Keluarga Pratama adalah keluarga mertua bibinya Junia. Junia telah menyaksikan betapa sulitnya kehidupan bibinya di rumah keluarga Pratama sejak dia masih kecil. Keluarga mereka, keluarga Santoso, bisa menjadi kaya karena mendapat uang dari pemerintah yang ingin membangun infrastruktur di tanah yang mereka miliki. Mereka punya banyak rumah dan ruko yang disewakan dan aset mereka hampir mendekati 200 miliar. Sudah begitu saja, bibirnya masih kesulitan setelah menikah dengan keluarga konglomerat itu.Apalagi Olivia.Junia bukannya mau merendahkan Olivia. Dia hanya mengatakan yang sebenarnya.“Kak Olivia.”“Olivia sedang berkencan dengan suaminya.”Wajah Albert seketika berubah pucat.Dia segera mencari Olivia di dalam toko itu. Junia juga membiarkannya mencari di segala penjuru dan sudut ruangan.Albert baru mempercayai perkataan kakak sepupunya karena tidak menemukan Olivia di sana. Olivia benar-benar tidak ada di toko. Dia pun pergi dengan lesu.Juna menghela napas.Dia berharap Albert
Olivia menjejalkan ponselnya kembali ke saku celana, dan refleks langsung menarik Stefan untuk berjalan lebih cepat.Ini adalah kesempatan bagus.Stefan segera menarik kembali tangan Olivia dan menggandengnya.Sambil berjalan, jari-jari mereka jadi bertautan.Rasanya senang sekali menggandeng tangan kecil istrinya.Stefan adalah pria tsundere yang tidak punya pengalaman berpacaran sebelumnya. Namun, dia juga sangat berbunga-bunga dan senang saat berhasil menggandeng tangan istrinya.Olivia sadar Stefan menggenggam tangannya erat-erat. Dia melihat ke bawah dan melihat jari-jari mereka saling bertautan erat. Pria itu yang menautkannya.Dia melirik Stefan diam-diam. Melihat pria itu masih saja memasang wajah dingin dan angkuh, dia bergumam dalam hati. “Pegang tangan orang, tapi ekspresinya kayak nggak ada apa-apa.”Jadi, dia menggambar beberapa guratan di telapak tangan Stefan dengan ibu jarinya. Ketika pria itu memandangnya, dia juga melihat lurus ke depan.Kalau pria ini mau berlagak bo
Olivia tahu perasaan Olivia terhadap tuan muda keluarga Adhitama itu, jadi dia tidak ingin membicarakan topik ini terlalu banyak, supaya sampai Amelia tidak merasa tidak nyaman. Jadi, dia segera mengganti topik pembicaraan.Setelah sekian topik yang diobrolkan, Amelia membicarakan tentang apa yang sedang dia kerjakan akhir-akhir ini. Dia berkata, “Kakakku takut aku akan memikirkan tuan muda keluarga Adhitama kalau menganggur, dan jadinya akan lebih sedih. Jadinya dia memberiku pekerjaan dan menyuruhku untuk mencari keberadaan bibiku.”“Bibimu?”Olivia tidak tahu banyak tentang keluarga Sanjaya. Hanya tahu keluarga Sanjaya adalah keluarga terkaya nomor dua setelah keluarga Adhitama.Satu-satunya orang keluarga Sanjaya yang dia kenal adalah Amelia.“Olivia, kalau dipikir-pikir, situasi mamaku sangat mirip dengan kamu dan kakakmu. Kakek dan nenek dari pihak mamaku juga meninggal di usia muda dan nggak ada keluarga yang mau menampung mamaku dan adiknya. Jadinya, mamaku dan adiknya dikirim
“Waktu mamaku dan adiknya berpisah, mereka ada foto sekali. Mereka masing-masing punya satu lembar fotonya dan pikir mereka bisa saling mengenali satu sama lain dengan foto itu nantinya. Sayangnya, foto yang dibawa oleh tanteku itu dibakar oleh pasangan pertama yang mengadopsinya.”“Mamaku terus menyimpan foto itu. Tapi, karena sudah belasan tahun, walaupun dia merawatnya, foto itu juga nggak sebagus foto sekarang, sehingga nggak mudah dikenali. Kakakku juga sudah mengunggah foto itu ke internet, dan masih belum ada kabar sama sekali. Kalau kami mau menemukan tanteku, aku rasa kami baru bisa menemukannya kalau misalnya mamaku nggak sengaja melihat putrinya yang sangat mirip dengannya.”Kalau tidak, bibinya pasti akan sulit ditemukan keberadaannya.Namun, kemungkinan yang pertama sangat kecil.“Tuhan nggak akan mengecewakan orang yang berusaha. Amelia, kalian pasti akan menemukan tantemu suatu hari nanti.”Olivia tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain memberikan semangat pada Amelia.
Amelia berkata dengan penuh terima kasih, “Olivia, kalau kamu membantu kami menemukan tanteku, kami akan sangat berutang budi padamu. Kami nggak akan memperlakukanmu dengan buruk.”“Kita ini teman, nggak usah sungkan seperti itu. Aku hanya teringat akan mamaku. Kalau mamaku masih hidup, aku dan kakakku pasti juga akan berusaha sekeras mungkin untuk menemukan keluarganya.”Ibu Olivia sudah meninggal belasan tahun. Olivia sudah tidak terlalu ingat dengan sosok ibunya, tapi untungnya kakaknya sangat mirip dengan ibunya. Dia jadi bisa mengingat sosok ibunya apabila melihat wajah kakaknya.“Olivia, aku nggak akan mengganggumu berkencan dengan suamimu lagi. Bersenang-senanglah. Kalau mau mengadakan resepsi pernikahan, jangan lupa beri tahu aku. Aku akan menjadi braidsmaid-mu,” ujar Amelia dengan nada bercanda, lalu mematikan panggilan itu.“Lagi-lagi si Amelia Sanjaya itu?” tanya Stefan dengan acuh tak acuh.“Iya, Amelia awalnya mau ikut ke sini, tapi waktu dengar aku lagi sama kamu, dia ngg
“Itu pasti. Aku masih mau menuntut mereka untuk mendapatkan kembali rumah orang tuaku!”“Kalau kamu percaya diri bisa merebutnya kembali, jangan sedih lagi. Kita keluar untuk bersenang-senang hari ini. Harus bersenang-senang. Masalah-masalah itu kita selesaikan satu per satu nanti. Semuanya akan terselesaikan.”Stefan menarik Olivia ke pelukannya, mengencangkan pelukannya dan berkata, “Ada aku. Kalaupun langit runtuh, kamu nggak perlu khawatir. Aku akan membantumu menahannya.”Olivia tidak melepaskan diri dari pelukan Stefan, bersandar dengan tenang di dada pria itu. Sesaat kemudian, dia baru melepaskan diri.Wajahnya merah.“Ada banyak orang di sini.”Stefan menggandeng tangan Olivia dengan acuh tak acuh, lalu mengajak wanita itu berjalan lagi, “Kita ini suami istri. Lagian kita juga nggak melakukan apa-apa. Kenapa takut ada banyak orang?”Olivia diam saja.“Pantas saja kakakku selalu bilang aku harus memperlakukanmu dengan baik.” Ternyata pria ini sudah mendapatkan restu kakaknya sej
Olivia juga tidak bodoh.Dia tahu Nenek Sarah dan Bi Lesti pergi untuk memberi dia dan Stefan kesempatan untuk berduaan.Jarang-jarang Stefan tidak bersikap dingin, jadi dia juga dengan senang hati menikmati manisnya berkencan.Mereka bergandengan tangan dan berjalan di sekitar taman bergaya klasik ala Tiongkok. Olivia sangat menyukai gaya taman yang klasik ini.“Stefan.”“Hmm.”Stefan tidak fokus melihat pemandangan, tetapi selalu diam-diam melirik wanita di sebelahnya.Mendengar Olivia memanggilnya, dia berpura-pura menghentikan langkahnya dengan serius dan menatap wanita itu. Seolah-olah dia sedari tadi terus melihat ke depan dan tidak mengintip wanita itu.“Kamu bekerja di Adhitama Group. Apa kamu tahu mereka punya bisnis apa saja? Ada berapa banyak resort seperti ini yang dijadikan investasi oleh keluarga bosmu?”Setelah memikirkannya, Stefan menjawab, “Perusahaanku punya banyak anak perusahaan di banyak kota. Mereka juga berinvestasi dalam banyak bidang. Tapi kalau untuk resort s
Banyak orang bilang, nyonya dari keluarga kaya itu tidak mudah diajak bergaul, tapi Nenek Stefan orangnya sangat ramah dan sama seperti ibu-ibu biasanya. Nenek Sarah pakaiannya juga sederhana. Bagaimanapun Olivia melihatnya, Nenek Sarah tidak terlihat seperti nyonya dari keluarga kaya.Tatapan mata Stefan mendalam. Dia menyentuh bagian atas kepala Olivia dan berkata dengan suara rendah, “Kamu orang yang sangat realistis dan nggak suka berandai-andai.”“Aku orang yang hidup di dunia nyata. Kalau mau bermimpi, mau mimpi apa? Mimpi yang nggak realistic hanya akan membuang waktu dan mengganggu kualitas tidur.”Stefan merapatkan bibirnya dan tidak berbicara lagi.Setelah berjalan lama, mereka berdua akhirnya bertemu lagi dengan Nenek Sarah dan Bi Lesti.Mereka makan siang di restoran. Restoran itu juga didekorasi dengan gaya klasik. Kalau fasilitas di dalamnya bukan fasilitas modern, Olivia akan mengira dia sudah kembali ke zaman kuno dan berada di penginapan di zaman itu.”Russel sangat ge
Anak muda yang tidak mau bekerja biarkan saja mereka kelaparan. Biaya hidup untuk anak muda harus dihapuskan. Saat mereka tidak memiliki siapa-siapa untuk diandalkan, mereka akan keluar untuk mencari pekerjaan dan menjadi mandiri. Hanya dengan begitu baru bisa dipilih yang mana yang bagus untuk diambil dan dilatih jadi penerus. Akomodasi untuk orang lanjut usia tidak diubah juga tidak masalah.“Di keluarga banyak orang yang nggak berguna, hanya bisa andalkan kita untuk cari uang dan hidupi mereka. Mama ingin ubah keluarga ini dan jadi miliki keluarga kita saja. Tapi Mama butuh kerja samamu.”“Felicia, Mama sudah berkorban banyak untuk dapatkan posisi kepala keluarga ini. Mama juga sudah kerja keras selama puluhan tahun. Meskipun kemampuan Mama terbatas dan gagal bawa keluarga kembali ke puncak kejayaan, seenggaknya Mama sudah memusatkan kekuasaan dan kepentingan sedikit demi sedikit. Sekarang para tetua susah mau menggoyahkan kekuasaan kepala keluarga.”“Kalau mereka berani bicara, Mam
“Sekalipun aku dapatkan dengan cara yang nggak benar, kamu bisa ambil dengan cara yang baik dan benar. Kalau posisi kepala keluarga kembali ke tangan keturunan tantemu, bukankah aku akan jadi bahan tertawaan semua orang? Aku juga sudah kehilangan banyak hal karena ini,” kata Patricia dengan tegas.Usai berkata, Patricia mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah Felicia yang bengkak. Dia menghela napas, lalu berkata, “Felicia, aku lakukan semua ini benar-benar demi kebaikan kamu sendiri. Mama harap semua yang ada di keluarga Gatara bisa diberikan ke kamu.”Felicia membalas tatapan ibunya. Dia percaya perkataan ibunya tentang keinginannya untuk mewariskan segalanya di keluarga Gatara kepadanya. Namun, keluarga Gatara bukan milik ibunya seorang.Patricia ingin menjadikan semua milik keluarga Gatara menjadi miliknya sendiri. Setelah Felicia kembali ke keluarga Gatara, Felicia menyadari banyak orang yang tidak senang dengan ibunya karena ibunya secara bertahap berusaha menghapuskan aturan k
Felicia tahu Vandi khawatir. Dia menyuruh Vandi keluar dulu sambil menenangkannya, “Tenang saja, Mama nggak akan benar-benar bunuh aku. Aku anak kandungnya. Aku sudah rusak rencananya. Aku pantas ditampar olehnya.”Patricia tidak benar-benar membunuh Felicia. Felicia merasa ibunya masih peduli dengan hubungan di antara mereka.Vandi menatap Patricia sejenak, lalu menatap kembali wajah Felicia yang bengkak dengan ekspresi tidak tega. Setelah itu, dia keluar dari ruangan. Vandi pergi minta es pada perawat dan meminta Felicia mengompres wajahnya terlebih dahulu.Felicia mengambil es dari Vandi dan berkata, “Aku akan kompres. Kamu keluar saja.”Vandi mengerutkan bibir. Pada akhirnya, dia keluar dari ruangan lagi. Setelah di dalam ruangan tinggal mereka berdua, Felicia mengompres wajahnya dengan es sambil berkata, “Mama capek berdiri terus, kan? Mama ambil sendiri kursi dan duduk dulu.”Patricia memelototi Felicia sejenak, lalu menarik kursi dan duduk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“La
“Aku sudah alami banyak hal. Pandangan dan perspektifku sudah lama terbentuk. Aku nggak bisa lagi jadi orang seperti yang Mama inginkan.”“Kamu katakan semua ini untuk buat aku merasa bersalah?” tanya Patricia.Felicia tertawa pelan. “Aku mana berani? Lagi pula, apakah Mama akan merasa bersalah? Mama masih punya hati?”Begitu Felicia selesai berkata, Patricia menamparnya lagi. Kali ini, tamparan mengenai sisi wajah Felicia yang lain. Kedua sisi wajah Felicia merah dan bengkak. Lebih banyak darah mengalir dari sudut mulutnya.“Bu Felicia!” teriak Vandi yang tidak tega melihat Felicia ditampar.Vandi tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Jika Patricia memukul Felicia lagi, dia mungkin akan mengusir Patricia. Felicia adalah orang yang ingin dia lindungi seumur hidupnya. Bagaimana mungkin dia bisa membiarkan Patricia terus menyakiti Felicia?Patricia menatap Vandi dan berakta, “Kamu keluar, Vandi. Ini masalah kami berdua, nggak ada hubungannya sama kamu!”Patricia benar-benar takut Vandi ak
Ekspresi Vandi serius dan tegas. “Bu Felicia anak kandung Bu Patricia!” ujar Vandi.Patricia memberi perintah dengan dingin, “Lepas, Vandi. Jangan lupa, sekarang aku masih kepala keluarga. Kamu harus dengar perintahku!”“Sejak aku ditugaskan untuk kerja bersama Bu Felicia, tugasku adalah melindungi Bu Felicia selamanya. Aku hanya akan setia padanya, hanya dengar perintahnya. Itulah tugas kami sebagai asisten. Kami juga hanya punya satu majikan. Majikanku adalah Bu Felicia, bukan Bu Patricia. Tugasku adalah melindungi Bu Felicia. Aku nggak akan biarkan siapa pun sakiti dia, termasuk Bu Patricia.”Wajah Patricia menjadi semakin buram. Memang, sejak Vandi kerja bersama Felicia, dia hanya setia kepada Felicia dan hanya akan melayani Felicia. Sekalipun Patricia masih berstatus kepala keluarga, Patricia bukan majikan Vandi. Dia tidak berhak menyuruh Vandi melakukan apa pun.Patricia hendak memukul Felicia langsung di depan Vandi. Tentu saja, Vandi harus menghentikannya.Felicia berkata kepad
Odelina bergumam pelan. “Aku percaya kehidupan aku dan Olivia akan semakin membaik.”Belum lagi Odelina sendiri. Setelah menikah dengan Stefan, kehidupan Olivia menjadi sangat baik. Olivia juga sangat baik terhadap Odelina.“Kak Aksa buru-buru datang ke sini tadi malam, pasti sudah capek. Kak Aksa istirahat di hotel saja dulu. Aku rasa untuk sementara waktu Patricia nggak akan lakukan apa pun pada kita.” Odelina meminta Aksa untuk kembali ke hotel dan beristirahat.“Memang benar Patricia ingin bunuh aku. Tapi dia masih takut. Atau, dia punya ambisi yang lebih besar, ingin bunuh kita semua sekaligus.”Odelina cukup memahami jalan pikiran Patricia. Aksa sendiri memang sudah merasa lelah dan ingin beristirahat.“Oke, kalau begitu aku kembali ke hotel dulu. Kalau ada apa-apa, kamu telepon saja.”“Oke, Kak.”Tidak lama setelah Aksa pergi, Rika datang. Setelah sekretaris menelepon Odelina, Odelina langsung keluar untuk menyambut Rika. Namun, baru saja Odelina membuka pintu kantor, sosok Rika
“Silakan pergi, kami nggak antar, ya!” Aksa dan Odelina berkata hampir bersamaan.Patricia yang sudah berjalan sampai di depan pintu langsung berhenti. Dia menoleh dan menatap Odelina, lalu berkata dengan dingin, “Ingat, di sini Kota Cianter. Di Kota Cianter, keluarga Gatara masih lebih kuat dari kamu, Odelina.”Odelina tertawa pelan dan mengakui, “Aku nggak bilang Bu Patricia nggak sebaik aku. Kalau aku ngomong begitu, itu akan menjadi pukulan yang besar dan akan menghancurkan harga diri Bu Patricia.”“Aku pendatang baru di sini, baru beberapa bulan di Kota Cianter. Kalau Bu Patricia bahkan nggak sebaik aku, lebih baik Bu Patricia benturkan kepala ke tembok saja. Tapi jauh-jauh, ya. Jangan di tembok perusahaanku. Mengotori tempatku saja.”Patricia sangat marah sehingga dia benar-benar ingin segera membunuh kedua orang ini. Namun, dia tetap berusaha menahan emosinya. Dia sudah berusia 70 tahun. Jika dia bahkan tidak sanggup menahan diri, maka dia benar-benar harus membenturkan kepalany
Odelina tersulut emosi ketika mendengar hal itu. Aksa menggunakan tatapan matanya untuk menenangkan Odelina, memberi isyarat agar Odelina tidak marah. Patricia memang sengaja membuat mereka marah. Semakin marah mereka, semakin senang Patricia.Sekarang Patricia ingin menyingkirkan mereka semua. Namun, dia belum memiliki rencana yang sempurna. Jadi dia hanya bisa mengatakan sesuatu yang dapat memancing amarah mereka.“Apakah Bu Patricia bisa melakukan hal itu? Kami sangat menantikannya,” kata Aksa dengan tenang.“Bu Patricia bahkan nggak bisa urus kekacauan di keluarga Gatara. Aku nggak tahu bagaimana cara kamu mengelola Gatara Group selama beberapa puluh tahun terakhir. Keluarga lain makin lama jadi makin besar. Nggak perlu sampai di seluruh negeri. Hanya di provinsi atau kota saja. Seenggaknya mereka dapat pertahankan status mereka sebagai bos besar. Bu Patricia coba lihat ada di posisi apa Gatara Group di Kota Cianter?”Aksa sengaja mengejek kemampuan Patricia. Patricia bisa membuat
Patricia sama sekali tidak menyangka. Setelah puluhan tahun, kebenaran akan terungkap juga. Dia juga tidak menyangka kedua keponakannya masih bisa bangkit sendiri tanpa dukungan dari keluarga Gatara. Mereka bisa masuk ke keluarga kaya dan mendapatkan lebih banyak dukungan dari keluarga besar lainnya. Yang bernasib baik pada akhirnya tetap bernasib baik.“Ada urusan apa Bu Patricia datang ke sini?”Saat Patricia tetap diam, Aksa bertanya dengan suara berat. Mata Patricia bertemu dengan mata Odelina yang penuh kebencian. Dia merasa Odelina memiliki sedikit bayangan dari Sofia. Apakah Patricia harus hidup di bawah bayang-bayang kakaknya sepanjang hidupnya?“Odelina, kalau aku bilang aku datang untuk bunuh kamu, apakah kamu akan takut?” Mata Odelina berkedip, lalu dia menjawab dengan jujur, “Tentu saja takut. Siapa yang nggak takut mati? Memangnya Bu Patricia nggak takut mati? Tapi aku tahu kamu nggak suka bisnis yang merugikan. Sekalipun kamu sangat ingin bunuh aku sekarang juga, kamu ma