“Dia bakalan lebih nggak bahagia lagi kalau aku yang temani dia. Nenek selalu bilang aku seperti patung yang nggak bisa ngobrol. Dia jauh lebih suka denganmu.”“Kalau gitu kita berdua bawa nenek jalan-jalan saja,” kata Olivia.”Tepat sekali sesuai dengan keinginan Stefan, dengan cepat dia berkata, “Iya.”“Di daerah barat ada resort, besok aku bawa kamu dan nenek ke sana.” Lusa merupakan hari di mana kakak iparnya dan Roni membicarakan perihal perceraian mereka. Sebagai keluarga dari pihak Odelina, mereka harus ikut datang membantu. Oleh karena itu dia hanya memiliki satu hari di besok hari saja untuk jalan dengan istrinya.Resort itu merupakan salah satu aset di keluarga Adhitama. Dibangun untuk publik dan setiap tahunnya memiliki pengunjung yang menggunung.“Katanya di sana sangat indah dan seru.”“Aku nggak pernah pergi, jadi nggak tahu gimana.”Olivia mengeluarkan ponselnya dan mencari tahu foto resort yang dimaksud oleh Stefan. Setelah melihatnya, dia mulai tidak sabar menunggu hin
Akan tetapi meja riasnya tidak ada kontrak itu lagi. Sepertinya dia menggambar aksesoris rambut itu di kontrak perjanjian itu ….Mata Olivia melebar seketika. Dia melotot pada Stefan yang tertidur karena lelaki itu membuang hasil gambarnya tanpa sengaja dan kertas itu juga merupakan kontrak mereka. Lebih tepatnya kontrak yang ada di tangannya saja yang sudah lenyap. Stefan pasti masih menyimpannya seperti harta karun.Jari tangannya menusuk wajah Stefan yang tidak ada reaksi sama sekali. Telunjuknya menusuk pipi lelaki itu lagi dan berkata, “Punya aku sudah kamu lenyapkan tanpa sengaja, sedangkan punyamu masih ada sama kamu. Nggak adil! Aku nggak ada jaminan sama sekali.”Apakah dia perlu mencuri kontrak milik Stefan dan melenyapkannya? Begitu jauh lebih adil, tidak ada satu orang pun yang memiliki kontrak tersebut sehingga tidak ada yang bisa mengakhirinya. Begitu jauh lebih tenang bagi Olivia.Teringat bahwa Olivia tidak memiliki kesempatan untuk masuk ke kamar lelaki itu membuat dia
Jangan bicarakan delapan adiknya Stefan yang lain. Hanya Stefan seorang saja sudah membuatnya pusing. Ketika suaminya belum meninggal, dia pernah mendeskripsikan kesembilan cucunya. Katanya Stefan merupakan cucu yang paling berbakti pada Sarah, tetapi juga yang paling membuat Sarah khawatir.Dengan sifat yang dimiliki Stefan, kalau Sarah tidak ikut campur maka dia akan lajang selamanya!Dilihat dari keadaan sekarang, ternyata apa yang dikatakan suaminya memang benar!“Nyonya, masalah perasaan tidak bisa buru-buru. Ini masalah penting dalam hidup dan butuh waktu seumur hidup. Kalau Olivia nggak mengenali seseorang dengan baik, nggak hanya masa mudanya yang habis, tapi ada harga yang lebih mahal yang harus dia bayar.”Terdengar suara pintu terbuka dari arah luar.“Den Stefan dan Non Olivia sudah pulang.”“Ingat dengan panggilanmu!” peringat Sarah lagi.Bi Lesti mengangguk dengan cepat. Kedua suami istri itu masuk dan melihat Bi Lesti tengah menemani Sarah menonton.“Pak Stefan, Bu Olivia
Di dalam kamarnya Olivia, perempuan itu tengah membantu nenek mengeluarkan barang dari dalam koper. Neneknya bahkan membawa gelas minumnya kemari.“Nenek, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Nenek mau pindah keluar dari rumah?”“Huft, jangan diungkit lagi. Semua karena anak dan cucu yang nggak berbakti. Setiap hari kerjaannya buat Nenek khawatir dan nggak ada yang mau perhatian sama Nenek. Lebih baik Nenek lepas tangan dan pindah dengan kalian selama beberapa waktu aja. Biarkan Nenek hilang dari hidup mereka.”Setelah Olivia meletakkan barang-barang milik neneknya, dia masuk ke kamar mandi dan bantu untuk mengisi air mandi sambil berseru, “Nenek, air mandinya sudah siap. Nenek mandi air hangat dulu.”Sarah menyahut dan bergegas mengambil baju tidurnya untuk masuk ke kamar mandi. “Selama ini Nenek ingin anak atau cucu perempuan karena perempuan lebih perhatian. Kamu lihat setelah Nenek datang, Stefan nggak datang dan perhatian sama Nenek. Tetap Olivia yang paling perhatian.”Olivia tert
Baru saja berjalan beberapa langkah, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Bukan kamarnya melainkan kamar Stefan. Lelaki itu mengenakan baju tidur yang tebal dan nyaman dan keluar sambil memegang gelas. Sepertinya dia ingin mengambil air minum.Kedua suami istri itu bertatapan sejenak. Kemudian Stefan menyalakan lampu sambil bertanya, “Masih belum tidur?”Dengan malu Olivia berkata dengan suara kecil, “Stefan, nenek kamu tidur mendengkur dan suaranya keras sekali. Aku nggak bisa tidur sama sekali.”Stefan berjalan ke depan kamar Olivia dan membuka pintu kamarnya. Dia melongokkan kepala dan melirik sejenak. Memang terdengar suara dengkuran neneknya yang sangat nyaring. Stefan langsung bisa menebak itu bohongan. Dia menutup pintu kamar dengan perlahan dan berbalik ke arah Olivia sambil berkata,“Lalu kamu mau tidur dimana?”“Aku ingin tidur sama Bi Lesti, tapi dia sudah tidur dan nggak mau bangun. Pintu kamarnya juga sudah dikunci dan aku nggak bisa masuk. Makanya aku Cuma bisa tidur di sofa.”
Stefan tahu kalau Olivia bukan perempuan yang akan histeris ketika melihat lelaki buka baju. Dia hanya akan diam dan tetap menikmatinya. Bahkan mungkin berniat menyentuhnya.Lelaki itu bangkit dan menghentikan sikap menggodanya tadi. Tidak akan gunanya bagi Olivia.“Kalau sumpelin pakai kapas bisa tidur nggak?”Olivia menggeleng dan berkata, “Nggak nyaman.”Tidur di sofa tidak ada selimut, Stefan juga tidak mungkin meminta dia tidur lesehan dengan karpet di kamar tamu yang tidak ada tempat tidur. Malam ini memang lebih dingin dari biasanya. Setelah hening sejenak, dia mengangkat gelas dan berjalan masuk ke kamarnya lagi.“Tidur di kamarku.”Ucapan itu membuat Olivia tercenung. Ternyata ada gunanya juga dia marah. Stefan melangkah ke depan pintu kamar dan kemudian melihat ke arah Olivia yang masih tidak bergerak. Wajahnya menggelap dan berkata dengan nada dingin, “Kalau nggak mau, kamu tidur sofa saja!”Setelah itu dia masuk kamar dan hendak menutup pintu. Olivia bergegas mengambil bant
Lelaki itu menghela napas berat dan akhirnya tidur di samping Olivia. Dia mau memiliki perempuan itu tetapi harus Olivia yang dengan suka rela dan dalam keadaan sadar.Olivia tetap tidur dengan lelap meski pindah tempat tidur. Sedangkan Stefan berbeda dari perempuan itu, dia tidak pernah berbagi tempat tidur dengan orang lain apalagi perempuan cantik yang berstatus istrinya. Dia sungguh tidak terbiasa.Setelah tertidur, Olivia malah mendekat ke sisinya dan menjadikan Stefan sebagai penghangat. Stefan yang terpancing akhirnya mengulurkan tangan hendak membuka kancing baju Olivia, baru satu kancing saja lelaki itu sudah menyerah.Melihat Olivia yang tidur dengan lelap membuat Stefan mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir perempuan itu. Hingga akhirnya dia memasukkan tubuh Olivia dalam pelukannya dan terus berdoa dalam hati untuk tidak melakukan aneh-aneh.Stefan yang sudah mulai ngantuk berat akhirnya jatuh tertidur dengan Olivia yang ada dalam peluknya. Keduanya tidak tahu kalau saat i
Setelah hujan semalaman, akhirnya awan hujan pun berlalu dan langit kembali menjadi terang.Olivia bangun di jam yang biasanya.Begitu perempuan itu membuka mata, wajah Stefan yang tampan langsung masuk ke dalam penglihatannya. Olivia tertegun sejenak, dirinya teringat kembali tentang kejadian semalam. Perempuan itu buru-buru duduk dan hendak pergi diam-diam.Perempuan itu berpikir sejenak, lalu menoleh dan melihat Stefan yang tengah tertidur dengan pulas. Dirinya kembali teringat Stefan yang kemarin seharian mengandalkan kopi tapi sekarang bisa tidur dengan begitu pulasnya. Apalagi hari ini pria itu juga sedang mengambil cuti, jadi biarkan saja dia tidur.Olivia tidak ingin mengganggu Stefan, tapi hal yang dilakukan malah sebaliknya.Perempuan itu tidak kuasa menahan diri untuk mencuri cium wajah tampan Stefan, lalu berbisik, “Wajah ini lebih cantik daripada wajahku, kalau bukan karena wajah ini selalu cemberut dan dingin seharian, aku dari dulu pasti sudah memakannya. Tunggu hatiku s