Dewi berkata, “Suasana hati Mama tadi memang kurang baik, tapi sekarang sudah baik-baik saja, kok.”“Memangnya ada masalah apa, Ma?” tanya Olivia khawatir. Namun, Dewi justru balik bertanya, “Kamu mau minum apa?”“Nggak, Ma. Aku nggak haus,” jawab Olivia cepat. Kemudian Dewi menghampiri Olivia lalu menariknya untuk duduk di sofa dan berkata, “Bukan masalah besar, kok. Mama sedikit sedih dan marah karena sedikit berdebat dengan Ronny dan Papa, makanya Mama memutuskan untuk keluar rumah guna menenangkan diri.”“Jadi … Papa nggak tahu kalau Mama ke sini?” “Mama belum bilang padanya. Mama juga minta Pak Arif untuk nggak bilang sama Papa tentang keberadaan Mama di sini. Karena Mama ingin menenangkan diri,” jawab Dewi. “Papa pasti khawatir dengan keadaan Mama. Lalu gimana keadaan Ronny?” tanya Olivia lagi. Kemudian Olivia kembali berkata, “Ma, kirim pesan saja ke Papa kalau Mama ada di sini agar Papa nggak mencari Mama ke mana-mana.”Dewi langsung mengerutkan bibirnya lalu berkata, “Mam
Lagi pula, Ronny sudah dewasa. Dia pasti akan mempertimbangkan berbagai hal dalam mengambil keputusan. Selain itu, para tetua keluarga Adhitama juga tidak pernah melarang mimpi cucu mereka. Namun, Dewi justru tidak mengizinkan Ronny untuk menjadi koki karena dia menganggap pekerjaan putranya itu akan mempermalukan keluarganya. Bagaimanapun juga, Ronny adalah anggota keluarga Adhitama. “Ma, memangnya Ronny mau bekerja di mana?” tanya Olivia setelah berusaha menasihati ibu mertuanya. Restoran atau hotel mana yang sudah menarik minat Ronny untuk bekerja di sana? Dewi pun berkata, “Dia nggak bilang mau bekerja di hotel mana. Dia bilang kalau dia akan bekerja sebagai koki di sebuah restoran. Mungkin dia akan ke luar kota dan nggak bekerja di Mambera.”Mata cantik Olivia berbinar lalu dia kembali bertanya, “Ma, apa mungkin Nenek menyuruh Ronny untuk mengejar perempuan yang di rumahnya sedang membutuhkan koki? Bisa saja Ronny menggunakan cara itu untuk mendekati calon istrinya. Kalau begi
Dewi dengan cepat berkata, “Olivia, kamu harus hidup bahagia. Kamu juga harus bilang sama Mama kalau sampai Stefan berani memarahimu. Nanti, biar Mama yang memberikan pelajaran padanya. Hal paling penting sekarang adalah suasana hatimu harus baik.”Menantu yang sedang hamil saat ini, jauh lebih penting daripada putranya sendiri. Karena cucu yang berada di dalam perut Olivia adalah cucu yang sudah lama dinantikannya. Dia juga tidak peduli, apakah cucunya laki-laki atau perempuan. Karena cucu pertama akan selalu menjadi sosok yang Istimewa bagi kakek dan nenek. Dewi akhirnya mengerti, mengapa Nenek paling menyayangi Stefan di antara semua cucunya yang lain.“Ma, aku dan Stefan sudah lama nggak bertengkar. Dia juga nggak mungkin mencari masalah denganku saat ini. Jadi, Mama nggak perlu khawatir, ya.”Pada awal pernikahan mereka, Olivia dan Stefan sama sekali tidak memiliki perasaan terhadap satu sama lain. Bahkan Stefan sempat berpikir kalau Olivia yang sudah memaksa Nenek untuk menikahka
Cuaca di Mambera pada bulan Oktober masih sangat panas. Orang-orang hanya bisa merasakan sedikit kesejukan di pagi dan malam hari.Olivia Hermanus bangun pagi-pagi sekali, membuatkan sarapan untuk satu keluarga kakaknya yang beranggotakan tiga orang, lalu mengambil Kartu Keluarga dan pergi diam-diam.“Mulai sekarang, semua biaya patungan. Mau itu biaya hidup, cicilan KPR, cicilan mobil, semuanya patungan! Adikmu tinggal di rumah kita. Minta dia bayar setengah. Apa gunanya memberi kita 4 juta sebulan? Apa bedanya itu dengan makan dan tidur gratis?”Inilah kata-kata yang Olivia dengar keluar dari mulut kakak iparnya ketika kakaknya dan kakak iparnya bertengkar tadi malam.Dia harus keluar dari rumah kakaknya.Namun, kalau dia tidak ingin membuat kakaknya mengkhawatirkannya, hanya ada satu jalan, yaitu menikah.Dia ingin menikah dalam waktu singkat, tapi dia bahkan tidak punya pacar. Jadi, dia memutuskan untuk menyetujui permintaan Nenek Sarah, wanita tua yang pernah dia tolong sebelumnya
“Aku sudah menyetujuinya, jadi aku nggak akan menarik balik kata-kataku.”Olivia juga sudah memikirkannya selama beberapa hari sebelum mengambil keputusan ini. Jadi, dia tidak akan mundur.Mendengar perkataan Olivia, Stefan juga tidak berusaha membujuknya lagi. Pria itu mengeluarkan kartu identitasnya dan meletakkannya di depan staf Kantor Urusan Agama.Olivia juga melakukan hal yang sama.Keduanya dengan cepat menyelesaikan proses pembuatan buku nikah, yang memakan waktu kurang dari sepuluh menit.Setelah menerima buku nikah dari staf, Stefan mengeluarkan satu set kunci yang telah dia siapkan sebelumnya dari saku celananya. Dia kemudian menyerahkannya kepada Olivia dan berkata, “Rumah yang aku beli ada di Lotus Residence. Kata Nenek, kamu membuka sebuah toko buku di depan SMP Negeri Kota Mambera. Rumahku nggak jauh dari sana. Kalau naik bus, kamu bisa sampai ke sana dalam sepuluh menit.”“Kamu punya SIM, nggak? Kalau punya, beli satu mobil saja. Aku bisa membantumu membayar DP, lalu k
“Nek, tentu.” Olivia menanggapi dengan santai.Meski Nenek Sarah memperlakukannya dengan sangat baik, Stefan adalah cucunya sendiri, sedangkan dirinya hanya seorang cucu menantu. Kalau mereka bertengkah, memangnya keluarga Adhitama akan memihak padanya?Olivia tidak percaya.Sama seperti mertua kakaknya.Sebelum menikah, mereka begitu baik kepada kakaknya. Saking baiknya, putri kandung mereka sampai cemburu.Setelah menikah, mertua kakaknya berubah. Setiap kali kakaknya dan suaminya bertengkar, ibu mertua kakaknya pasti akan bilang bahwa kakaknya bukan istri yang baik.Jadi, anak adalah keluarga sendiri, sedangkan menantu adalah orang luar.“Kamu mau pergi kerja, ‘kan? Kalau begitu Nenek nggak ganggu lagi, deh. Nenek akan menyuruh Stefan untuk menjemputmu dan makan malam bersamamu nanti.”“Nek, tokoku tutupnya malam. Aku mungkin nggak bisa pulang untuk makan. Gimana kalau di akhir pekan?”Sekolah libur di akhir pekan. Bagi toko buku seperti miliknya yang bergantung pada murid sekolah u
“Kak, Kakak sendiri yang bilang, itu properti yang dimilikinya sebelum menikah. Aku nggak membayar sepeser pun. Nggak masuk akal dong kalau memintanya menambahkan namaku di dalam sertifikat rumah. Hal ini nggak usah dibahas lagi.”Begitu mereka selesai mengurus buku nikah, Stefan langsung memberi Olivia kunci rumahnya. Olivia bisa langsung pindah dan tinggal di sana. Ini sudah membantunya dalam masalah tempat tinggal. Sudah sangat bagus.Dia tidak akan meminta Stefan untuk menambahkan namanya ke sertifikat rumah. Namun, kalau Stefan yang berinisiatif sendiri untuk menambahkan namanya, dia tidak akan menolak, karena mereka adalah suami istri, dan mereka akan hidup bersama seumur hidup.Odelina sebenarnya juga hanya bilang saja. Dia tahu adiknya orangnya mandiri dan tidak rakus akan uang. Jadi, dia juga tidak mempermasalahkan hal ini lebih lanjut.Setelah diinterogasi dengan banyak pertanyaan, Olivia akhirnya bisa keluar dari rumah kakaknya.Kakaknya ingin mengantarnya ke Lotus Residence
Stefan berkata dengan acuh tak acuh, “Lanjutkan rapatnya.”Orang yang duduk paling dekat dengannya adalah adik sepupunya, yaitu cucu kedua dari keluarga Adhitama yang bernama Calvin Adhitama.Calvin mencondongkan badan dan bertanya dengan suara rendah, “Bro, aku mendengar apa yang Nenek katakan padamu. Apa kamu benar-benar sudah menikahi wanita bernama Olivia itu?”Stefan memberinya tatapan tajam.Calvin menyentuh hidungnya, duduk tegak, dan tidak berani bertanya lagi.Namun, dia sangat simpati pada kakak sepupunya ini.Meskipun cucu-cucu dari keluarga Adhitama tidak perlu menikah dengan keluarga kaya lain untuk memperkuat pengaruh mereka, istri kakak sepupunya ini tidak berasal dari latar belakang yang sama dengan mereka. Itu semua hanya karena nenek mereka menyukai wanita bernama Olivia itu, lalu menyuruh Kak Stefan untuk menikahi wanita itu. Kak Stefan benar-benar kasihan.Calvin lagi-lagi menatap kakak sepupunya itu dengan prihatin.Untungnya, dia bukan cucu pertama. Kalau tidak, d