Sebenarnya, Stefan merasa dia lebih baik melakukan sesuatu daripada ngomong yang manis-manis.Dia merasa lebih mudah membuktikan cintanya dengan perbuatan daripada dengan kata-kata manis.Tentu saja, jika Olivia suka mendengarkan kata-kata manis, secuek dan sedingin apapun dirinya, dia juga bersedia untuk belajar melakukannya.Reiki bangkit, mencondongkan tubuh, dan mengingatkan temannya dengan suara rendah, “Ingat, tentang Junia.”Stefan dengan pelan mendorong tubuh Reiki yang dicondongkan ke arahnya dengan satu tangan. Setelah mengobrol cukup lama dengan Olivia, dia membantu Ricky bertanya, “Olivia, Junia ada ke toko nggak sore ini? Temanku itu terus mengkhawatirkan Junia yang sedang sakit. Dia ingin pergi menjenguk Junia.”Olivia menjawab, “Junia nggak datang. Aku menyuruhnya beristirahat di rumah. Tunggu demamnya sudah benar-benar reda baru datang. Temanmu mau melihatnya? Langsung telepon saja. Ajak dia keluar.”“Junia lagi sakit. Hari ini cuacanya juga dingin. Kalau mengajaknya ke
Stefan mengambil tas itu dari Shelvi.Ada dua kotak merah di dalamnya.Dia mengeluarkan salah satu kotaknya.Reiki tidak bodoh, langsung paham bahwa Nenek Sarah mengeluarkan barang berharga dari koleksinya sendiri dan memberikannya untuk Stefan, supaya Stefan bisa menyenangkan Olivia.Dia iri karena Stefan memiliki nenek yang baik yang mengkhawatirkan cucunya karena belum menikah.Selain itu, Nenek Sarah juga orang yang sangat dihormati di keluarga Adhitama. Tidak ada orang yang menghentikannya ketika dia menyuruh Stefan dan Olivia menikah ketika baru mengenal.Reiki juga ingin memiliki nenek seperti itu.Sayangnya, neneknya sudah meninggal.“Aku keluar dulu.”Reiki tidak ingin melihat temannya bermesraan lagi di hadapannya.Dia bangkit, lalu keluar dari ruangan presdir bersama Shelvi.Setelah melihat dua cincin bertema keabadian yang diberikan neneknya padanya, Stefan mengeluarkan ponsel dan menelepon neneknya. Dia berkata pada neneknya, “Nek, aku ingin membeli dua cincin ini, untuk d
Ayah Roni kurang lebih sudah bisa menebaknya. Pasti berhubungan dengan perceraian putranya dengan Odelina.Ibu Roni keluar dari dapur sambil membawa piring untuk Roni, lalu membantu putranya mengambil makanan. “Kamu nggak bilang mau datang. Mama nggak memasak untuk porsimu. Hanya sisa satu piring, awalnya mau dikasih untuk anjing, tapi jadinya untukmu saja. Kalau kamu nggak kenyang, nanti Mama masakkan mie lagi.”“Ma, makan satu piring sudah kenyang.”Sejak masuk ke rumah, Roni membiarkan ibunya mengambilkan piring dan sendok garpu, lalu membantunya mengambil makanan. Dia sudah terbiasa dengan perlakuan ibunya ini.Setelah mereka makan, Roni menyodorkan map kuning itu pada ayahnya.“Apa ini?” tanya ayahnya dengan bingung, tapi tetap mengulurkan tangan dan mengambil map itu. Ayahnya membuka map itu dan mengeluarkan setumpuk foto dari dalamnya.Ibunya juga datang untuk melihat.Setelah melihatnya, ayah dan ibunya mengerutkan kening.“Roni, kamu pernah mendapatkan begitu banyak suapan?” I
“Itu anak-anak yang berkelahi, juga nggak disengaja. Nanti kalau Russel ikut kami, kami pasti akan menjaganya dengan baik dan nggak akan membiarkannya ditindas lagi.”Rita, ibunya Roni, berkata dengan sedih, “Roni, jangan cerai, deh. Mama nggak tahan.”Dia tidak menyangka perkelahian cucu-cucunya bisa membuatnya tidak mendapatkan hak asuh atas cucunya.Dia sudah tua dan belum pernah melihat orang lain mengajukan gugatan cerai. Begitu orang-orang di sekitar mereka bercerai, semuanya kebanyakan menyuruh pihak wanita untuk berkemas dan keluar dari rumah. Hak atas rumah, mobil, dan anak-anak semuanya diberikan kepada pihak pria.“Memang cuma perkelahian anak kecil, tapi itu juga akan membuat orang-orang melihat bahwa lingkungan seperti ini nggak bagus untuk pertumbuhan Russel kalau dia ikut dengan kita.”Roni membujuk orang tuanya dengan sabar, “Ma, aku sudah nggak mencintai Odelina lagi. Odelina juga sudah nggak punya perasaan padaku. Hal yang dipaksakan nggak akan berbuah baik. Kalau ini
Rita mengambil surat cerai itu lagi dan membacanya beberapa kali. Setiap kali melihat jumlah uang yang harus diberikan putranya pada Odelina, dia merasa sangat sakit. “Katanya bagi rata, nominal ini sepertinya nggak benar?”“Odelina nggak mau rumah dan mobil, tapi aku harus memberinya kompensasi berupa sejumlah uang lagi. Kalau ditambahkan semuanya, jumlahnya segitu.”Rita bertanya, “Kalau begitu, bagaimana dengan biaya renovasi rumah?”Roni menjawab, “Nggak termasuk di dalam itu. Aku sudah bilang, aku nggak akan membayarnya.”Rita merasa lebih baik. Dia berkata, “Biaya renovasi dan dekorasi rumah ada sekitar ratusan juta. Kalau dia nggak memintanya kembali, kita bisa dibilang masih untung.”Rasanya tidak terlalu sakit lagi.“Roni, bagaimana Odelina bisa mendapatkan semua bukti ini?” Andi merasa menantunya tidak memiliki kemampuan untuk melakukan itu. “Apa ada yang membantunya?”“Aku ada tanya padanya, tapi dia nggak mau jawab. Aku juga nggak tahu siapa yang membantunya. Orang yang bis
“Shella bilang kerjaannya lagi nggak lancar. Ada apa, ya? Bukannya dia banyak koneksi di kantornya? Kenapa jadi nggak lancar?” gumam Rita. Dia segera menelepon putrinya.Di telepon, Shella berkata dengan kesal, “Ma, aku nggak tahu ada apa. Aku merasa mereka sengaja memusuhi dan mencari kesalahanku. Kerjaanku nggak ada yang lancar seharian ini. Ma, kalau Roni mau cerai, biarkan saja mereka bercerai. Lagi pula, anak Mama juga hebat, nggak perlu takut nggak dapat istri lagi.”“Nggak tahu itu Odelina dapat bukti-bukti dari mana. Semuanya bisa berdampak nggak baik buat adikmu. Wanita itu mengancam adikmu, jadinya adikmu setuju untuk memberikan semua syarat yang diminta. Kalau mereka bercerai, adikmu harus memberinya uang dua miliar lebih. Hak asuh atas Russel juga jadi miliknya. Adikmu masih harus memberinya enam juta sebulan untuk biaya hidup Russel.”“Roni punya uang sebanyak itu untuk diberikan padanya?” Shella terkejut.“Roni awalnya sudah mengalihkan harta atas namanya ke tempat lain,
Ponselnya sampai jatuh di tempat tidur.Olivia memang menunggunya, tapi menunggunya sambil tidur.Hati Stefan yang gembira tadi jadi agak sedikit kecewa.Dia membawa dua cincin berlian yang dia beli dari neneknya dan berencana untuk memberikannya pada Olivia malam ini. Namun, wanita itu ketiduran.Stefan duduk di tepi tempat tidur, lalu mengulurkan tangannya dan mencubit wajah Olivia dengan lembut, “Dasar tukang tidur. Tidurnya nyenyak sekali.”Setelah mencubit wajah Olivia, dia membungkuk dan mencium wajah wanita itu, lalu berpindah lagi ke bibirnya. Kemudian, dia mengambil ponsel wanita itu dan meletakkannya di meja samping tempat tidur.Meskipun istrinya menunggunya sambil tidur, setidaknya menunggu di kamarnya.Itu masih sedikit menghiburnya.Keesokan harinya, ketika bangun bangun tidur, Olivia dikejutkan oleh sebuket bunga yang besar.Di balik buket bunga itu ada wajah tampan Stefan.Dia mengerjapkan mata.Setelah memastikan bahwa dia sudah terjaga dan orang yang dia lihat benar-b
“Olivia.” Saat Olivia sedang memasangkan cincin kawin ke jarinya, Stefan berkata lembut, “Mulai sekarang, apapun yang terjadi, kita nggak boleh bilang putus atau cerai. Oke?”Olivia merasa kedua cincin itu sangat cocok dipakai oleh mereka. Dia sedang memuji selera Stefan dalam hati. Pria ini tidak membawanya untuk memilih cincin kawin, tapi bisa memilih cincin yang cocok untuknya.Mendengar perkataan Stefan, dia mendongak untuk menatap pria itu dan berkata, “Aku nggak bisa menyetujui permintaanmu satu ini. Gimana kalau kamu sama dengan Roni? Masa aku nggak boleh bilang cerai? Pria yang selingkuh harus disingkirkan secepat mungkin, nggak ada gunanya dipertahankan.”Stefan awalnya ingin Olivia berjanji padanya terlebih dahulu, agar wanita ini tidak akan meninggalkannya saat dia mengakui identitasnya di masa depan.Tak disangka, Olivia tidak terjebak.Di saat yang romantis seperti ini, wanita ini tetap berpikiran jernih.Siapa lagi kalau bukan wanita yang dia cintai.“Kalau begitu, dengan