Roni mendelik dan bertanya, “Bukannya aku kasih kamu satu juta?”Mendengar kalimat tersebut Shella langsung bangkit dan melanjutkan ucapan adiknya, “Odelina, maksudnya kamu menelan uang Roni?! Kamu bilang Roni kasih kamu 600 ribu saja dan nggak bisa beli udang dan kepiting besar.”Tanpa mendongakkan kepalanya dan tetap menyuapkan makanan pada Russel, Odelina berkata, “Aku sudah bilang kalau yang datang itu mama kamu dan kakak kamu. Memang sudah seharusnya kamu mengeluarkan uang untuk beli makanan dan masak buat mereka.”“Kamu minta aku yang masak, maka harus kasih uang jasa masak! Aku nggak ada hutang sama kalian dan nggak mau masak buat kalian Cuma-Cuma. Nggak ada untungnya dan harus dapat omelan dari kalian.”Roni dibuat tercenung lagi. Melihat ekspresi adiknya membuat Shella tahu kalau apa yang dikatakan Odelina memang benar. Dia berjalan kembali dan duduk di sofa. Akan tetapi dengan tidak tahu malunya dia berkata,“Odelina, kalian itu suami istri. Kenapa harus hitung-hitungan? Lagi
Olivia makan dengan cepat dan pasti akan selesai lebih dulu dan menggantikannya agar dia bisa makan. Sedangkan keluarga mertuanya hanya peduli dengan perut mereka sendiri tanpa peduli dengan dirinya. Seakan dirinya tidak akan pernah bisa merasa lapar.“Ma, makan udang.”Roni mengambil beberapa ekor udang untuk ibunya, kemudian bilang pada kakaknya, “Kak, makan yang banyak. Semuanya kesukaan Kakak.”Shella makan kepitingnya sambil berkata, “Kepiting yang kali ini terlalu kecil dan nggak ada daging. Hanya dapat sedikit saja aromanya.”Setelah Roni hening sesaat, dia kembali berkata, “Lain kali aku ajak makan di hotel saja.”“Hotel terlalu mahal, kamu juga nggak mudah cari uang. Lain kali uangnya kirim ke Kakak saja, biar Kakak yang beli dan minta Odelina masakin buat kamu,” kata Shella.“Boleh juga.”Roni pikir hanya membayar sedikit uang jasa masak saja bukan masalah. Lain kali biar kakaknya saja yang beli bahan makanan. Tentu saja dengan membiarkan kakaknya yang beli, maka Roni harus m
Sayuran tersebut adalah masakan kemarin malam yang tersisa setengahnya di kulkas. Cukup untuk dirinya sendiri saja. Sayuran tersebut dibeli dengan uangnya sendiri dan tidak ingin diberikan untuk Roni dan keluarganya.Shella terdiam karena tidak menyangka Odelina akan menyisakan makanan untuk dirinya sendiri. Odelina membawa makanan tersebut dan duduk di meja makan. Dia melahap makanannya dengan santai dan lahap.Olivia yang khawatir kakaknya akan diganggu langsung bergegas menelepon Odelina di tengah-tengah kesibukannya dan bertanya, “Kak, mereka nggak bersekongkol dan mengganggu Kakak, kan?”“Dengan keberanianku yang mengejar Roni dengan pisau di jalanan, sekarang mereka hanya berani adu mulut denganku. Ketika seorang perempuan sudah tidak peduli dengan suaminya lagi, dia juga tidak mungkin mentolerir semua sikap keluarganya.”Mendengar ucapan kakaknya itu membuat Olivia merasa jauh lebih tenang.“Kak, sudah makan?”“Ini lagi makan, kamu belum makan?”“Aku makan setelah pekerjaanku se
Shella orang yang paham dan cerdas, hanya sikapnya saja yang tidak benar. Setinggi apa pun tingkat pendidikan seorang perempuan, jika sudah menikah dan memiliki anak maka dia akan mudah menyerah.“Kak, aku sudah bilang sama dia tapi dia nggak mau bantu.”Sekarang Shella sudah tidak berani menjamin kalau Odelina bersedia membantu. Sejak kejadian waktu itu, hubungan adiknya dengan sang istri masih belum kembali seperti sedia kala. Semenjak ada Yenny, Roni hanya sibuk memikirkan perasaan kekasihnya itu dan tidak peduli dengan istri di rumahnya.Odelina juga keras kepala dan memilih untuk tidak mengalah dan menunduk. Untuk kali ini Odelina tidak mau mengalah! Kemungkinan besar suami istri tersebut akan seperti ini terus. Tinggal bersama tetapi tidur terpisah. Mereka hidup masing-masing dan tidak berbicara selain tentang kepentingan anak saja.“Masalah kecil gini saja dia nggak mau bantu? Kakak juga nggak biarkan dia bantu dengan cuma-cuma, bahkan Kakak mau bayar dia dua juta! Dia nggak ada
“Kamu beli sedikit hadiah dan kasih dia buat bujuk Odelina. Setelah itu semuanya akan terselesaikan,” lanjut Shella lagi.“Bagaimanapun dia itu mama kandung Russel. Demi Russel dan juga keponakan kamu, kamu coba mengalah dan bujuk dia. Kamu kan lelaki, harus bisa mengalah.”Ibunya juga ikut mendekat dan melanjutkan ucapan putrinya tadi, “Roni, demi Russel kalian harus hidup bersama. Dengarkan kata-kata Kakakmu, beli hadiah dan bujuk dia. Pikirkan sikap dia dulu yang menjaga kamu, lihat juga sikap kamu yang sekarang. Nggak ada salahnya mengalah.”Melihat keadaan rumah tangga putranya yang tidak bisa lagi menjadi kepala rumah tangga membuat ibunya Roni merasa iba. Akan tetapi ini semua hasil dari hasutan dia dan juga Shella. Kalau bukan karena mereka meminta Roni untuk bagi rata dengan Odelina, istri lelaki itu juga tidak akan menjadi perhitungan seperti sekarang ini.“Kalau nggak Mama dan Papa juga ikut datang dan tinggal di sini. Kita yang bantu kamu antar jemput anak. Nanti Mama juga
Setelah itu dia berkata pada ibunya, “Ma, Mama dan Kakak jalan-jalan saja, beli saja apa yang disukai.” Roni mengeluarkan ponsel dan mengirimkan uang sebanyak sepuluh juta untuk ibunya berbelanja.“Iya, nanti Mama pergi dan beli baju baru. Kamu buruan berangkat kerja, ingat pulang cepat.”Ibunya mengantarkan Roni hingga keluar dari rumah dan juga mengedipkan mata pada lelaki itu sebagai tanda untuk tidak lupa membeli hadiah buat Odelina. Sedangkan Odelina mendorong kereta anaknya dan meletakkan Russel ke dalam kereta tersebut sambil berkata,“Aku mau bawa Russel jalan-jalan di lantai bawah.”“Pergilah,” ujar ibu mertuanya sambil tersenyum. Mendadak Odelina merasa ada yang tidak beres. Sikap mertuanya yang seperti itu pasti karena ada sesuatu yang mau dirinya bantu. Lebih tepatnya mertua dan kakak iparnya ada sesuatu yang mau merepotkan dirinya.Apa pun permintaan mereka, Odelina tidak akan mau menyetujuinya. Dia mendorong kereta Russel dan memutuskan untuk mengabaikan mertuanya itu.Ol
Dewi juga ikut menoleh ke belakang dan melihat punggung Olivia sambil berkata, “Memangnya perempuan itu senyum sama kita? Aku nggak kenal sama dia.”“Oh, berarti hanya perasaanku saja. Dia nggak senyum ke kita.” Temannya itu tidak lanjut memikirkannya lagi. Dia menoleh lagi dan melihat Olivia yang sudah menjauh sambil berkata,“Memang hanya perasaanku saja.”“Perempuan itu cantik dan auranya lumayan. Aku lihat-lihat tetap nggak tahu dia anak dari keluarga mana. Aku pikir kamu kenal. Anak perempuan keluarga kaya di Mambera pasti akan senyum sama kamu ketika melihatmu.”Dewi memiliki tiga orang putra dan yang paling terkenal adalah anaknya yang paling tua. Dia adalah pengendali Adhitama Group yang sangat terkenal serta memiliki posisi paling penting di keluarga Adhitama selain neneknya.Anak laki-laki keluarga Adhitama merupakan impian semua orang. Dua yang lain masih kecil, satu masih SMA dan satu lagi baru menginjak dewasa. Umurnya masih belum cocok untuk menikah. Sisanya sudah memasuk
Olivia bersikap mengerti atas sikap mertuanya yang pura-pura tidak mengenalnya. Dia tidak memikirkannya lagi dan menyimpannya dalam hati. Olivia balik ke mobilnya dan membuka kunci. Dia meletakkan baju yang baru dibeli tadi ke kursi samping kemudi lalu kemudian melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.Sesaat kemudian Olivia tiba di rumahnya. Stefan masih belum pulang, dia memutuskan untuk membereskan taman kecilnya yang ada di balkon. Sudah banyak sekali bunga yang bermekaran, dia mengambil gunting dan membersihkan sisa ranting pohon.Karena sayang untuk dibuang, Olivia membawanya masuk ke ruang tamu dan kemudian memotong ranting tersebut lagi menjadi lebih rapi untuk diletakkan dalam pot bunga.Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dia menerima panggilan tersebut yang ternyata dari tetangga samping tokonya. Tadi waktu beli baju untuk Stefan, Olivia tidak bisa membawa peliharaannya sehingga meminta tolong tetangganya menjaga anjing dan kucing-kucingnya.“Om Chiko, aku lupa! Maaf, aku jemput
“Aku pergi lihat.”Ivan tidak bilang biarkan Vandi masuk. Dia ingin keluar untuk melihat dulu. Baru sampai di depan pintu, dia berpapasan dengan Vandi yang berjalan masuk. Dengan statusnya, pelayan di rumah keluarga Gatara tidak ada yang bisa melarangnya untuk masuk. Tidak ada yang berani juga.Pengurus rumah tangga hanya datang untuk melapor dulu. Dia juga tidak bisa menghentikan Vandi. Status Vandi akan sama dengan Dikta kelak. Dia akan menjadi orang istimewa di keluarga Gatara. Dia orang yang paling dipercaya oleh kepala keluarga, juga menjadi tangan kanan kepala keluarga. Semua yang mereka lakukan sudah mewakili kepala keluarga. Menghentikan mereka sama saja dengan menghentikan kepala keluarga. Siapa yang tidak ingin hidup lagi?“Pak Vandi kenapa datang ke sini?” Ivan tersenyum dan menanyakan maksud kedatangan Vandi.Vandi tidak menjawab. Dia langsung berjalan melewati Ivan dan melangkah dengan cepat ke dalam rumah. Dia melewati ruang keluarga, lalu langsung naik ke lantai atas.
“Pa, lebih baik tunggu Mama yang atur saja. Aku rasa bukan begitu. Tante sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Usianya 18 tahun lebih tua dari Mama. Asistennya seharusnya juga belasan atau bahkan 20 tahun lebih tua dari Mama. Kalau masih hidup, usianya sudah sekitar sembilan puluhan, kan?”“Orang tua usia segitu, jalan saja harus ada yang bantu. Apa yang bisa dia lakukan? Ingatannya pasti sudah buruk. Seberapa banyak yang dia ingat tentang hal yang terjadi puluhan tahun yang lalu? Lagi pula, sekalipun dia masih hidup, masih sehat, bisa bicara, apakah orang lain akan percaya apa yang dia katakan? Apakah dia punya bukti kalau Mama yang bunuh Tante?”Ivan tidak ingin membawa anak-anaknya kembali ke kampung halaman ayahnya. Meskipun mereka bertiga tidak dapat meneruskan bisnis keluarga Gatara, mereka memiliki banyak properti di Kota Cianter. Toko, pabrik kecil, beberapa vila, apartemen dan sebagainya. Semua itu cukup untuk membuat mereka hidup dengan nyaman di Kota Cianter.Jika mereka
“Papa tahu sesuatu? Mama habis melakukan perjalanan jauh. Pulang-pulang, dia bahkan nggak pergi ke perusahaan. Suasana hatinya nggak bagus, sampai nggak makan pula. Baru satu hari, Mama mau .... Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Erwin.“Iya, Pa. Sudah di saat seperti ini, nggak perlu tutupi dari kami lagi. Cepat beritahu kami, Pa. Kami baru bisa cari cara untuk hadapinya,” kata Julio ikut menimpali.Bahkan Ivan juga sangat bingung. Karena ibunya sama sekali tidak mengatakan apa pun setelah kembali dari perjalanan jauh. Dia hanya tahu suasana hati ibunya sedang tidak bagus, kelihatan sangat cemas. Namun, mereka tidak tahu apa yang terjadi.Meskipun ayah mereka tidak ikut campur, bagaimanapun juga Cakra telah menikah dengan Patricia selama puluhan tahun. Mungkin saja benar-benar ada hal yang disembunyikan dari mereka.Cakra terdiam sejenak, lalu berkata, “Lebih baik kalian nggak usah tahu. Pokoknya, siapa pun bisa celakai kalian, hanya Papa yang nggak akan celakai kalian. Kalian dengar
Julio dan Erwin saling memandang satu sama lain. Ekspresi mereka juga telah berubah. Felicia adalah satu-satunya adik perempuan kandung mereka. Awalnya Patricia tidak begitu baik pada Felicia. Namun dalam enam bulan terakhir, Patricia semakin percaya dengan Felicia dan secara bertahap memberinya lebih banyak kekuasaan. Tidak disangka, Patricia tega menyakiti Felicia.“Felicia nggak akan mati. Sekejam-kejamnya mamamu, dia nggak akan bunuh felicia. Kalau bunuh kita, kemungkinannya lebih besar.”Aturan keluarga Gatara sudah jelas, yang menyebabkan orang yang jadi kepala keluarga selalu lebih sayang anak perempuan daripada anak laki-laki. Penerus lebih penting daripada nyawanya sendiri.Saat Fani mati, tidak peduli seberapa marah atau jahatnya Patricia, dia juga tidak melakukan apa pun pada Felicia.“Kalau begitu, kenapa Felicia nggak bergerak?”Ivan juga tidak ingin Felicia mati. Bukan karena dia sayang adiknya, lebih seperti sedih karena mangsanya mati. Jika Felicia benar-benar dibunuh o
Sedangkan wajah Patricia tampak tidak senang. Tanpa perlu bertanya pun Ivan tahu kalau Patricia dan Felicia mungkin bertengkar. Jangan-jangan Felicia sudah jadi korban kekejaman ibunya?Ivan yang ketakutan segera menarik kembali pandangannya dan berkata dengan hati-hati kepada sang ibu, “Ma, sekalipun Mama mau bicara dengan Felicia, Mama tetap harus makan.”“Pergi!” bentak Patricia.Ivan langsung berbalik dan hendak kabur. Karena gerakannya terlalu cepat, dia terjatuh. Nampan yang dipegangnya beserta semua makanan jatuh ke lantai. Makanan pun berserakan di mana-mana. Ivan terlihat sangat menyedihkan.Kemudian, Ivan mendengar suara pintu yang dibanting dengan keras. Setelah itu, dia baru berani menoleh kembali dan melihat pintu itu sebentar, lalu dia cepat-cepat bangun. Dia tidak berani langsung pergi. Dia harus membersihkan makanan di lantai dulu.Ivan membersihkan kekacauan di lantai dengan terburu-buru lalu bergegas turun ke bawah. Cakra dan kedua putranya juga merasa gugup ketika me
“Felicia, Mama hanya ingin kamu tidur sebentar. Mama nggak akan bunuh kamu. Mama akan lakukan sesuatu yang nggak kamu sukai. Maaf, Mama buat kamu malu. Maaf kamu sudah terlahir jadi anak Mama. Kalau Mama nggak lakukan hal-hal itu, kamu pasti bisa menjadi orang yang lebih baik lagi.”Patricia mengambil tisu dan menyeka air matanya. Dia menghela napas sambil melihat putrinya yang sedang tidur. Dia tahu kalau Felicia sebenarnya sangat unggul. Namun karena punya ibu seperti dia, Felicia jadi bimbang dan menderita. Apa yang patut diketahui, apa yang tidak patut diketahui, Felicia sudah tahu semuanya.Namun, Felicia tidak dapat berbuat apa-apa, juga tidak bisa berkata apa pun pada Patricia karena statusnya. Siapa suruh Felicia terlahir sebagai putri kandungnya?Setelah melihat Felicia dalam diam selama beberapa menit, Patricia menata kembali perasaannya. Dia mengambil ponsel Felicia. Dia ingin menghubungi Vandi dengan ponsel Felicia. Akan tetapi, Felicia menggunakan kata sandi. Patricia menc
Pria itu tidak akan membiarkan Sofia mati sia-sia. Apa pun yang terjadi, pria itu akan membuktikan kalau Patricia yang membunuh mereka. Dia akan membongkar kejahatan Patricia dan menghancurkan reputasinya. Kemudian, Patricia harus mengembalikan semua yang telah diambilnya walau tangannya harus berlumuran darah. Semua harus dikembalikan ke tangan keturunan kakaknya.Patricia tidak terima, juga tidak rela. Kenapa dia tidak sebaik kakaknya? Hanya karena kakeknya lahir 18 tahun lebih awal darinya, jadi posisi kepala keluarga diberikan kepada kakaknya.“Apakah Mama pernah menyesal? Tante yang besarkan Mama, kan? Orang bilang, kakak itu seperti ibu. Ungkapan itu sangat tepat untuk Tante.”Sofia yang membesarkan Patricia dan adiknya. Sofia malah meninggal di tangan adik yang dibesarkannya. Sofia masih sangat percaya kepada adiknya itu.Patricia diam seribu bahasa. Ada kalanya, dia menyesal. Namun ada kalanya, dia merasa dirinya tidak salah. Setiap orang pasti lebih peduli pada dirinya sendiri
“Ma, Mama mau ngomong apa, ngomong saja langsung. Nggak peduli kita sehati atau nggak, Mama boleh cerita apa saja.”Patricia mengatupkan bibirnya. Kemudian, ekspresi wajahnya seperti sedang menertawakan dirinya sendiri.“Felicia, kamu ngomong seperti ini, seolah-olah jadi putri kandungku membuat kamu sangat sedih. Kalau bisa memilih, kamu nggak akan memilih aku jadi mamamu, kan?”“Sebagai anak kami nggak bisa memilih. Nggak ada yang bisa memilih orang tua mereka sendiri,” kata Felicia.“Hal terburuk yang pernah aku lakukan dalam hidupku adalah kematian kedua tantemu,” ujar Patricia. “Aku nggak terima, nggak rela. Aku juga bisa. Kenapa bukan aku? Pria yang aku sukai meremehkan aku, yang meninggalkan penyesalan seumur hidupku. Mungkin saja, hari tuaku akan hancur di tangannya. Kenapa Langit begitu nggak adil?”Patricia tidak mengatakan secara langsung kalau dia yang membunuh kakak dan adiknya. Namun, dari ucapannya barusan, secara tidak langsung dia sudah mengakui kalau dia yang membunuh
Dari luar kelihatannya mereka berada di pihak yang sama. Patricia menatap Felicia dalam diam. Felicia adalah putri kandungnya, yang dilahirkannya setelah mengandungnya selama sepuluh bulan.Patricia punya empat anak. Tiga anak pertama adalah anak laki-laki. Bukan berarti dia tidak sayang anak laki-laki. Semuanya lahir dari rahimnya sendiri. Bagaimana mungkin Patricia tidak sayang mereka?Namun, keluarga Gatara memiliki aturannya sendiri yang membuat Patricia lebih suka dan sayang anak perempuan. Saat mengandung Felicia, dia tahu kalau dia mengandung seorang anak perempuan. Karena reaksinya selama kehamilan berbeda dengan saat dia mengandung tiga anak lainnya.Kemudian, dokter keluarga memeriksa denyut nadi Patricia dan mengatakan kalau Patricia mengandung anak perempuan. Akhirnya dia mendapatkan anak perempuan yang telah dinanti-nantikan olehnya. Saat melahirkan Felicia, usia Patricia sudah cukup tinggi untuk melahirkan. Dia pun berpikir, setelah melahirkan anak keempat, dia akan berhe