Di dalam kamarnya Olivia, perempuan itu tengah membantu nenek mengeluarkan barang dari dalam koper. Neneknya bahkan membawa gelas minumnya kemari.“Nenek, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Nenek mau pindah keluar dari rumah?”“Huft, jangan diungkit lagi. Semua karena anak dan cucu yang nggak berbakti. Setiap hari kerjaannya buat Nenek khawatir dan nggak ada yang mau perhatian sama Nenek. Lebih baik Nenek lepas tangan dan pindah dengan kalian selama beberapa waktu aja. Biarkan Nenek hilang dari hidup mereka.”Setelah Olivia meletakkan barang-barang milik neneknya, dia masuk ke kamar mandi dan bantu untuk mengisi air mandi sambil berseru, “Nenek, air mandinya sudah siap. Nenek mandi air hangat dulu.”Sarah menyahut dan bergegas mengambil baju tidurnya untuk masuk ke kamar mandi. “Selama ini Nenek ingin anak atau cucu perempuan karena perempuan lebih perhatian. Kamu lihat setelah Nenek datang, Stefan nggak datang dan perhatian sama Nenek. Tetap Olivia yang paling perhatian.”Olivia tert
Baru saja berjalan beberapa langkah, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Bukan kamarnya melainkan kamar Stefan. Lelaki itu mengenakan baju tidur yang tebal dan nyaman dan keluar sambil memegang gelas. Sepertinya dia ingin mengambil air minum.Kedua suami istri itu bertatapan sejenak. Kemudian Stefan menyalakan lampu sambil bertanya, “Masih belum tidur?”Dengan malu Olivia berkata dengan suara kecil, “Stefan, nenek kamu tidur mendengkur dan suaranya keras sekali. Aku nggak bisa tidur sama sekali.”Stefan berjalan ke depan kamar Olivia dan membuka pintu kamarnya. Dia melongokkan kepala dan melirik sejenak. Memang terdengar suara dengkuran neneknya yang sangat nyaring. Stefan langsung bisa menebak itu bohongan. Dia menutup pintu kamar dengan perlahan dan berbalik ke arah Olivia sambil berkata,“Lalu kamu mau tidur dimana?”“Aku ingin tidur sama Bi Lesti, tapi dia sudah tidur dan nggak mau bangun. Pintu kamarnya juga sudah dikunci dan aku nggak bisa masuk. Makanya aku Cuma bisa tidur di sofa.”
Stefan tahu kalau Olivia bukan perempuan yang akan histeris ketika melihat lelaki buka baju. Dia hanya akan diam dan tetap menikmatinya. Bahkan mungkin berniat menyentuhnya.Lelaki itu bangkit dan menghentikan sikap menggodanya tadi. Tidak akan gunanya bagi Olivia.“Kalau sumpelin pakai kapas bisa tidur nggak?”Olivia menggeleng dan berkata, “Nggak nyaman.”Tidur di sofa tidak ada selimut, Stefan juga tidak mungkin meminta dia tidur lesehan dengan karpet di kamar tamu yang tidak ada tempat tidur. Malam ini memang lebih dingin dari biasanya. Setelah hening sejenak, dia mengangkat gelas dan berjalan masuk ke kamarnya lagi.“Tidur di kamarku.”Ucapan itu membuat Olivia tercenung. Ternyata ada gunanya juga dia marah. Stefan melangkah ke depan pintu kamar dan kemudian melihat ke arah Olivia yang masih tidak bergerak. Wajahnya menggelap dan berkata dengan nada dingin, “Kalau nggak mau, kamu tidur sofa saja!”Setelah itu dia masuk kamar dan hendak menutup pintu. Olivia bergegas mengambil bant
Lelaki itu menghela napas berat dan akhirnya tidur di samping Olivia. Dia mau memiliki perempuan itu tetapi harus Olivia yang dengan suka rela dan dalam keadaan sadar.Olivia tetap tidur dengan lelap meski pindah tempat tidur. Sedangkan Stefan berbeda dari perempuan itu, dia tidak pernah berbagi tempat tidur dengan orang lain apalagi perempuan cantik yang berstatus istrinya. Dia sungguh tidak terbiasa.Setelah tertidur, Olivia malah mendekat ke sisinya dan menjadikan Stefan sebagai penghangat. Stefan yang terpancing akhirnya mengulurkan tangan hendak membuka kancing baju Olivia, baru satu kancing saja lelaki itu sudah menyerah.Melihat Olivia yang tidur dengan lelap membuat Stefan mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir perempuan itu. Hingga akhirnya dia memasukkan tubuh Olivia dalam pelukannya dan terus berdoa dalam hati untuk tidak melakukan aneh-aneh.Stefan yang sudah mulai ngantuk berat akhirnya jatuh tertidur dengan Olivia yang ada dalam peluknya. Keduanya tidak tahu kalau saat i
Setelah hujan semalaman, akhirnya awan hujan pun berlalu dan langit kembali menjadi terang.Olivia bangun di jam yang biasanya.Begitu perempuan itu membuka mata, wajah Stefan yang tampan langsung masuk ke dalam penglihatannya. Olivia tertegun sejenak, dirinya teringat kembali tentang kejadian semalam. Perempuan itu buru-buru duduk dan hendak pergi diam-diam.Perempuan itu berpikir sejenak, lalu menoleh dan melihat Stefan yang tengah tertidur dengan pulas. Dirinya kembali teringat Stefan yang kemarin seharian mengandalkan kopi tapi sekarang bisa tidur dengan begitu pulasnya. Apalagi hari ini pria itu juga sedang mengambil cuti, jadi biarkan saja dia tidur.Olivia tidak ingin mengganggu Stefan, tapi hal yang dilakukan malah sebaliknya.Perempuan itu tidak kuasa menahan diri untuk mencuri cium wajah tampan Stefan, lalu berbisik, “Wajah ini lebih cantik daripada wajahku, kalau bukan karena wajah ini selalu cemberut dan dingin seharian, aku dari dulu pasti sudah memakannya. Tunggu hatiku s
Ketika bangun, Stefan langsung menyadari bahwa Olivia sudah tidak berada di dalam kamarnya lagi. Pria itu pun langsung bergumam dengan nada yang kesal, “Sudah meniduri aku, apa nggak bisa tunggu aku bangun dulu, baru pergi?”Olivia : Tuan besar, mulut boleh sembarang makan, tapi jangan sampai sembarang berbicara. Aku tidak meniduri kamu, aku hanya tidur di atas kasur kamu saja.Stefan : ….Begitu Stefan keluar dari kamarnya, selain anjing dan kucing peliharaannya, bayangan ketiga perempuan itu tidak ditemukan di dalam rumahnya.Tanpa perlu bertanya, Stefan langsung tahu bahwa mereka bertiga sedang pergi membeli sayur di pasar.Stefan duduk di atas kursi bulan sabit di depan balkon rumahnya.Mengingat kembali perasan dan aroma malam tadi ketika mereka tidur bersama.Singkat kata, rasanya seperti : Tidak terbiasa, tapi juga sangat menanti-nantikan.Tidak lama kemudian, ketiga perempuan itu telah pulang dari pasar.Selain membeli sayur, Olivia juga membeli satu set seprai. Toko perabotan
Olivia ikut bergidik mendengar hal ini, begitu banyak contoh pasangan yang diam-diam memindahkan asetnya setelah bercerai.Mengingat karakter keluarga Pamungkas, Roni memindahkan asetnya sangatlah besar.“Nenek, aku akan membicarakan hal ini kepada kakakku.”Nenek Sarah bergumam mengiyakan, “Kalau perlu bantuan bilang saja ke Stefan, dia pasti akan membantu kamu untuk menyelidikinya.”“Nenek tenang saja, kalau nanti aku benar-benar perlu bantuan, aku pasti nggak akan segan untuk mencari bantuan Stefan.”Nenek Sarah sangat puas dengan sikap Olivia yang tidak sungkan terhadap cucunya ini.Sepasang alis mata Stefan terlihat sedikit membengkok naik. Namun, ketika Nenek Sarah melihat ke arahnya, kedua alis mata itu kembali menjadi normal. Nenek Sarah pun tak kuasa mengumpat di dalam hatinya : Terus saja berpura-pura, aku ingin melihat kamu bisa berpura-pura sampai mana?Setelah selesai sarapan, mereka sekeluarga pun pergi ke Astute Residence.Olivia sudah bersama dengan keponakannya menungg
Odelina tidak sempat lagi berbicara banyak kepada adiknya. Setelah dia menyerahkan Russel ke adiknya, lalu melambaikan tangan ke arah Nenek Sarah dan adik iparnya, perempuan itu pun langsung mengendarai motornya pergi meninggalkan mereka semua.Ketika Odelina sampai di kantor, jaraknya hanya tersisa 15 menit dari waktu jam kerja.Biasanya perempuan itu akan menghabiskan waktu 20 menit untuk berlari sebanyak lima putaran, tapi beberapa hari ini dia sudah mulai terbiasa, larinya pun semakin lebih cepat.Waktu masih keburu untuk dia lari pagi.Perempuan itu langsung memarkirkan motor dan menguncinya, lalu mulai berlari pagi.Setiap hari sebelum mulai bekerja, biasanya Odelina akan berlari sebanyak lima putaran di taman depan gedung kantornya. Semua orang yang bekerja di Lumanto Group sudah mengetahui hal ini, awalnya mereka semua melihat Odelina seperti menonton sebuah pertunjukkan yang menarik.Namun tidak sampai dua hari, ada beberapa orang yang juga ikut bergabung lari pagi.Mereka sem