Ucapan Daniel ini, membuat wajah Odelina merah seketika.Dirinya tidak hanya sering merasa lapar dan makan banyak, sehari-harinya juga sangat jarang berolahraga, barulah badannya makin lama menjadi makin gemuk.“Pak Daniel, aku yakin aku bisa. Aku jamin di dalam masa percobaanku ini, aku pasti bisa menguruskan badanku.”Kedepannya, dia tidak hanya lari pagi, tapi setelah pulang kerja juga akan berlari.Dirinya tidak percaya, dia tidak bisa menyingkirkan lemak-lemak di badannya.“Hmm, kalau begitu masa percobaan kamu akan dikurangi menjadi satu bulan, lakukan dengan baik.”Daniel berkata satu dua patah kata sopan kepada Odelina, lalu pergi ke arah lift pribadinya. Namun hanya dalam hitungan detik, sosoknya yang tinggi dan tegap itu telah menghilang dari balik pintu lift.Setelah sosok Daniel menghilang, barulah Odelina menarik kembali pandangannya dan menoleh ke belakang. Begitu perempuan itu menoleh ke belakang, dia menemukan wajah atasannya yang sedang mendelik menetap dirinya dengan
…Dalam perjalanan ke resort di pinggiran kota bagian barat, Olivia menelepon Junia, “Junia, aku mau temenin Nenek keluar jalan-jalan hari ini, nggak bisa balik ke toko. Toko aku serahkan padamu, ya.”Junia tersenyum dan berkata, “Nggak apa-apa. Kamu temenin Nenek jalan-jalan santai saja. Serahkan saja toko padaku. Semuanya normal-normal saja.”Lagi pula, besok sudah weekend.Mereka biasanya tidak akan buka toko di akhir pekan. Buka pun karena Olivia mau mengerjakan kerajinan tangannya.Setelah selesai telepon, Junia bergumam sendiri, “Kehidupan pernikahan Olivia semakin lama semakin menarik.”“Kak Olivia.” Terdengar suara yang familiar memanggil Junia. Raut muka Junia langsung muram.Dia melihat Albert berjalan masuk, lalu berkata marah pada pria itu, “Albert, apa kamu nggak dengar apa yang Kakak katakan waktu itu? Mulai sekarang jangan datang ke toko ini lagi. Kamu dan Olivia itu nggak mungkin!”Mereka baru beberapa hari tidak bertemu. Albert tampak sedikit lebih kuyu dari sebelumny
Keluarga Pratama adalah keluarga mertua bibinya Junia. Junia telah menyaksikan betapa sulitnya kehidupan bibinya di rumah keluarga Pratama sejak dia masih kecil. Keluarga mereka, keluarga Santoso, bisa menjadi kaya karena mendapat uang dari pemerintah yang ingin membangun infrastruktur di tanah yang mereka miliki. Mereka punya banyak rumah dan ruko yang disewakan dan aset mereka hampir mendekati 200 miliar. Sudah begitu saja, bibirnya masih kesulitan setelah menikah dengan keluarga konglomerat itu.Apalagi Olivia.Junia bukannya mau merendahkan Olivia. Dia hanya mengatakan yang sebenarnya.“Kak Olivia.”“Olivia sedang berkencan dengan suaminya.”Wajah Albert seketika berubah pucat.Dia segera mencari Olivia di dalam toko itu. Junia juga membiarkannya mencari di segala penjuru dan sudut ruangan.Albert baru mempercayai perkataan kakak sepupunya karena tidak menemukan Olivia di sana. Olivia benar-benar tidak ada di toko. Dia pun pergi dengan lesu.Juna menghela napas.Dia berharap Albert
Olivia menjejalkan ponselnya kembali ke saku celana, dan refleks langsung menarik Stefan untuk berjalan lebih cepat.Ini adalah kesempatan bagus.Stefan segera menarik kembali tangan Olivia dan menggandengnya.Sambil berjalan, jari-jari mereka jadi bertautan.Rasanya senang sekali menggandeng tangan kecil istrinya.Stefan adalah pria tsundere yang tidak punya pengalaman berpacaran sebelumnya. Namun, dia juga sangat berbunga-bunga dan senang saat berhasil menggandeng tangan istrinya.Olivia sadar Stefan menggenggam tangannya erat-erat. Dia melihat ke bawah dan melihat jari-jari mereka saling bertautan erat. Pria itu yang menautkannya.Dia melirik Stefan diam-diam. Melihat pria itu masih saja memasang wajah dingin dan angkuh, dia bergumam dalam hati. “Pegang tangan orang, tapi ekspresinya kayak nggak ada apa-apa.”Jadi, dia menggambar beberapa guratan di telapak tangan Stefan dengan ibu jarinya. Ketika pria itu memandangnya, dia juga melihat lurus ke depan.Kalau pria ini mau berlagak bo
Olivia tahu perasaan Olivia terhadap tuan muda keluarga Adhitama itu, jadi dia tidak ingin membicarakan topik ini terlalu banyak, supaya sampai Amelia tidak merasa tidak nyaman. Jadi, dia segera mengganti topik pembicaraan.Setelah sekian topik yang diobrolkan, Amelia membicarakan tentang apa yang sedang dia kerjakan akhir-akhir ini. Dia berkata, “Kakakku takut aku akan memikirkan tuan muda keluarga Adhitama kalau menganggur, dan jadinya akan lebih sedih. Jadinya dia memberiku pekerjaan dan menyuruhku untuk mencari keberadaan bibiku.”“Bibimu?”Olivia tidak tahu banyak tentang keluarga Sanjaya. Hanya tahu keluarga Sanjaya adalah keluarga terkaya nomor dua setelah keluarga Adhitama.Satu-satunya orang keluarga Sanjaya yang dia kenal adalah Amelia.“Olivia, kalau dipikir-pikir, situasi mamaku sangat mirip dengan kamu dan kakakmu. Kakek dan nenek dari pihak mamaku juga meninggal di usia muda dan nggak ada keluarga yang mau menampung mamaku dan adiknya. Jadinya, mamaku dan adiknya dikirim
“Waktu mamaku dan adiknya berpisah, mereka ada foto sekali. Mereka masing-masing punya satu lembar fotonya dan pikir mereka bisa saling mengenali satu sama lain dengan foto itu nantinya. Sayangnya, foto yang dibawa oleh tanteku itu dibakar oleh pasangan pertama yang mengadopsinya.”“Mamaku terus menyimpan foto itu. Tapi, karena sudah belasan tahun, walaupun dia merawatnya, foto itu juga nggak sebagus foto sekarang, sehingga nggak mudah dikenali. Kakakku juga sudah mengunggah foto itu ke internet, dan masih belum ada kabar sama sekali. Kalau kami mau menemukan tanteku, aku rasa kami baru bisa menemukannya kalau misalnya mamaku nggak sengaja melihat putrinya yang sangat mirip dengannya.”Kalau tidak, bibinya pasti akan sulit ditemukan keberadaannya.Namun, kemungkinan yang pertama sangat kecil.“Tuhan nggak akan mengecewakan orang yang berusaha. Amelia, kalian pasti akan menemukan tantemu suatu hari nanti.”Olivia tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain memberikan semangat pada Amelia.
Amelia berkata dengan penuh terima kasih, “Olivia, kalau kamu membantu kami menemukan tanteku, kami akan sangat berutang budi padamu. Kami nggak akan memperlakukanmu dengan buruk.”“Kita ini teman, nggak usah sungkan seperti itu. Aku hanya teringat akan mamaku. Kalau mamaku masih hidup, aku dan kakakku pasti juga akan berusaha sekeras mungkin untuk menemukan keluarganya.”Ibu Olivia sudah meninggal belasan tahun. Olivia sudah tidak terlalu ingat dengan sosok ibunya, tapi untungnya kakaknya sangat mirip dengan ibunya. Dia jadi bisa mengingat sosok ibunya apabila melihat wajah kakaknya.“Olivia, aku nggak akan mengganggumu berkencan dengan suamimu lagi. Bersenang-senanglah. Kalau mau mengadakan resepsi pernikahan, jangan lupa beri tahu aku. Aku akan menjadi braidsmaid-mu,” ujar Amelia dengan nada bercanda, lalu mematikan panggilan itu.“Lagi-lagi si Amelia Sanjaya itu?” tanya Stefan dengan acuh tak acuh.“Iya, Amelia awalnya mau ikut ke sini, tapi waktu dengar aku lagi sama kamu, dia ngg
“Itu pasti. Aku masih mau menuntut mereka untuk mendapatkan kembali rumah orang tuaku!”“Kalau kamu percaya diri bisa merebutnya kembali, jangan sedih lagi. Kita keluar untuk bersenang-senang hari ini. Harus bersenang-senang. Masalah-masalah itu kita selesaikan satu per satu nanti. Semuanya akan terselesaikan.”Stefan menarik Olivia ke pelukannya, mengencangkan pelukannya dan berkata, “Ada aku. Kalaupun langit runtuh, kamu nggak perlu khawatir. Aku akan membantumu menahannya.”Olivia tidak melepaskan diri dari pelukan Stefan, bersandar dengan tenang di dada pria itu. Sesaat kemudian, dia baru melepaskan diri.Wajahnya merah.“Ada banyak orang di sini.”Stefan menggandeng tangan Olivia dengan acuh tak acuh, lalu mengajak wanita itu berjalan lagi, “Kita ini suami istri. Lagian kita juga nggak melakukan apa-apa. Kenapa takut ada banyak orang?”Olivia diam saja.“Pantas saja kakakku selalu bilang aku harus memperlakukanmu dengan baik.” Ternyata pria ini sudah mendapatkan restu kakaknya sej