Ketika bangun, Stefan langsung menyadari bahwa Olivia sudah tidak berada di dalam kamarnya lagi. Pria itu pun langsung bergumam dengan nada yang kesal, “Sudah meniduri aku, apa nggak bisa tunggu aku bangun dulu, baru pergi?”Olivia : Tuan besar, mulut boleh sembarang makan, tapi jangan sampai sembarang berbicara. Aku tidak meniduri kamu, aku hanya tidur di atas kasur kamu saja.Stefan : ….Begitu Stefan keluar dari kamarnya, selain anjing dan kucing peliharaannya, bayangan ketiga perempuan itu tidak ditemukan di dalam rumahnya.Tanpa perlu bertanya, Stefan langsung tahu bahwa mereka bertiga sedang pergi membeli sayur di pasar.Stefan duduk di atas kursi bulan sabit di depan balkon rumahnya.Mengingat kembali perasan dan aroma malam tadi ketika mereka tidur bersama.Singkat kata, rasanya seperti : Tidak terbiasa, tapi juga sangat menanti-nantikan.Tidak lama kemudian, ketiga perempuan itu telah pulang dari pasar.Selain membeli sayur, Olivia juga membeli satu set seprai. Toko perabotan
Olivia ikut bergidik mendengar hal ini, begitu banyak contoh pasangan yang diam-diam memindahkan asetnya setelah bercerai.Mengingat karakter keluarga Pamungkas, Roni memindahkan asetnya sangatlah besar.“Nenek, aku akan membicarakan hal ini kepada kakakku.”Nenek Sarah bergumam mengiyakan, “Kalau perlu bantuan bilang saja ke Stefan, dia pasti akan membantu kamu untuk menyelidikinya.”“Nenek tenang saja, kalau nanti aku benar-benar perlu bantuan, aku pasti nggak akan segan untuk mencari bantuan Stefan.”Nenek Sarah sangat puas dengan sikap Olivia yang tidak sungkan terhadap cucunya ini.Sepasang alis mata Stefan terlihat sedikit membengkok naik. Namun, ketika Nenek Sarah melihat ke arahnya, kedua alis mata itu kembali menjadi normal. Nenek Sarah pun tak kuasa mengumpat di dalam hatinya : Terus saja berpura-pura, aku ingin melihat kamu bisa berpura-pura sampai mana?Setelah selesai sarapan, mereka sekeluarga pun pergi ke Astute Residence.Olivia sudah bersama dengan keponakannya menungg
Odelina tidak sempat lagi berbicara banyak kepada adiknya. Setelah dia menyerahkan Russel ke adiknya, lalu melambaikan tangan ke arah Nenek Sarah dan adik iparnya, perempuan itu pun langsung mengendarai motornya pergi meninggalkan mereka semua.Ketika Odelina sampai di kantor, jaraknya hanya tersisa 15 menit dari waktu jam kerja.Biasanya perempuan itu akan menghabiskan waktu 20 menit untuk berlari sebanyak lima putaran, tapi beberapa hari ini dia sudah mulai terbiasa, larinya pun semakin lebih cepat.Waktu masih keburu untuk dia lari pagi.Perempuan itu langsung memarkirkan motor dan menguncinya, lalu mulai berlari pagi.Setiap hari sebelum mulai bekerja, biasanya Odelina akan berlari sebanyak lima putaran di taman depan gedung kantornya. Semua orang yang bekerja di Lumanto Group sudah mengetahui hal ini, awalnya mereka semua melihat Odelina seperti menonton sebuah pertunjukkan yang menarik.Namun tidak sampai dua hari, ada beberapa orang yang juga ikut bergabung lari pagi.Mereka sem
Ucapan Daniel ini, membuat wajah Odelina merah seketika.Dirinya tidak hanya sering merasa lapar dan makan banyak, sehari-harinya juga sangat jarang berolahraga, barulah badannya makin lama menjadi makin gemuk.“Pak Daniel, aku yakin aku bisa. Aku jamin di dalam masa percobaanku ini, aku pasti bisa menguruskan badanku.”Kedepannya, dia tidak hanya lari pagi, tapi setelah pulang kerja juga akan berlari.Dirinya tidak percaya, dia tidak bisa menyingkirkan lemak-lemak di badannya.“Hmm, kalau begitu masa percobaan kamu akan dikurangi menjadi satu bulan, lakukan dengan baik.”Daniel berkata satu dua patah kata sopan kepada Odelina, lalu pergi ke arah lift pribadinya. Namun hanya dalam hitungan detik, sosoknya yang tinggi dan tegap itu telah menghilang dari balik pintu lift.Setelah sosok Daniel menghilang, barulah Odelina menarik kembali pandangannya dan menoleh ke belakang. Begitu perempuan itu menoleh ke belakang, dia menemukan wajah atasannya yang sedang mendelik menetap dirinya dengan
…Dalam perjalanan ke resort di pinggiran kota bagian barat, Olivia menelepon Junia, “Junia, aku mau temenin Nenek keluar jalan-jalan hari ini, nggak bisa balik ke toko. Toko aku serahkan padamu, ya.”Junia tersenyum dan berkata, “Nggak apa-apa. Kamu temenin Nenek jalan-jalan santai saja. Serahkan saja toko padaku. Semuanya normal-normal saja.”Lagi pula, besok sudah weekend.Mereka biasanya tidak akan buka toko di akhir pekan. Buka pun karena Olivia mau mengerjakan kerajinan tangannya.Setelah selesai telepon, Junia bergumam sendiri, “Kehidupan pernikahan Olivia semakin lama semakin menarik.”“Kak Olivia.” Terdengar suara yang familiar memanggil Junia. Raut muka Junia langsung muram.Dia melihat Albert berjalan masuk, lalu berkata marah pada pria itu, “Albert, apa kamu nggak dengar apa yang Kakak katakan waktu itu? Mulai sekarang jangan datang ke toko ini lagi. Kamu dan Olivia itu nggak mungkin!”Mereka baru beberapa hari tidak bertemu. Albert tampak sedikit lebih kuyu dari sebelumny
Keluarga Pratama adalah keluarga mertua bibinya Junia. Junia telah menyaksikan betapa sulitnya kehidupan bibinya di rumah keluarga Pratama sejak dia masih kecil. Keluarga mereka, keluarga Santoso, bisa menjadi kaya karena mendapat uang dari pemerintah yang ingin membangun infrastruktur di tanah yang mereka miliki. Mereka punya banyak rumah dan ruko yang disewakan dan aset mereka hampir mendekati 200 miliar. Sudah begitu saja, bibirnya masih kesulitan setelah menikah dengan keluarga konglomerat itu.Apalagi Olivia.Junia bukannya mau merendahkan Olivia. Dia hanya mengatakan yang sebenarnya.“Kak Olivia.”“Olivia sedang berkencan dengan suaminya.”Wajah Albert seketika berubah pucat.Dia segera mencari Olivia di dalam toko itu. Junia juga membiarkannya mencari di segala penjuru dan sudut ruangan.Albert baru mempercayai perkataan kakak sepupunya karena tidak menemukan Olivia di sana. Olivia benar-benar tidak ada di toko. Dia pun pergi dengan lesu.Juna menghela napas.Dia berharap Albert
Olivia menjejalkan ponselnya kembali ke saku celana, dan refleks langsung menarik Stefan untuk berjalan lebih cepat.Ini adalah kesempatan bagus.Stefan segera menarik kembali tangan Olivia dan menggandengnya.Sambil berjalan, jari-jari mereka jadi bertautan.Rasanya senang sekali menggandeng tangan kecil istrinya.Stefan adalah pria tsundere yang tidak punya pengalaman berpacaran sebelumnya. Namun, dia juga sangat berbunga-bunga dan senang saat berhasil menggandeng tangan istrinya.Olivia sadar Stefan menggenggam tangannya erat-erat. Dia melihat ke bawah dan melihat jari-jari mereka saling bertautan erat. Pria itu yang menautkannya.Dia melirik Stefan diam-diam. Melihat pria itu masih saja memasang wajah dingin dan angkuh, dia bergumam dalam hati. “Pegang tangan orang, tapi ekspresinya kayak nggak ada apa-apa.”Jadi, dia menggambar beberapa guratan di telapak tangan Stefan dengan ibu jarinya. Ketika pria itu memandangnya, dia juga melihat lurus ke depan.Kalau pria ini mau berlagak bo
Olivia tahu perasaan Olivia terhadap tuan muda keluarga Adhitama itu, jadi dia tidak ingin membicarakan topik ini terlalu banyak, supaya sampai Amelia tidak merasa tidak nyaman. Jadi, dia segera mengganti topik pembicaraan.Setelah sekian topik yang diobrolkan, Amelia membicarakan tentang apa yang sedang dia kerjakan akhir-akhir ini. Dia berkata, “Kakakku takut aku akan memikirkan tuan muda keluarga Adhitama kalau menganggur, dan jadinya akan lebih sedih. Jadinya dia memberiku pekerjaan dan menyuruhku untuk mencari keberadaan bibiku.”“Bibimu?”Olivia tidak tahu banyak tentang keluarga Sanjaya. Hanya tahu keluarga Sanjaya adalah keluarga terkaya nomor dua setelah keluarga Adhitama.Satu-satunya orang keluarga Sanjaya yang dia kenal adalah Amelia.“Olivia, kalau dipikir-pikir, situasi mamaku sangat mirip dengan kamu dan kakakmu. Kakek dan nenek dari pihak mamaku juga meninggal di usia muda dan nggak ada keluarga yang mau menampung mamaku dan adiknya. Jadinya, mamaku dan adiknya dikirim
Anak muda yang tidak mau bekerja biarkan saja mereka kelaparan. Biaya hidup untuk anak muda harus dihapuskan. Saat mereka tidak memiliki siapa-siapa untuk diandalkan, mereka akan keluar untuk mencari pekerjaan dan menjadi mandiri. Hanya dengan begitu baru bisa dipilih yang mana yang bagus untuk diambil dan dilatih jadi penerus. Akomodasi untuk orang lanjut usia tidak diubah juga tidak masalah.“Di keluarga banyak orang yang nggak berguna, hanya bisa andalkan kita untuk cari uang dan hidupi mereka. Mama ingin ubah keluarga ini dan jadi miliki keluarga kita saja. Tapi Mama butuh kerja samamu.”“Felicia, Mama sudah berkorban banyak untuk dapatkan posisi kepala keluarga ini. Mama juga sudah kerja keras selama puluhan tahun. Meskipun kemampuan Mama terbatas dan gagal bawa keluarga kembali ke puncak kejayaan, seenggaknya Mama sudah memusatkan kekuasaan dan kepentingan sedikit demi sedikit. Sekarang para tetua susah mau menggoyahkan kekuasaan kepala keluarga.”“Kalau mereka berani bicara, Mam
“Sekalipun aku dapatkan dengan cara yang nggak benar, kamu bisa ambil dengan cara yang baik dan benar. Kalau posisi kepala keluarga kembali ke tangan keturunan tantemu, bukankah aku akan jadi bahan tertawaan semua orang? Aku juga sudah kehilangan banyak hal karena ini,” kata Patricia dengan tegas.Usai berkata, Patricia mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah Felicia yang bengkak. Dia menghela napas, lalu berkata, “Felicia, aku lakukan semua ini benar-benar demi kebaikan kamu sendiri. Mama harap semua yang ada di keluarga Gatara bisa diberikan ke kamu.”Felicia membalas tatapan ibunya. Dia percaya perkataan ibunya tentang keinginannya untuk mewariskan segalanya di keluarga Gatara kepadanya. Namun, keluarga Gatara bukan milik ibunya seorang.Patricia ingin menjadikan semua milik keluarga Gatara menjadi miliknya sendiri. Setelah Felicia kembali ke keluarga Gatara, Felicia menyadari banyak orang yang tidak senang dengan ibunya karena ibunya secara bertahap berusaha menghapuskan aturan k
Felicia tahu Vandi khawatir. Dia menyuruh Vandi keluar dulu sambil menenangkannya, “Tenang saja, Mama nggak akan benar-benar bunuh aku. Aku anak kandungnya. Aku sudah rusak rencananya. Aku pantas ditampar olehnya.”Patricia tidak benar-benar membunuh Felicia. Felicia merasa ibunya masih peduli dengan hubungan di antara mereka.Vandi menatap Patricia sejenak, lalu menatap kembali wajah Felicia yang bengkak dengan ekspresi tidak tega. Setelah itu, dia keluar dari ruangan. Vandi pergi minta es pada perawat dan meminta Felicia mengompres wajahnya terlebih dahulu.Felicia mengambil es dari Vandi dan berkata, “Aku akan kompres. Kamu keluar saja.”Vandi mengerutkan bibir. Pada akhirnya, dia keluar dari ruangan lagi. Setelah di dalam ruangan tinggal mereka berdua, Felicia mengompres wajahnya dengan es sambil berkata, “Mama capek berdiri terus, kan? Mama ambil sendiri kursi dan duduk dulu.”Patricia memelototi Felicia sejenak, lalu menarik kursi dan duduk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“La
“Aku sudah alami banyak hal. Pandangan dan perspektifku sudah lama terbentuk. Aku nggak bisa lagi jadi orang seperti yang Mama inginkan.”“Kamu katakan semua ini untuk buat aku merasa bersalah?” tanya Patricia.Felicia tertawa pelan. “Aku mana berani? Lagi pula, apakah Mama akan merasa bersalah? Mama masih punya hati?”Begitu Felicia selesai berkata, Patricia menamparnya lagi. Kali ini, tamparan mengenai sisi wajah Felicia yang lain. Kedua sisi wajah Felicia merah dan bengkak. Lebih banyak darah mengalir dari sudut mulutnya.“Bu Felicia!” teriak Vandi yang tidak tega melihat Felicia ditampar.Vandi tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Jika Patricia memukul Felicia lagi, dia mungkin akan mengusir Patricia. Felicia adalah orang yang ingin dia lindungi seumur hidupnya. Bagaimana mungkin dia bisa membiarkan Patricia terus menyakiti Felicia?Patricia menatap Vandi dan berakta, “Kamu keluar, Vandi. Ini masalah kami berdua, nggak ada hubungannya sama kamu!”Patricia benar-benar takut Vandi ak
Ekspresi Vandi serius dan tegas. “Bu Felicia anak kandung Bu Patricia!” ujar Vandi.Patricia memberi perintah dengan dingin, “Lepas, Vandi. Jangan lupa, sekarang aku masih kepala keluarga. Kamu harus dengar perintahku!”“Sejak aku ditugaskan untuk kerja bersama Bu Felicia, tugasku adalah melindungi Bu Felicia selamanya. Aku hanya akan setia padanya, hanya dengar perintahnya. Itulah tugas kami sebagai asisten. Kami juga hanya punya satu majikan. Majikanku adalah Bu Felicia, bukan Bu Patricia. Tugasku adalah melindungi Bu Felicia. Aku nggak akan biarkan siapa pun sakiti dia, termasuk Bu Patricia.”Wajah Patricia menjadi semakin buram. Memang, sejak Vandi kerja bersama Felicia, dia hanya setia kepada Felicia dan hanya akan melayani Felicia. Sekalipun Patricia masih berstatus kepala keluarga, Patricia bukan majikan Vandi. Dia tidak berhak menyuruh Vandi melakukan apa pun.Patricia hendak memukul Felicia langsung di depan Vandi. Tentu saja, Vandi harus menghentikannya.Felicia berkata kepad
Odelina bergumam pelan. “Aku percaya kehidupan aku dan Olivia akan semakin membaik.”Belum lagi Odelina sendiri. Setelah menikah dengan Stefan, kehidupan Olivia menjadi sangat baik. Olivia juga sangat baik terhadap Odelina.“Kak Aksa buru-buru datang ke sini tadi malam, pasti sudah capek. Kak Aksa istirahat di hotel saja dulu. Aku rasa untuk sementara waktu Patricia nggak akan lakukan apa pun pada kita.” Odelina meminta Aksa untuk kembali ke hotel dan beristirahat.“Memang benar Patricia ingin bunuh aku. Tapi dia masih takut. Atau, dia punya ambisi yang lebih besar, ingin bunuh kita semua sekaligus.”Odelina cukup memahami jalan pikiran Patricia. Aksa sendiri memang sudah merasa lelah dan ingin beristirahat.“Oke, kalau begitu aku kembali ke hotel dulu. Kalau ada apa-apa, kamu telepon saja.”“Oke, Kak.”Tidak lama setelah Aksa pergi, Rika datang. Setelah sekretaris menelepon Odelina, Odelina langsung keluar untuk menyambut Rika. Namun, baru saja Odelina membuka pintu kantor, sosok Rika
“Silakan pergi, kami nggak antar, ya!” Aksa dan Odelina berkata hampir bersamaan.Patricia yang sudah berjalan sampai di depan pintu langsung berhenti. Dia menoleh dan menatap Odelina, lalu berkata dengan dingin, “Ingat, di sini Kota Cianter. Di Kota Cianter, keluarga Gatara masih lebih kuat dari kamu, Odelina.”Odelina tertawa pelan dan mengakui, “Aku nggak bilang Bu Patricia nggak sebaik aku. Kalau aku ngomong begitu, itu akan menjadi pukulan yang besar dan akan menghancurkan harga diri Bu Patricia.”“Aku pendatang baru di sini, baru beberapa bulan di Kota Cianter. Kalau Bu Patricia bahkan nggak sebaik aku, lebih baik Bu Patricia benturkan kepala ke tembok saja. Tapi jauh-jauh, ya. Jangan di tembok perusahaanku. Mengotori tempatku saja.”Patricia sangat marah sehingga dia benar-benar ingin segera membunuh kedua orang ini. Namun, dia tetap berusaha menahan emosinya. Dia sudah berusia 70 tahun. Jika dia bahkan tidak sanggup menahan diri, maka dia benar-benar harus membenturkan kepalany
Odelina tersulut emosi ketika mendengar hal itu. Aksa menggunakan tatapan matanya untuk menenangkan Odelina, memberi isyarat agar Odelina tidak marah. Patricia memang sengaja membuat mereka marah. Semakin marah mereka, semakin senang Patricia.Sekarang Patricia ingin menyingkirkan mereka semua. Namun, dia belum memiliki rencana yang sempurna. Jadi dia hanya bisa mengatakan sesuatu yang dapat memancing amarah mereka.“Apakah Bu Patricia bisa melakukan hal itu? Kami sangat menantikannya,” kata Aksa dengan tenang.“Bu Patricia bahkan nggak bisa urus kekacauan di keluarga Gatara. Aku nggak tahu bagaimana cara kamu mengelola Gatara Group selama beberapa puluh tahun terakhir. Keluarga lain makin lama jadi makin besar. Nggak perlu sampai di seluruh negeri. Hanya di provinsi atau kota saja. Seenggaknya mereka dapat pertahankan status mereka sebagai bos besar. Bu Patricia coba lihat ada di posisi apa Gatara Group di Kota Cianter?”Aksa sengaja mengejek kemampuan Patricia. Patricia bisa membuat
Patricia sama sekali tidak menyangka. Setelah puluhan tahun, kebenaran akan terungkap juga. Dia juga tidak menyangka kedua keponakannya masih bisa bangkit sendiri tanpa dukungan dari keluarga Gatara. Mereka bisa masuk ke keluarga kaya dan mendapatkan lebih banyak dukungan dari keluarga besar lainnya. Yang bernasib baik pada akhirnya tetap bernasib baik.“Ada urusan apa Bu Patricia datang ke sini?”Saat Patricia tetap diam, Aksa bertanya dengan suara berat. Mata Patricia bertemu dengan mata Odelina yang penuh kebencian. Dia merasa Odelina memiliki sedikit bayangan dari Sofia. Apakah Patricia harus hidup di bawah bayang-bayang kakaknya sepanjang hidupnya?“Odelina, kalau aku bilang aku datang untuk bunuh kamu, apakah kamu akan takut?” Mata Odelina berkedip, lalu dia menjawab dengan jujur, “Tentu saja takut. Siapa yang nggak takut mati? Memangnya Bu Patricia nggak takut mati? Tapi aku tahu kamu nggak suka bisnis yang merugikan. Sekalipun kamu sangat ingin bunuh aku sekarang juga, kamu ma