Olivia hanya bisa berkata, “Hati-hati di jalan, Om.”Lelaki itu datang dengan mengendarai kendaraan seperti becak. Om Chiko hanya tersenyum dan melambaikan tangan pada Olivia. Setelah kepergian lelaki itu, Olivia baru menghubungi Stefan.“Kenapa?” tanya Stefan.“Pak, kamu sudah mau pulang?”Stefan diam sesaat dan berpikir dalam hati. Apakah perempuan ini sedang rindu dengannya? Sedetik kemudian lelaki itu langsung mengenyahkan pemikiran tersebut. Olivia tidak mungkin rindu dengan dirinya. Akhir-akhir ini entah kenapa Stefan menjadi sering berpikir yang aneh-aneh.“Ada apa?”Stefan tidak langsung menjawab karena dia ingin tahu kenapa perempuan itu menanyakan kapan dia pulang. “Eum … tadi aku buru-buru keluar dan lupa bawa kunci. Pintunya sudah tertutup dan sekarang aku nggak bisa masuk. Kalau kamu masih mau lembur, aku ke kantor kamu buat ambil kunci. Tapi kalau kamu sudah mau pulang, aku tunggu di depan pintu saja.”Stefan berpikir sejenak kemudian berkata, “Aku pulang sekarang, kamu
“Kejutan buat kamu.”Stefan menerima belanjaan tersebut dan melihatnya sambil bertanya, “Baju lagi?”Lelaki itu mengeluarkan bajunya dan ternyata kali ini Olivia memberikan baju bermerk untuknya.“Aku nggak ada pengalaman kasi laki-laki hadiah. Nggak bisa juga siapin kejutan yang besar, hanya kejutan kecil begini saja. Waktu itu baju yang aku kasih nggak mahal, kali ini aku beli yang mahal!”“Begitu kamu pakai di badan, sudah seperti bawa uang menggunung di seluruh tubuhmu. Ini bisa dikatakan sebagai kejutan? Dari dulu aku nggak pernah rela pakai baju yang begitu mahal.”Stefan tertawa dan berkata, “Dengan sifat kamu dan juta kemampuan dompetmu, bisa dibilang ini kejutan karena bersedia membelikan baju mahal buatku.” Hadiah dari Olivia kali ini jauh lebih bagus berkali-kali lipat dibandingkan yang sebelumnya.“Terima kasih sudah mau bantu aku dan kakak aku untuk mendapatkan bukti perselingkuhan Roni.”“Masalah kecil. Kakak kamu juga kakaknya aku, nggak ada yang salah dengan aku bantuin
Setelah sambungan telepon terputus, Stefan menautkan alisnya dan berpikir sejenak. Dia mencoba untuk menanyakannya langsung dengan perempuan yang tengah menggendong kucing di atas ayunan.“Kamu ketemu dengan mama aku di waktu yang aku tidak tahu?”Olivia tercenung. Dia tidak membahas apa pun tentang pertemuannya dengan mertuanya itu, kenapa Stefan bisa tahu?Stefan berjalan keluar dan berdiri di hadapannya. Sorot mata gelapnya menatap wajah cantik Olivia dengan lekat dan bertanya lagi, “Hari ini kamu ketemu sama mama aku?”Olivia melihat ponsel yang ada di tangannya dan mengira mertuanya telepon lelaki itu dan mengadu pada Stefan. Dengan cepat dia menjelaskan, “Waktu aku beli baju kamu, aku ketemu dengan mama kamu dan aku awalnya berencana menyapa dia. Tapi mungkin mama nggak mengenali aku makanya melewatiku begitu saja dengan temannya. Makanya aku nggak sapa dia.”Lelaki itu merupakan orang yang cerdas. Apalagi Dewi adalah ibu kandungnya sendiri sehingga dia sangat mengerti dengan sif
Mereka berdua tidak ada yang mengungkit perihal perang dingin sebelumnya. Mereka berbaikan begitu saja. Awalnya Olivia berencana melewati setengah tahun ke depan dengan begitu saja, tetapi perhatian Stefan membuat hatinya kembali tersentuh dan ingin mengingkari perjanjian setengah tahun mereka.Namun dia takut ini semua hanya perasaannya sendiri saja. Sampai pada akhirnya justru dia sendiri yang jatuh cinta. Begitu setengah tahun telah terlewati, mereka akan cerai dan Stefan akan melewati hidupnya dengan bahagia. Sedangkan Olivia akan merasakan kesedihan akan kehilangan laki-laki itu serta membutuhkan waktu lama untuk melupakannya.Sangat mudah jatuh cinta pada seseorang, tetapi sulit sekali melupakan orang yang pernah dicintai.“Tenang saja, masalah yang aku dan kakak aku nggak bisa selesaikan, pasti akan minta bantuan kamu.” Niat baik lelaki itu dibalas dengan jawaban sopan Olivia.“Setelah kakak pulang, aku ada telepon dia dan sepertinya untuk sementara nggak kendala. Kakakku orang
Olivia menghentikan langkahnya dan membuat Stefan menghentikan langkah kakinya juga. Dia menatap Olivia dalam-dalam dan bertanya, “Kenapa?”“Aku saja yang bayar gaji bibi. Tujuannya untuk jaga Russel, dia itu keponakan aku. Jadi sudah sewajarnya aku yang bayar. Nggak mungkin aku biarkan kamu yang keluarin uang.”Gaji seorang pengasuh cukup mahal. Semua keperluan rumah tangga dibayar oleh Stefan, tidak mungkin dia membiarkan lelaki itu mengeluarkan biaya lagi. Stefan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mencubit wajah Olivia.“Kamu selalu perhitungan dengan aku. Sekarang kita itu satu keluarga, namanya keluarga harus perhitungan? Waktu kita berdua ambil surat nikah, aku sudah bilang kalau aku sudah menikahimu maka aku sanggup menghidupimu. Russel panggil aku ‘Om’, aku juga suka sama anak itu. Aku suka rela mengeluarkan uang untuk bayar pengasuh jagain Russel.”Dia diam sesaat dan kemudian menambahkan lagi, “Yang paling penting aku nggak ingin istri aku terlalu lelah.”“Kamu bilang apa
Roni memutar kenop pintu, tapi pintu tidak bisa dibuka. Ternyata Odelina mengunci pintu dari dalam.“Odelina, buka pintunya.”Odelina pergi membuka pintu, tapi dia tetap menghalangi di depan pintu tidak membiarkan Roni masuk ke dalam kamar. Kemudian, dia bertanya, “Ada apa?”“Odelina, ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Biarkan aku masuk.”Sejak awal kamar itu adalah kamar tidur mereka berdua. Namun sekarang, kamar itu dimonopoli oleh Odelina.Roni merasa kesal, tapi demi membujuk Odelina untuk membantu kakaknya antar-jemput anak sekolah, Roni berusaha menahan diri agar tidak marah.“Nggak bisa tunggu besok saja? Sudah malam begini.”“Baru juga jam 11. Biasanya aku juga baru pulang jam segini.”Odelina menduga Roni pasti ingin membicarakan masalah tentang ibu mertua serta kakak iparnya. Odelina juga ingin tahu. Karena itu, dia meminggirkan tubuhnya ke samping dan berkata, “Kalau sudah selesai bicara, kembali ke kamarmu sendiri.”Roni merutuk dalam hati, “Malam itu aku terlalu mabuk,
“Kamu saja, ya. Bantu kakakku antar-jemput anak-anaknya ke sekolah, masak untuk mereka. Sekalipun mereka nggak makan di sini, kita juga tetap harus masak, kan. Cuma tambah anak dua kecil, paling-paling tambah dua piring dan sendok yang harus dicuci. Mereka masih anak-anak, makannya nggak banyak,” kata Roni.“Anggap saja kamu lagi bantu aku. Kita sudah jadi suami istri bertahun-tahun. Hal sepele begini, kamu pasti bersedia bantu aku, kan?” Roni menambahkan.Suara pria itu begitu lembut. Dia bahkan menatap Odelina ketika bicara, berusaha menggunakan perasaan untuk membujuk Odelina.“Kakakku bilang dia nggak akan suruh kamu kerja gratisan. Setiap bulan dia akan kasih kamu dua juta. Terakhir kali aku juga bilang aku akan kasih kamu tambahan tiga juta setiap bulannya untuk biaya hidup. Kalau ditambah dengan dua juta dari kakakku, kamu akan dapat lima juta sebulan. Bagus, dong.”Namun, Odelina justru tertawa. Dia tertawa karena saking marahnya dengan pemikiran Roni dan kakaknya.Hanya dengan
Roni sudah bicara baik-baik, bahkan bicara kasar, tapi tetap saja tidak berhasil membujuk Odelina. Dia pun kehilangan kesabarannya dan bertanya dengan geram, “Kamu kerja di mana? Perusahaan mana yang nggak punya mata, mau terima kamu sebagai karyawan?”Odelina tersenyum lebar dan menjawab, “Lumanto Group, aku direkrut oleh Pak Daniel sendiri.”Roni, “....”Lumanto bukan perusahaan yang bisa Roni jangkau. Tadinya dia berpikir kalau Odelina kerja di perusahaan kecil biasa, dia bisa menggunakan koneksinya di tempat kerja untuk menghalangi Odelina kerja. Dia bisa membuat Odelina kehilangan pekerjaannya lagi, sehingga perempuan itu akan diam dan jaga anak di rumah.Siapa sangka Odelina hebat juga. Setelah tidak kerja selama lebih dari tiga tahun dan berubah menjadi begitu gemuk dan tidak memiliki auranya yang dulu, Odelina masih bisa masuk ke perusahaan besar seperti Lumanto Group.Apalagi Daniel sendiri yang merekrutnya. Daniel pasti memiliki penglihatan yang buruk. Roni terus mengkritik O
Setelah diam beberapa saat, Russel mendongak dan bertanya kepada Olivia, "Tante, apakah mamaku akan melahirkan adik perempuan?" Dia masih kecil, tidak mengerti soal cinta, tapi dia tahu bahwa ibunya akan segera menikah dengan Daniel. Dia sendiri juga tidak terlalu paham apa yang dimaksud dengan menikah. Yang dia tahu, setelah menikah, berarti mereka akan tinggal bersama. Entah Daniel yang akan pindah ke rumah mereka, atau mereka yang akan pindah ke rumah Daniel. Setelah menikah, pasti akan ada bayi, seperti Tante dan Om yang menikah, sekarang perut tantenya sudah ada adik laki-laki. Jadi, Russel bertanya-tanya, apakah ibunya juga akan melahirkan adik perempuan untuknya? "Itu nggak bisa dipastikan. Mungkin iya, mungkin juga nggak." Olivia tidak berani memastikan bahwa setelah menikah, kakaknya pasti akan memiliki anak lagi. Semua tergantung pada keinginan kakaknya. Keluarga Lumanto tentu saja berharap kakaknya melahirkan anak lagi. Laki-laki atau perempuan, yang penting ada keturun
Odelina berkata, "Aku akan berhati-hati. Kalian nggak perlu terlalu khawatir tentangku." Setiap hari, dia sangat sibuk. Tempat yang paling sering dia kunjungi hanyalah kantor dan Blanche Hotel. Bahkan, kantor mungkin lebih aman dibandingkan hotel. Hotel adalah tempat bisnis yang terbuka untuk umum. Setiap hari banyak orang keluar-masuk dari berbagai tempat. Itu membuat lebih mudah bagi pembunuh bayaran untuk bersembunyi. "Tante mengirimi aku pesan. Aku akan mengobrol dengannya dulu." "Baiklah, Kak. Tapi tetaplah berhati-hati." "Aku tahu, aku pasti akan berhati-hati." Setelah itu, Odelina segera menutup telepon dan beralih untuk berbicara dengan Yuna. Sementara itu, di Vila Permai, Olivia masih belum mengetahui bahwa situasi di Cianter telah berubah. Beberapa tetua sangat menyukai lingkungan di Vila Permai. Awalnya, mereka hanya berencana untuk makan di sana, tetapi karena keindahan vila itu, mereka akhirnya menerima undangan dari Sarah untuk tinggal selama beberapa hari. Saat o
Aksa segera berangkat menuju Cianter. Sementara itu, setelah menghubungi Ricky, Odelina duduk diam di kantornya untuk beberapa saat. Dia berpikir, Apakah aku benar-benar harus kembali ke Mambera? Jika dia tetap tinggal dan Patricia benar-benar mencoba membunuhnya, maka mereka akan memiliki bukti kejahatan Patricia yang bisa digunakan untuk menjatuhkan hukuman padanya. Kasus pembantaian keluarga neneknya terjadi puluhan tahun lalu. Meskipun Kakek Setya masih hidup dan bisa menjadi saksi, peristiwa itu sudah terlalu lama berlalu. Belum tentu bisa membuat Patricia membayar nyawanya sebagai balasan. Kecuali Patricia baru-baru ini kembali melakukan kejahatan berat seperti pembunuhan atau pembakaran, barulah dia bisa dijatuhi hukuman mati. Jika dia tetap di sini, dia bisa menjadi umpan. Dengan pemikiran ini, Odelina segera menelepon Stefan. Setelah Stefan mengangkat telepon, Odelina berkata, "Stefan, aku sudah memikirkannya. Aku nggak akan kembali ke Mambera. Aku akan tetap tinggal di C
Ricky bangkit dan berjalan keluar rumah. Melihat itu, Rika juga mengikutinya dengan diam-diam, berjalan di sisinya sambil mendengarkan percakapannya dengan Odelina. Dia mendengar Ricky berkata kepada Odelina, "Kak Odelina, aku sarankan kamu segera kembali ke Mambera sekarang juga." "Meskipun ada Dimas dan yang lainnya yang melindungimu, keluarga Gatara sudah berakar di Cianter selama lebih dari seratus tahun. Kalau Patricia benar-benar ingin bertarung sampai mati, kamu nggak akan bisa mengantisipasi semua serangannya. Cianter adalah wilayah kekuasaan mereka." "Tapi Mambera adalah wilayah kita. Kembali ke sana jauh lebih aman daripada tetap tinggal di sini. Segera atur urusan di perusahaan, lalu pulang ke Mambera. Aku akan menghubungi kakak dan memintanya mengatur jet pribadi untuk menjemputmu." Ricky berpikir sama seperti Felicia, lebih aman bagi Odelina untuk kembali ke Mambera. Bagaimanapun, Cianter adalah wilayah keluarga Gatara. Meskipun keluarga Gatara sudah tidak sekuat masa
Bagaimanapun juga, menjadi asisten kepala keluarga berarti berada di bawah satu orang, tetapi di atas banyak orang. Tidak ada yang berani memperlakukan asisten kepala keluarga dengan buruk. Vandi mencubit hidung mungil Felicia dengan ringan. Dengan suara lembut, dia berkata, "Kepalamu masih pusing, kalau nggak nyaman, tidurlah sebentar dan jangan pikirkan hal lain." "Orang seperti kami, sejak pertama kali datang ke sisi majikannya, nggak bisa menyesal dan nggak akan menyesal. Seumur hidup kami akan setia dengan majikan kami dan nggak akan pernah berubah." "Selama aku masih bernapas, aku akan tetap berada di sisimu dan nggak akan pernah menyesal!" Saat Vandi berbicara, kepalanya menunduk sedikit, ingin mendekat dan mencium Felicia. Namun, tepat sebelum bibirnya menyentuhnya, lelaki itu berhenti. Felicia bukan tidak mengerti perasaannya, tetapi dia belum memberikan tanggapan yang jelas. Sehingga Vandi tidak berani bertindak gegabah. "Aku akan mengikuti perintahmu, sekarang juga aku
Saat Vandi sedang mengemudi, tiba-tiba dia mendengar suara Felicia berbicara. Lelaki itu segera menginjak rem dengan mendadak.Menyadari bahwa tindakannya itu sangat berbahaya, dia langsung menyalakan lampu darurat. Setelah memastikan tidak ada kendaraan di belakang, Vandi segera menepi dan menghentikan mobil. "Bu?" Vandi menoleh ke belakang. Felicia ingin duduk, tetapi dia merasa kepalanya masih sangat pusing. Dunia serasa berputar, hingga dia tidak bisa bangun. Perempuan itu hanya bisa terus berbaring di sana. Dia juga tidak tahu dari mana ibunya mendapatkan obat itu dan obat apa itu, tetapi efeknya sangat kuat. Felicia hanya minum seteguk air hangat, tetapi setelah menelannya, dia merasa ada yang tidak beres dengan air itu sehingga dia tidak melanjutkannya. Meski begitu, Felicia tetap kehilangan kesadaraannya Ketika itu. Butuh waktu lama baginya untuk mendapatkan sedikit kesadaran. Mendengar suara ibunya berbicara, dia tetap diam dan berpura-pura pingsan. Sampai akhirnya Vandi m
“Memangnya kamu peduli apa yang terjadi pada Felicia? Kamu masih berani salahkan aku. Seberapa besar rasa sayangmu pada putri kandungmu? Kamu pernah tulus sayang padanya? Sekarang kamu tanya dia kenapa. Nggak usah pura-pura! Kalian takut akan hidup susah, kan?!”“Beraninya kamu bahas Fani di depanku. Iya, aku benci keluarga Fani. Setelah tahu dia bukan putri kandungku, aku jadi benci dia dan ingin balas dendam. Mereka sudah tukar putriku, nggak perlakukan dia dengan baik, malah disiksa, dianiaya. Sedangkan putri mereka bisa menikmati semua kekayaan keluarga Gatara. Bagaimana mungkin aku nggak benci?”Ibu normal mana pun akan membencinya. Awalnya, Patricia memang tidak rela memutuskan hubungan dengan Fani. Dia juga berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau hal itu tidak ada hubungannya dengan Fani. Fani tidak bersalah. Lama-kelamaan, Patricia menjadi benci. Amat sangat benci.Kasih sayang Patricia terhadap Fani berangsur-angsur sirna, tergantikan oleh rasa ingin balas dendam. Kalau saj
Setelah mendengar jawaban Vandi, Ivan spontan ingin mengikuti Vandi. Dia pun melangkahkan kakinya hendak menyusul.“Jangan ikut!” kata Vandi dengan dingin.Ivan spontan menghentikan langkah kakinya. Mereka hanya bisa melihat Vandi menggendong Felicia menuruni tangga.Sesaat kemudian, mereka mendengar suara mobil pergi. Mereka tahu Vandi yang membawa Felicia pergi. Cakra menyuruh ketiga putranya turun ke bawah dulu. Sedangkan dia berjalan ke depan ruang kerja. Setelah terdiam cukup lama, dia baru mengangkat tangan dan mengetuk pintu.“Pergi! Jangan ganggu aku!” Suara bentakan Patricia terdengar dari dalam ruang kerja.Patricia sedang duduk di meja kerjanya sambil memegang ponsel dan memberi perintah kepada asistennya, “Dikta, aku nggak peduli kamu pakai cara apa. Aku hanya ingin Odelina mati!”Patricia dalam suasana hati yang buruk ketika dia memutuskan untuk bertarung habis-habisan dengan keponakannya. Setelah mendengar suara ketukan pintu, amarahnya langsung meledak. Berpikir pakai lu
“Aku pergi lihat.”Ivan tidak bilang biarkan Vandi masuk. Dia ingin keluar untuk melihat dulu. Baru sampai di depan pintu, dia berpapasan dengan Vandi yang berjalan masuk. Dengan statusnya, pelayan di rumah keluarga Gatara tidak ada yang bisa melarangnya untuk masuk. Tidak ada yang berani juga.Pengurus rumah tangga hanya datang untuk melapor dulu. Dia juga tidak bisa menghentikan Vandi. Status Vandi akan sama dengan Dikta kelak. Dia akan menjadi orang istimewa di keluarga Gatara. Dia orang yang paling dipercaya oleh kepala keluarga, juga menjadi tangan kanan kepala keluarga. Semua yang mereka lakukan sudah mewakili kepala keluarga. Menghentikan mereka sama saja dengan menghentikan kepala keluarga. Siapa yang tidak ingin hidup lagi?“Pak Vandi kenapa datang ke sini?” Ivan tersenyum dan menanyakan maksud kedatangan Vandi.Vandi tidak menjawab. Dia langsung berjalan melewati Ivan dan melangkah dengan cepat ke dalam rumah. Dia melewati ruang keluarga, lalu langsung naik ke lantai atas.