ini disebabkan oleh urusan pribadimu. Kamu urus saja sendiri. Aku akan menyuruh Shelvi untuk mengatur jadwalmu agar bisa bertemu dengan bos Pratama Group.”Stefan berkata dengan datar, “Habis tahun baru baru dibahas lagi saja. Aku ada business trip dua hari lagi.”Reiki tertegun, curiga dirinya salah dengar. “Kamu mau business trip? Mau business trip ke mana? Memangnya kamu bersedia berpisah dari istrimu? Hubungan kalian sudah semakin dekat.”Setelah diam cukup lama, Stefan berkata, “Rasanya nggak apa-apa kalau aku memberitahumu. Semua orang di kota ini juga akan segera mengetahuinya.”Ini baru namanya gosip.Sebagai seorang tukang gosip, telinga Reiki langsung menegak. Dia tersenyum dan berkata, “Ada apa?”“Adik yang selalu dicari-cari oleh Yuna Sanjaya kemungkinan adalah ibu mertuaku.”Reiki berkata, “... Memangnya kamu p
Jika sejak awal Olivia sudah mengetahui bahwa Stefan adalah putra sulung keluarga Adhitama, Olivia juga tidak mungkin mau menikah dengan Stefan.Bisa dibilang, Nenek Sarah sudah menyembunyikan identitasnya dari Olivia sejak awal.Reiki bergumam di dalam hati, “Dasar keluarga tukang pembohong semua.”Mau punya cucu menantu caranya tidak seperti ini.Reiki berpikir, dia juga tidak mengungkapkan identitasnya kepada Junia. Dia tiba-tiba merasa cemas. Dia memutuskan nanti waktu bertemu dengan Junia lagi, dia memberi tahu Junia bahwa dia sebenarnya adalah tuan muda dari keluarga Ardaba.Jangan sampai dia mengikuti jejak Stefan.“Kamu pikirkan saja caranya sendiri. Lagian, aku bukan kamu, jadi aku nggak bisa memutuskannya. Tapi, Olivia sifatnya juga keras kepala. Kalau kamu nggak menanganinya dengan baik, kalian berdua mungkin akan berpisah.”Wajah Stefan menjadi pucat.Yang dia takutkan adalah Olivia memutuskan hubungan dengannya untuk selamanya.Karena itulah, dia pikir dia akan menunggu sa
Sebenarnya, Stefan merasa dia lebih baik melakukan sesuatu daripada ngomong yang manis-manis.Dia merasa lebih mudah membuktikan cintanya dengan perbuatan daripada dengan kata-kata manis.Tentu saja, jika Olivia suka mendengarkan kata-kata manis, secuek dan sedingin apapun dirinya, dia juga bersedia untuk belajar melakukannya.Reiki bangkit, mencondongkan tubuh, dan mengingatkan temannya dengan suara rendah, “Ingat, tentang Junia.”Stefan dengan pelan mendorong tubuh Reiki yang dicondongkan ke arahnya dengan satu tangan. Setelah mengobrol cukup lama dengan Olivia, dia membantu Ricky bertanya, “Olivia, Junia ada ke toko nggak sore ini? Temanku itu terus mengkhawatirkan Junia yang sedang sakit. Dia ingin pergi menjenguk Junia.”Olivia menjawab, “Junia nggak datang. Aku menyuruhnya beristirahat di rumah. Tunggu demamnya sudah benar-benar reda baru datang. Temanmu mau melihatnya? Langsung telepon saja. Ajak dia keluar.”“Junia lagi sakit. Hari ini cuacanya juga dingin. Kalau mengajaknya ke
Stefan mengambil tas itu dari Shelvi.Ada dua kotak merah di dalamnya.Dia mengeluarkan salah satu kotaknya.Reiki tidak bodoh, langsung paham bahwa Nenek Sarah mengeluarkan barang berharga dari koleksinya sendiri dan memberikannya untuk Stefan, supaya Stefan bisa menyenangkan Olivia.Dia iri karena Stefan memiliki nenek yang baik yang mengkhawatirkan cucunya karena belum menikah.Selain itu, Nenek Sarah juga orang yang sangat dihormati di keluarga Adhitama. Tidak ada orang yang menghentikannya ketika dia menyuruh Stefan dan Olivia menikah ketika baru mengenal.Reiki juga ingin memiliki nenek seperti itu.Sayangnya, neneknya sudah meninggal.“Aku keluar dulu.”Reiki tidak ingin melihat temannya bermesraan lagi di hadapannya.Dia bangkit, lalu keluar dari ruangan presdir bersama Shelvi.Setelah melihat dua cincin bertema keabadian yang diberikan neneknya padanya, Stefan mengeluarkan ponsel dan menelepon neneknya. Dia berkata pada neneknya, “Nek, aku ingin membeli dua cincin ini, untuk d
Ayah Roni kurang lebih sudah bisa menebaknya. Pasti berhubungan dengan perceraian putranya dengan Odelina.Ibu Roni keluar dari dapur sambil membawa piring untuk Roni, lalu membantu putranya mengambil makanan. “Kamu nggak bilang mau datang. Mama nggak memasak untuk porsimu. Hanya sisa satu piring, awalnya mau dikasih untuk anjing, tapi jadinya untukmu saja. Kalau kamu nggak kenyang, nanti Mama masakkan mie lagi.”“Ma, makan satu piring sudah kenyang.”Sejak masuk ke rumah, Roni membiarkan ibunya mengambilkan piring dan sendok garpu, lalu membantunya mengambil makanan. Dia sudah terbiasa dengan perlakuan ibunya ini.Setelah mereka makan, Roni menyodorkan map kuning itu pada ayahnya.“Apa ini?” tanya ayahnya dengan bingung, tapi tetap mengulurkan tangan dan mengambil map itu. Ayahnya membuka map itu dan mengeluarkan setumpuk foto dari dalamnya.Ibunya juga datang untuk melihat.Setelah melihatnya, ayah dan ibunya mengerutkan kening.“Roni, kamu pernah mendapatkan begitu banyak suapan?” I
“Itu anak-anak yang berkelahi, juga nggak disengaja. Nanti kalau Russel ikut kami, kami pasti akan menjaganya dengan baik dan nggak akan membiarkannya ditindas lagi.”Rita, ibunya Roni, berkata dengan sedih, “Roni, jangan cerai, deh. Mama nggak tahan.”Dia tidak menyangka perkelahian cucu-cucunya bisa membuatnya tidak mendapatkan hak asuh atas cucunya.Dia sudah tua dan belum pernah melihat orang lain mengajukan gugatan cerai. Begitu orang-orang di sekitar mereka bercerai, semuanya kebanyakan menyuruh pihak wanita untuk berkemas dan keluar dari rumah. Hak atas rumah, mobil, dan anak-anak semuanya diberikan kepada pihak pria.“Memang cuma perkelahian anak kecil, tapi itu juga akan membuat orang-orang melihat bahwa lingkungan seperti ini nggak bagus untuk pertumbuhan Russel kalau dia ikut dengan kita.”Roni membujuk orang tuanya dengan sabar, “Ma, aku sudah nggak mencintai Odelina lagi. Odelina juga sudah nggak punya perasaan padaku. Hal yang dipaksakan nggak akan berbuah baik. Kalau ini
Rita mengambil surat cerai itu lagi dan membacanya beberapa kali. Setiap kali melihat jumlah uang yang harus diberikan putranya pada Odelina, dia merasa sangat sakit. “Katanya bagi rata, nominal ini sepertinya nggak benar?”“Odelina nggak mau rumah dan mobil, tapi aku harus memberinya kompensasi berupa sejumlah uang lagi. Kalau ditambahkan semuanya, jumlahnya segitu.”Rita bertanya, “Kalau begitu, bagaimana dengan biaya renovasi rumah?”Roni menjawab, “Nggak termasuk di dalam itu. Aku sudah bilang, aku nggak akan membayarnya.”Rita merasa lebih baik. Dia berkata, “Biaya renovasi dan dekorasi rumah ada sekitar ratusan juta. Kalau dia nggak memintanya kembali, kita bisa dibilang masih untung.”Rasanya tidak terlalu sakit lagi.“Roni, bagaimana Odelina bisa mendapatkan semua bukti ini?” Andi merasa menantunya tidak memiliki kemampuan untuk melakukan itu. “Apa ada yang membantunya?”“Aku ada tanya padanya, tapi dia nggak mau jawab. Aku juga nggak tahu siapa yang membantunya. Orang yang bis
“Shella bilang kerjaannya lagi nggak lancar. Ada apa, ya? Bukannya dia banyak koneksi di kantornya? Kenapa jadi nggak lancar?” gumam Rita. Dia segera menelepon putrinya.Di telepon, Shella berkata dengan kesal, “Ma, aku nggak tahu ada apa. Aku merasa mereka sengaja memusuhi dan mencari kesalahanku. Kerjaanku nggak ada yang lancar seharian ini. Ma, kalau Roni mau cerai, biarkan saja mereka bercerai. Lagi pula, anak Mama juga hebat, nggak perlu takut nggak dapat istri lagi.”“Nggak tahu itu Odelina dapat bukti-bukti dari mana. Semuanya bisa berdampak nggak baik buat adikmu. Wanita itu mengancam adikmu, jadinya adikmu setuju untuk memberikan semua syarat yang diminta. Kalau mereka bercerai, adikmu harus memberinya uang dua miliar lebih. Hak asuh atas Russel juga jadi miliknya. Adikmu masih harus memberinya enam juta sebulan untuk biaya hidup Russel.”“Roni punya uang sebanyak itu untuk diberikan padanya?” Shella terkejut.“Roni awalnya sudah mengalihkan harta atas namanya ke tempat lain,
Alasan utamanya karena Yohanna ingin mempersingkat perjalanan bisnisnya, sehingga dia lembur setiap hari dan baru bisa kembali ke hotel untuk beristirahat pada larut malam. Sering kali, dia harus pergi kerja seperti biasa keesokan harinya.Kurang istirahat membuatnya tidak berenergi. Setiap hari Yohanna harus minum beberapa cangkir kopi agar tetap bisa bekerja.Yohanna berdiri dan berjalan ke depan jendela untuk melihat dunia luar. Di cuaca yang dingin, ada beberapa orang yang berjalan dengan tergesa-gesa di jalan. Tidak banyak orang.Ronny bilang kalau di Kota Mambera, baik siang maupun malam, ada banyak orang yang berlalu lalang. Kota itu hanya akan menjadi sepi saat Tahun Baru. Karena pekerja dari luar akan pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru.Paling hanya beberapa hari. Saat mereka kembali ke kota, Kota Mambera kembali ke suasana ramai dan sibuk seperti biasanya.Untungnya selama beberapa hari ini ada Ronny yang mengatur jadwal makan tiga kali sehari Yohanna. Tidak peduli ses
“Jangan tidur dulu. Kompres mukamu pakai es. Masih merah dan bengkak. Kalau kamu tidur, aku juga akan kompres pakai es. Nanti kamu malah jadi kebangun juga.”Vandi tahu Felicia malu. Dia mencium wajah Felicia yang merah dan bengkak, lalu berkata, “Aku milikmu, akan selalu jadi milikmu. Aku hanya nikmati sebentar, kamu sudah malu begini.”“Siapa bilang aku malu. Mukaku tebal, nggak akan merasa malu. Kamu sendiri juga bilang, kamu milikku. Memangnya kenapa kalau aku cium sebentar? Sekalipun aku tiduri kamu, kamu juga nggak boleh lawan.”Felicia tidak mau mengaku kalau dia malu. Vandi mengambil es dan menempelkannya ke wajah Felicia. Dia tertawa ketika mendengar ucapan Felicia barusan.“Silakan tiduri aku, kapan saja juga boleh. Tapi lebih baik beritahu aku dulu. Aku bisa bersih-bersih dulu sebelum kamu nikmati.”Felicia, “....”“Lain kali harus menghindar. Dua sisi bengkak begini.”Felicia terdiam sejenak, lalu berkata, “Aku yang khianati dia lebih dulu. Sudah seharusnya dia marah. Seka
“Vandi, setelah masalah ini selesai, bagaimana kalau kita tinggalkan Kota Cianter? Jauhi semua ini. Nggak perlu pergi jauh-jauh. Pergi dari pusat kota juga sudah cukup.”Felicia ingat kalau perusahaannya masih di Kota Cianter, tapi tidak di pusat kota. Dia telah menghabiskan beberapa tahun untuk mengembangkan perusahaan itu. Dia tidak berencana pindah untuk sementara waktu.Memindahkan perusahaan ke kota baru dan lingkungan baru sama saja dengan memulai dari awal lagi. Itu tidak baik untuk perkembangan perusahaan.“Selama Bu Felicia ingin pergi, aku akan selalu menemani. Sudah kubilang, aku akan jadi milik Bu Felicia selamanya,” jawab Vandi.Tidak peduli urusan pekerjaan maupun pribadi, tubuh dan hati Vandi hanya akan menjadi milik Felicia seorang. Felicia mendongak dan menatap Vandi. Dia bisa melihat perasaan mendalam dari mata pria itu.Felicia tiba-tiba merasa Vandi sebenarnya cukup tampan. Tidak setampan Rika, juga tidak setampan pria dari keluarga Adhitama. Namun dibandingkan deng
Saking kerasnya, Patricia mencolok dahi Felicia dengan jarinya dan marah, “Sebenarnya apa yang ada di otakmu? Kenapa kamu begitu keras kepala dan ngotot mengalah? Untuk apa kamu pikirkan masa lalu? Sekarang aku yang kelola keluarga Gatara. Aku ibu kandungmu, bukan tantemu. Tantemu sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Semua sudah berubah!”“Coba kamu lihat drama-drama sejarah dulu. Mana ada yang naik tahta tanpa pertumpahan darah? Banyak raja yang bisa naik tahta setelah bunuh saudara-saudaranya. Habis itu dia baru jadi raja. Kalau anak saudaranya datang untuk minta kembali tahta itu, apa dia akan kembalikan? Nggak, sama sekali nggak mungkin!”Felicia terdiam. Tidak peduli apa pun yang ibunya katakan, dia tetap tidak setuju dengan cara kerja ibunya. Alasan utamanya karena dia ingin mengundurkan diri dari persaingan memperebutkan posisi kepala keluarga Gatara. Dia merasa dia bisa menciptakan kerajaan baru untuk dirinya sendiri dengan kemampuannya sendiri.Dengan begitu, Felicia bisa
Anak muda yang tidak mau bekerja biarkan saja mereka kelaparan. Biaya hidup untuk anak muda harus dihapuskan. Saat mereka tidak memiliki siapa-siapa untuk diandalkan, mereka akan keluar untuk mencari pekerjaan dan menjadi mandiri. Hanya dengan begitu baru bisa dipilih yang mana yang bagus untuk diambil dan dilatih jadi penerus. Akomodasi untuk orang lanjut usia tidak diubah juga tidak masalah.“Di keluarga banyak orang yang nggak berguna, hanya bisa andalkan kita untuk cari uang dan hidupi mereka. Mama ingin ubah keluarga ini dan jadi miliki keluarga kita saja. Tapi Mama butuh kerja samamu.”“Felicia, Mama sudah berkorban banyak untuk dapatkan posisi kepala keluarga ini. Mama juga sudah kerja keras selama puluhan tahun. Meskipun kemampuan Mama terbatas dan gagal bawa keluarga kembali ke puncak kejayaan, seenggaknya Mama sudah memusatkan kekuasaan dan kepentingan sedikit demi sedikit. Sekarang para tetua susah mau menggoyahkan kekuasaan kepala keluarga.”“Kalau mereka berani bicara, Mam
“Sekalipun aku dapatkan dengan cara yang nggak benar, kamu bisa ambil dengan cara yang baik dan benar. Kalau posisi kepala keluarga kembali ke tangan keturunan tantemu, bukankah aku akan jadi bahan tertawaan semua orang? Aku juga sudah kehilangan banyak hal karena ini,” kata Patricia dengan tegas.Usai berkata, Patricia mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah Felicia yang bengkak. Dia menghela napas, lalu berkata, “Felicia, aku lakukan semua ini benar-benar demi kebaikan kamu sendiri. Mama harap semua yang ada di keluarga Gatara bisa diberikan ke kamu.”Felicia membalas tatapan ibunya. Dia percaya perkataan ibunya tentang keinginannya untuk mewariskan segalanya di keluarga Gatara kepadanya. Namun, keluarga Gatara bukan milik ibunya seorang.Patricia ingin menjadikan semua milik keluarga Gatara menjadi miliknya sendiri. Setelah Felicia kembali ke keluarga Gatara, Felicia menyadari banyak orang yang tidak senang dengan ibunya karena ibunya secara bertahap berusaha menghapuskan aturan k
Felicia tahu Vandi khawatir. Dia menyuruh Vandi keluar dulu sambil menenangkannya, “Tenang saja, Mama nggak akan benar-benar bunuh aku. Aku anak kandungnya. Aku sudah rusak rencananya. Aku pantas ditampar olehnya.”Patricia tidak benar-benar membunuh Felicia. Felicia merasa ibunya masih peduli dengan hubungan di antara mereka.Vandi menatap Patricia sejenak, lalu menatap kembali wajah Felicia yang bengkak dengan ekspresi tidak tega. Setelah itu, dia keluar dari ruangan. Vandi pergi minta es pada perawat dan meminta Felicia mengompres wajahnya terlebih dahulu.Felicia mengambil es dari Vandi dan berkata, “Aku akan kompres. Kamu keluar saja.”Vandi mengerutkan bibir. Pada akhirnya, dia keluar dari ruangan lagi. Setelah di dalam ruangan tinggal mereka berdua, Felicia mengompres wajahnya dengan es sambil berkata, “Mama capek berdiri terus, kan? Mama ambil sendiri kursi dan duduk dulu.”Patricia memelototi Felicia sejenak, lalu menarik kursi dan duduk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“La
“Aku sudah alami banyak hal. Pandangan dan perspektifku sudah lama terbentuk. Aku nggak bisa lagi jadi orang seperti yang Mama inginkan.”“Kamu katakan semua ini untuk buat aku merasa bersalah?” tanya Patricia.Felicia tertawa pelan. “Aku mana berani? Lagi pula, apakah Mama akan merasa bersalah? Mama masih punya hati?”Begitu Felicia selesai berkata, Patricia menamparnya lagi. Kali ini, tamparan mengenai sisi wajah Felicia yang lain. Kedua sisi wajah Felicia merah dan bengkak. Lebih banyak darah mengalir dari sudut mulutnya.“Bu Felicia!” teriak Vandi yang tidak tega melihat Felicia ditampar.Vandi tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Jika Patricia memukul Felicia lagi, dia mungkin akan mengusir Patricia. Felicia adalah orang yang ingin dia lindungi seumur hidupnya. Bagaimana mungkin dia bisa membiarkan Patricia terus menyakiti Felicia?Patricia menatap Vandi dan berakta, “Kamu keluar, Vandi. Ini masalah kami berdua, nggak ada hubungannya sama kamu!”Patricia benar-benar takut Vandi ak
Ekspresi Vandi serius dan tegas. “Bu Felicia anak kandung Bu Patricia!” ujar Vandi.Patricia memberi perintah dengan dingin, “Lepas, Vandi. Jangan lupa, sekarang aku masih kepala keluarga. Kamu harus dengar perintahku!”“Sejak aku ditugaskan untuk kerja bersama Bu Felicia, tugasku adalah melindungi Bu Felicia selamanya. Aku hanya akan setia padanya, hanya dengar perintahnya. Itulah tugas kami sebagai asisten. Kami juga hanya punya satu majikan. Majikanku adalah Bu Felicia, bukan Bu Patricia. Tugasku adalah melindungi Bu Felicia. Aku nggak akan biarkan siapa pun sakiti dia, termasuk Bu Patricia.”Wajah Patricia menjadi semakin buram. Memang, sejak Vandi kerja bersama Felicia, dia hanya setia kepada Felicia dan hanya akan melayani Felicia. Sekalipun Patricia masih berstatus kepala keluarga, Patricia bukan majikan Vandi. Dia tidak berhak menyuruh Vandi melakukan apa pun.Patricia hendak memukul Felicia langsung di depan Vandi. Tentu saja, Vandi harus menghentikannya.Felicia berkata kepad