“Nggak masalah kasih uang ke Odelina karena kita nggak boleh terlalu kejam. Setidaknya kasih dia jalan pintas biar hubungan kita ke depannya nggak rusak. Tapi Russel harus tetap di kita.”Russel merupakan satu-satunya penerus keluarganya!“Pa, aku jamin sama Papa kalau aku pasti akan mendapatkan hak asuh Russel.”“Sebelum kalian cerai, Papa nggak akan percaya dengan jaminan kamu. Sebaiknya bawa Russel ke sini dan biarkan Papa dan Mama yang jagain dia. Papa jauh lebih tenang kalau Russel ada di sini.”Roni dengan tidak berdaya berkata, “Pa, Papa dan Mama nggak pernah bawa Russel. Kalau bawa dia ke sini dan dia nggak betah, gimana kalau rewel dan nangis?”“Karena nggak pernah makanya harus bawa ke sini buat bangun hubungan. Setelah kamu menikah lagi, memangnya Yenny mau rawat Russel? Russel pasti bakalan ikut Mama dan Papa, bagaimanapun kami kakek dan nenek kandungnya.”“Memangnya ada mama tiri mana yang baik? Lagian Yenny masih sangat muda, kalian akan punya anak sendiri dalam waktu yan
Stefan menerima telepon tersebut dalam waktu yang sangat singkat.“Pak Stefan, pagi tadi kamu ok? Tahan nggak? Kalau nggak tahan kamu izin pulang saja setelah rapat.”Mendengar perhatian Olivia membuat Stefan merasa senang. Dia menyandarkan punggungnya di kursi dan memutar-mutar kursi kerjanya sambil berkata, “Aku minum kopi lagi di kantor, makanya bisa tahan sampai sekarang. Sudah mau istirahat, aku bisa tidur sebentar lagi.”“Kamu nggak makan?”“Ngantuk sekali, jadi nggak selera makan dan nggak ingin makan.”“Nggak boleh nggak makan. Kamu sudah sibuk pagi tadi, kalau nggak makan siang bakalan kena maag. Susah kalau sudah sakit maag.”“Aku hanya nggak ingin makan,” ujar Stefan dengan suara lembut.“Istirahat nanti kamu tidur dulu, aku antar makan siang ke kantormu. Nanti aku telepon waktu sudah sampai depan kantor.”Lelaki itu tidak tidur karena sibuk mengurus masalah Odelina. Oleh karena itu Olivia tidak akan membiarkan Stefan tidak makan siang.“Baiklah, aku tidur di kantor dulu seb
Neneknya menarik koper dan berhenti di depan sofa kemudian menjatuhkan bokongnya untuk duduk di sana sambil berkata, “Stefan, Nenek mau pindah ke rumah kamu dan Olivia.”Wajah Stefan menggelap dan berkata, “Nenek pernah janji sama aku-““Nenek juga nggak rusakin apa pun, kenapa kamu gugup? Apa yang kamu khawatirkan?” potong neneknya.Setelah itu dengan nada kesal dia berkata, “Nenek sudah diusir sama papa dan om kamu, sekarang nggak ada tempat buat tidur sama sekali. Nggak boleh kalau Nenek cari cucu sendiri? Kamu juga mau ikut jejak papa dan om kamu buat usir Nenek dari rumah?”“Orang tua ternyata ke mana pun bakalan dianggap beban dan diusir. Nggak ada gunanya ada anak laki-laki. Nggak ada gunanya juga punya cucu laki-laki. Lebih baik ada cucu perempuan yang pengertian.”“Nenek, papa dan om nggak mungkin usir Nenek.”Kalau mau pindah dan tinggal bareng dengannya, seharusnya neneknya tidak boleh melimpahkan semua kesalahan pada papa dan juga om. Neneknya terkekeh dan berkata, “Nggak m
“Nenek pernah dengar ada yang bilang ‘Aku nggak cemburu! Aku nggak mau istri!’ Stefan, kamu tahu siapa yang bilang?”Wajah Stefan semakin keruh dan sudah sangat merah. Mulutnya menipis dan dia berusaha menahan untuk tidak berkata apa pun. Neneknya hanya tertawa dan setelah puas dia mengalihkan topik,“Amelia nggak tunggu di sana?”“Dia nggak akan datang mengganggu aku lagi.”Selama dua hari ini Amelia sudah tidak datang ke sini. Dia juga memberitahu Olivia bahwa selama Stefan sudah memiliki kekasih atau sudah menikah maka perempuan itu tidak akan mengganggunya lagi. Poin ini membuat pandangan Stefan terhadap Amelia sedikit berubah.Amelia tidak akan merusak hubungan pernikahan orang lain karena mementingkan perasaannya sendiri. Sifat perempuan itu dalam hal ini jauh lebih unggul dibandingkan perempuan kaya yang lainnya.“Dia tahu tentang kamu dan Olivia?”“Nggak, aku hanya menunjukkan tanganku dan dia langsung tahu dan mundur teratur.”Neneknya Stefan hanya terkekeh dan berpikir, “Kamu
Calvin membawa neneknya turun ke lantai dasar dan bersiap-siap berangkat ke hotel untuk makan. Begitu keluar dari gedung, mata tajam Calvin langsung menangkap sosok Olivia.“Nenek, sekarang aku mengerti kenapa kakak minta aku bawa Nenek pergi makan.”Lelaki itu menunjuk pintu masuk kantor dan berkata, “Kakak iparku datang dan membawa bekal. Dia pasti bawain buat kakak.”Pantas saja kakaknya buru-buru memintanya untuk membawa nenek pergi. Bahkan dia mengatakan neneknya menjadi obat nyamuk saja. Neneknya menghentikan langkah kaki dan menyipitkan matanya sambil berkata,“Beneran Olivia! Buruan telepon kakakmu dan minta dia pindah ruangan. Pindah ke ruangan kamu saja, jangan sampai Olivia tahu.”Calvin mengangguk dan menghubungi kakaknya. Tanpa perlu dia memberitahu Stefan, lelaki itu sudah mengetahuinya lebih dulu. Di dalam lacinya terdapat teropong. Setelah Neneknya pergi, dia mengeluarkan teropong dan melihat ke lantai bawah dari jendela ruangannya. Setelah melihat mobil Olivia muncul,
“Aku sudah makan.”Olivia langsung menjawab dan kemudian berpikir sejenak sambil berkata lagi, “Gimana kalau aku temani kamu makan, setelah selesai baru aku pulang.”Dengan mata berbinar Stefan berkata, “Ke ruangan aku saja.”Olivia melirik ke orang-orang sekitar sambil bertanya, “Aku bukan orang di kantor kamu, memangnya aku bisa sembarangan masuk?”“Nggak akan masalah kalau aku bawa kamu masuk.”Dia mengulurkan tangan ke arah Olivia dan disambut oleh perempuan itu dengan ragu-ragu. Senyuman di bibir Stefan semakin lebar ketika dia menggenggam tangan perempuan itu. Senyuman itu tidak disadari oleh Olivia sama sekali.Sebelah tangannya memegang kotak bekal yang diantar oleh Olivia, dan sebelah lagi menggandeng tangan Olivia. Dia membawa Olivia melewati tatapan terkejut setiap orang yang dia lewati.“Pak Stefan.”“Pak Stefan.”Setiap orang yang melihat Stefan akan menyapanya dengan santun. Semua orang juga akan tersenyum dan mengangguk pada Olivia serta menyapa perempuan itu. Banyak sek
Stefan membuka kotak bekal dan berkata, “Kalau kamu masuk ke dalam kantorku, kamu akan tahu kalau di kantorku ada banyak sekali kedudukan. Banyak sekali wakil direktur yang memegang divisi berbeda. Pokoknya di kantor aku nggak ada membedakan atasan atau bawahan.”Olivia memeletkan lidahnya dan berkata, “Untung saja aku nggak ada kemampuan untuk kerja di kantor kalian. Kalau nggak, aku pasti nggak akan bisa ingat atasan sebanyak itu.”Stefan meliriknya sekilas dan berkata, “Kamu yang sekarang sudah sangat baik, bebas dan penghasilannya juga nggak rendah. Kamu nggak tahu ada berapa banyak orang yang mengagumi pekerjaan kamu yang bebas.”“Aku hanya nggak terbiasa diatur sama orang lain, makanya begitu tamat aku langsung buka toko bersama dengan Junia. Toko ini juga bantuan keluarga Junia yang bantu, kalau nggak kami juga nggak mungkin bisa dapat hak usaha toko itu.” Tidak mudah membuka usaha di depan sekolahan.“Pohon itu dibeli dari toko online aku?”Olivia melihat pohon yang diletakkan
“Dia bakalan lebih nggak bahagia lagi kalau aku yang temani dia. Nenek selalu bilang aku seperti patung yang nggak bisa ngobrol. Dia jauh lebih suka denganmu.”“Kalau gitu kita berdua bawa nenek jalan-jalan saja,” kata Olivia.”Tepat sekali sesuai dengan keinginan Stefan, dengan cepat dia berkata, “Iya.”“Di daerah barat ada resort, besok aku bawa kamu dan nenek ke sana.” Lusa merupakan hari di mana kakak iparnya dan Roni membicarakan perihal perceraian mereka. Sebagai keluarga dari pihak Odelina, mereka harus ikut datang membantu. Oleh karena itu dia hanya memiliki satu hari di besok hari saja untuk jalan dengan istrinya.Resort itu merupakan salah satu aset di keluarga Adhitama. Dibangun untuk publik dan setiap tahunnya memiliki pengunjung yang menggunung.“Katanya di sana sangat indah dan seru.”“Aku nggak pernah pergi, jadi nggak tahu gimana.”Olivia mengeluarkan ponselnya dan mencari tahu foto resort yang dimaksud oleh Stefan. Setelah melihatnya, dia mulai tidak sabar menunggu hin