Mungkin panggilan yang cocok bagi Nenek Sarah adalah remaja tua. Lagi pula, Nenek Sarah memang masih seperti seorang remaja yang senang bepergian ke mana-mana. Mobil mereka berhenti tepat di depan pintu masuk rumah. Olivia ingin membantu Russel membawa tas ranselnya, tapi Russel langsung menolaknya. “Guruku bilang kalau aku harus mengerjakan pekerjaan yang bisa kulakukan sendiri,” ujar Russel. “Mama dan Tante mengajariku hal yang sama, kan?”Olivia langsung tersenyum seraya berkata, “Benar sekali! Tante memang mengajarkanmu begitu, tapi Tante sendiri yang lupa. Apa pun yang bisa dilakukan sendiri, maka harus dilakukan sendiri.”Lagi pula, Russel sudah terlalu dimanja oleh banyak orang. Olivia dan Odelina takut Russel akan menjadi seorang anak yang manja. Oleh karena itu, mereka sendiri yang mengajarkan Russel tentang kedisiplinan. Mereka mengajarkan Russel tentang cara hidup yang benar agar Russel tidak menjadi anak manja.Russel membawa tasnya sendiri. Dia turun terlebih dahulu set
Dewi berkata, “Suasana hati Mama tadi memang kurang baik, tapi sekarang sudah baik-baik saja, kok.”“Memangnya ada masalah apa, Ma?” tanya Olivia khawatir. Namun, Dewi justru balik bertanya, “Kamu mau minum apa?”“Nggak, Ma. Aku nggak haus,” jawab Olivia cepat. Kemudian Dewi menghampiri Olivia lalu menariknya untuk duduk di sofa dan berkata, “Bukan masalah besar, kok. Mama sedikit sedih dan marah karena sedikit berdebat dengan Ronny dan Papa, makanya Mama memutuskan untuk keluar rumah guna menenangkan diri.”“Jadi … Papa nggak tahu kalau Mama ke sini?” “Mama belum bilang padanya. Mama juga minta Pak Arif untuk nggak bilang sama Papa tentang keberadaan Mama di sini. Karena Mama ingin menenangkan diri,” jawab Dewi. “Papa pasti khawatir dengan keadaan Mama. Lalu gimana keadaan Ronny?” tanya Olivia lagi. Kemudian Olivia kembali berkata, “Ma, kirim pesan saja ke Papa kalau Mama ada di sini agar Papa nggak mencari Mama ke mana-mana.”Dewi langsung mengerutkan bibirnya lalu berkata, “Mam
Lagi pula, Ronny sudah dewasa. Dia pasti akan mempertimbangkan berbagai hal dalam mengambil keputusan. Selain itu, para tetua keluarga Adhitama juga tidak pernah melarang mimpi cucu mereka. Namun, Dewi justru tidak mengizinkan Ronny untuk menjadi koki karena dia menganggap pekerjaan putranya itu akan mempermalukan keluarganya. Bagaimanapun juga, Ronny adalah anggota keluarga Adhitama. “Ma, memangnya Ronny mau bekerja di mana?” tanya Olivia setelah berusaha menasihati ibu mertuanya. Restoran atau hotel mana yang sudah menarik minat Ronny untuk bekerja di sana? Dewi pun berkata, “Dia nggak bilang mau bekerja di hotel mana. Dia bilang kalau dia akan bekerja sebagai koki di sebuah restoran. Mungkin dia akan ke luar kota dan nggak bekerja di Mambera.”Mata cantik Olivia berbinar lalu dia kembali bertanya, “Ma, apa mungkin Nenek menyuruh Ronny untuk mengejar perempuan yang di rumahnya sedang membutuhkan koki? Bisa saja Ronny menggunakan cara itu untuk mendekati calon istrinya. Kalau begi
Dewi dengan cepat berkata, “Olivia, kamu harus hidup bahagia. Kamu juga harus bilang sama Mama kalau sampai Stefan berani memarahimu. Nanti, biar Mama yang memberikan pelajaran padanya. Hal paling penting sekarang adalah suasana hatimu harus baik.”Menantu yang sedang hamil saat ini, jauh lebih penting daripada putranya sendiri. Karena cucu yang berada di dalam perut Olivia adalah cucu yang sudah lama dinantikannya. Dia juga tidak peduli, apakah cucunya laki-laki atau perempuan. Karena cucu pertama akan selalu menjadi sosok yang Istimewa bagi kakek dan nenek. Dewi akhirnya mengerti, mengapa Nenek paling menyayangi Stefan di antara semua cucunya yang lain.“Ma, aku dan Stefan sudah lama nggak bertengkar. Dia juga nggak mungkin mencari masalah denganku saat ini. Jadi, Mama nggak perlu khawatir, ya.”Pada awal pernikahan mereka, Olivia dan Stefan sama sekali tidak memiliki perasaan terhadap satu sama lain. Bahkan Stefan sempat berpikir kalau Olivia yang sudah memaksa Nenek untuk menikahka
Sekarang, dia sudah benar-benar menerima Olivia sebagai menantunya. Dia juga sudah mengajarkan berbagai hal kepada Olivia secara perlahan, termasuk tentang urusan pribadi Stefan dan hal lainnya. Dengan begitu, Dewi bisa pensiun untuk menjadi nyonya utama keluarga Adhitama. Olivia juga bersedia belajar dan mempelajari semuanya dengan sungguh-sungguh. Olivia adalah seorang perempuan ambisius yang cocok dengan sosok Stefan yang juga ambisius. Dewi mau tidak mau menerima Olivia sebagai menantunya. Karena melihat Stefan yang sudah sangat terikat dengan Olivia. Selain itu, Stefan juga terlihat sangat bahagia ketika dia bersama dengan Olivia. Dewi tidak lagi memikirkan kekurangan dari Olivia selama putranya bahagia. Terlebih lagi, Dewi baru tahu kalau ternyata Olivia adalah keturunan dari keluarga Gatara di Cianter. Hal ini membuat Olivia tidak lagi memiliki kekurangan di matanya.Keluarga Gatara adalah keluarga yang seimbang dengan keluarga Adhitama di masa kejayaannya. Selain itu, Tante d
Obrolan di antara Olivia dan Dewi berhasil membuat suasana hati Dewi membaik. Dia mendengarkan nasihat Olivia yang mengatakan kalau Ronny sudah dewasa dan bukan anak kecil lagi. Biarkan Ronny melakukan apa yang ingin dilakukannya. Lagi pula, Ronny juga memiliki usahanya sendiri yang sudah stabil. Jadi, keputusannya untuk bekerja sebagai koki pribadi tidak akan mempengaruhi bisnisnya. Dewi memutuskan untuk tidak menghentikan keinginan Ronny setelah berpikir kemungkinan Ronny bekerja sebagai koki pribadi karena ingin mengejar calon istrinya. “Olivia, pikiran Mama sekarang sudah terbuka. Mama juga sudah nggak marah lagi. Sekarang, kita turun yuk temui Russel,” ujar Dewi lalu berdiri. Olivia tersenyum lalu mengikuti Dewi turun ke lantai bawah. Russel sedang menonton kartun dengan serius sambil ditemani oleh Pak Arif di lantai bawah. Pak Arif bergegas berdiri ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekat. “Tante!”Russel langsung berdiri dan menghampiri Olivia ketika melihat tanteny
Olivia dan Ronny tidak bergegas masuk ke dalam rumah, sampai akhirnya Ronny berkata, “Kak Olivia, bisa kita bicara sebentar?”Olivia langsung tersenyum seraya berkata, “Tentu saja bisa. Katakan saja apa yang mau kamu katakan.”“Pertengkaran Papa dan Mama kali ini karena aku. Aku mau bekerja sebagai koki pribadi di sebuah keluarga sekaligus mengurus bisnisku, tapi sayangnya Mama nggak setuju. Mama merasa aku harus mengurus bisnisku sendiri dengan serius. Aku juga bisa masak di rumah kalau memang aku senang memasak. Jadi, aku nggak harus bekerja sebagai koki pribadi di rumah orang lain.”“Padahal koki juga merupakan sebuah pekerjaan. Tapi, Mama tetap saja nggak setuju. Karena aku adalah anggota keluarga Adhitama dan nggak seharusnya aku memasak di rumah orang lain,” ujar Ronny sedikit sedih. Penolakan ibunya membuat kedua orang tuanya bertengkar. Bagaimanapun juga, dia dan kakaknya bukanlah orang yang sama. Kakak dibesarkan oleh kakek dan nenek mereka, jadi wajar saja kalau dia lebih de
Wajah Ronny seketika memerah. Hal ini langsung membuat Olivia tahu jawaban dari pertanyaannya. Kemudian dia pun kembali bertanya dengan penasaran, “Siapa nama keluarganya? Dari mana asalnya?”Ronny memperhatikan suasana rumah untuk memastikan orang tuanya tidak akan muncul lalu berkata, “Dia berasal dari Kota Aldimo yang berada di Provinsi Sarga. Nama keluarganya Pangestu.”“Jauh sekali di Provinsi Sarga.”Olivia tidak menyangka kalau Nenek akan pergi sampai Provinsi Sarga hanya untuk mencari calon istri bagi cucunya. “Apa Kota Aldimo yang berada di Provinsi Sarga dekat dengan Kota Harindang?”“Hitungannya sih nggak terlalu jauh. Tapi, Aldimo adalah ibu kota dari Provinsi Sarga,” jawab Ronny bingung. “Kenapa Kak Olivia menanyakan Kota Harindang? Kakak punya teman di sana, ya?” tanya Ronny. Olivia langsung tersenyum lalu berkata, “Nggak, kok. Tapi, sahabatku si Junia punya teman yang tinggal di Kota Harindang. Entah siapa yang bilang, tapi aku pernah dengar kalau di Harindang ada se
“Dengan kesalahan yang begitu akhirnya kamu dan Fani …. Dari awal nggak ada hubungannya sama Felicia!”"Cakra, Felicia memang nggak tumbuh besar di sisi kita, tapi dia adalah putri kandung kita, darahmu dan darahku mengalir dalam tubuhnya, dialah darah daging kita yang sebenarnya!" "Hal-hal yang buruk selalu kamu lemparkan kepada anak kandungmu sendiri, selalu menyalahkannya tanpa dasar. Apakah ada seorang ayah seperti ini?" Cakra dibuat terdiam karena ucapan istrinya.Sesaat kemudian, dia bertanya, “Aku dan Fani ... karena kebetulan semata, bukan karena ada yang sengaja merencanakan?" “Iya, kalau dibilang ini direncanakan, berarti ini direncanakan oleh anak pertama kesayanganmu. Kalau kamu bisa menerima bahwa anak sulungmu yang merencanakan ini semua, silakan anggap itu sebagai konspirasi. Aku nggak bisa mengendalikan cara berpikirmu." Cakra terdiam karena tidak percaya. Dia ada empat anak dan dalam keadaan tidak tahu Felicia adalah putri kandungnya, Cakra sangat menyayangi putra p
Mereka bisa mengerti jika Felicia diperlakukan seperti itu karena dia bukan anak kandung mereka. Namun, Fani adalah putri kandungnya. Mereka tetap memperlakukannya seperti itu. Fani yang dibesarkan dengan penuh kemanjaan di keluarga Gatara bagaimana mungkin bisa menerima perlakuan seperti itu?Mereka yang memaksanya hingga mati! Katanya itu adalah kematian karena kecelakaan jatuh dari gedung. Aris sama sekali tidak percaya. Dia sangat curiga bahwa Fani didorong jatuh oleh kakak kandungnya sendiri. Di dalam kamar rumah sakit, Patricia meminum sedikit air hangat yang dituangkan oleh putra bungsunya itu. Setelah membasahkan tenggorokannya, dia meletakkan kembali gelas itu dan berbicara pada suaminya yang sedang berbaring di ranjang. "Cakra, kau tahu Fani sudah meninggal, ‘kan?" Mata yang bengkak dan merah serta wajah lelahnya tidak dapat menyembunyikan fakta tersebut. Cakra tidak berani berbohong dan dengan jujur menjawab, "Tadi malam aku sudah tahu. Aris bahkan pergi ke sana. Fani ja
Setelah menerima kabar bahwa Fani meninggal karena jatuh dari gedung, Patricia secara khusus pergi ke rumah sakit. Cakra yang beberapa hari lagi sudah diizinkan pulang tampak terpukul atas kematian Fani. Tubuhnya lesu, matanya bengkak dan merah karena menangis cukup lama.Semalam, yang menemani dan merawatnya di rumah sakit adalah putra bungsunya. Ketika mendengar berita bahwa Fani meninggal akibat jatuh dari apartemen, Aris langsung pergi ke apartemen dan bahkan sempat bertengkar dengan dua kakak kandung Fani sebelum kembali. Ketika Patricia melihat ayah dan anak itu dalam keadaan seperti itu, pandangan matanya dalam dan sulit ditebak. Kedua pria itu yang sedang ditatap oleh Patricia bahkan tidak berani menghela napas berat. Mereka tegang dan terasa terintimidasi. Cakra memberi isyarat kepada putra bungsunya agar memecah keheningan di antara mereka bertiga. Namun, Aris tidak berani. Dia berharap ayahnya saja yang membuka pembicaraan. Akhirnya, setelah saling melempar pandang untuk
Mulai sekarang, dengan siapa pun Ivan akan bersama, tidak ada hubungannya lagi dengan dirinya. Siapa yang ingin menjadi istri lelaki itu, silakan ambil saja. Yang dia inginkan hanya hidup!“Kak, kamu tahu apa yang kamu lakukan?” marah Felicia pada kakaknya.“Kamu hamper membunuh Kak Dania! Kamu pikir orang di rumah nggak tahu apa yang kamu lakukan di sini dengan perempuan itu?Felicia membungkuk dan mengambil tas kakak iparnya. Dia mengeluarkan setumpuk foto dari dalamnya lalu melemparkan foto-foto itu ke tubuh Ivan. Setelah itu, dia menarik tangan kakak iparnya. Felicia berkata kepada kakak iparnya,“Kak, ayo kita pulang. Biarkan dua orang murahan ini diurus sama Mama.”“Felicia ….”Ivan mengambil foto tersebut dan wajahnya seketika berubah. Dia mendongak, tetapi adiknya sudah menarik istrinya pergi. Tidak berani berlama-lama, lelaki itu segera kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaian dan buru-buru keluar lagi. Melihat Fani yang pingsan karena pukulan Felicia, Ivan hanya menggerta
Dania tidak menjawab melainkan melayangkan satu tamparan kuat. Jejak tangan perempuan itu langsung tercetak di wajah Fani. Bahkan sudut bibirnya tampak berdarah.Dania masih belum puas melampiaskan kemarahannya. Dia mengayunkan tasnya dan terus memukuli Fani sambil memaki, "Rendahan! Perempuan murahan! Nggak tahu malu!" Fani sendiri tidak tinggal diam. Kakak ipar dan adik ipar itu pun bergumul, saling menyerang tanpa henti. Keributan mereka begitu besar, dan karena malam itu adalah Minggu malam, hampir semua tetangga sedang berada di rumah. Para tetangga keluar untuk melihat apa yang terjadi. Namun, melihat dua wanita sedang berkelahi sengit, mereka ragu untuk melerai karena tidak tahu duduk perkaranya. Ketika Dania memukuli Fani, dia juga menarik dan merobek pakaian tidur seksi yang dikenakan perempuan itu, sambil memaki, "Perempuan murahan! Menggoda suamiku! Akan kuhancurkan kamu, perempuan nggak tahu malu!" Barulah para tetangga menyadari apa yang sedang terjadi. Rupanya, ini ad
“Buat perhitungan dengan kakakmu. Sifatnya nggak akan bisa berubah.”Dania berjalan sambil menjawab Felicia. Dia berjalan dengan penuh emosi, langkahnya sangat cepat. Dalam sekejap, dia sudah melewati ruang tamu dan keluar dari rumah utama. Tidak lama kemudian, Felicia mendengar suara mobil yang menyala dari luar. Kakak iparnya benar-benar pergi. Setelah mengantarkan makanan ke lantai atas untuk ibunya, perempuan itu mencari alasan untuk pergi dan buru-buru keluar rumah untuk mengejar kakak iparnya. Dia bukan khawatir kakak iparnya akan melakukan sesuatu dalam keadaan marah, tetapi takut kakaknya dan Fani akan bekerja sama dan membuat kakak iparnya dirugikan. Di tengah jalan, Felicia menerima telepon dari Vandi.“Bu, kamu ke mana?” tanya lelaki itu yang tahu jika Felicia keluar dan menanyakan tujuannya.“Kakak iparku pergi menangkap basah suaminya selingkuh. Aku takut dia akan disakiti, jadi aku mengikutinya untuk membantu.” Vandi terkekeh dan berkata, “Bukannya Bu Felicia mau meno
Semua ini bisa terjadi karena Patricia yang sangat menyayangi Fani. Bahkan Patricia memperlakukan Fani jauh lebih baik daripada Felicia pada awalnya. Mereka tahu kalau mereka harus menghormati dan membuat senang ibu mertua mereka ketika mereka menikah dengan putra Patricia. Ibu mertuanya sangat baik kepada Fani, jadi dia juga harus bersikap baik kepada gadis itu, sekalipun dia tidak menyukainya. “Cukup,” ujar Patricia menyela perkataan menantunya. “Aku nggak akan menyalahkanmu dalam masalah ini. Semua ini terjadi karena Mama sangat menyayangi Fani sebelumnya.”Di rumah ini, semua orang bertindak atas dasar kepala keluarga Gatara. Jadi, Patricia akan menjadi orang yang bersalah dalam setiap masalah yang terjadi di rumah ini. Kemudian Dania berbisik, “Mama sangat menyayangi Patricia sampai tidak sadar kalau perempuan itu adalah palsu. Aku juga punya seorang anak perempuan, jadi aku paham perasaan Mama.”“Apa kamu sudah mengantar semua anakmu kembali ke sekolah?” tanya Patricia. Patri
Felicia terlihat sangat penasaran. Hal ini membuat Dania juga semakin penasaran. Foto siapa itu?“Kakak, cepat masuk. Jangan sampai Mama menunggu terlalu lama,” desak Felicia sambil berbisik lalu bergegas pergi. Dania menarik napas dalam-dalam. Entah berkah atau hukuman yang akan didapatkannya kali ini, tapi sekarang dia tidak lagi bisa lari ke mana pun. Lagi pula, ibu mertuanya tidak akan mungkin menggigitnya. Dania berjalan masuk ke dalam ruangan dan menemukan ada banyak foto yang berserakan di atas lantai ruang kerja. Ibu mertuanya sedang duduk di kursi yang berada di balik meja sambil memakan permen manisan buah yang sepertinya dibelikan oleh Felicia. Patricia terus memakan permen itu tanpa memedulikan ekspresi menantunya. Kemudian dia berkata kepada Dania setelah selesai menyantap permennya, “Ambil semua foto yang ada di atas lantai.”“Baik, Ma,” ujar Dania langsung mematuhi perintah ibu mertuanya.Dia meletakkan tas tangannya di atas kursi lalu berlutut untuk mengambil foto-f
Wajah Patricia seakan berubah 10 tahun lebih tua dari usianya setelah peristiwa Fani dan Cakra Vikar. Sebelumnya, Patricia adalah perempuan tua yang sangat terawat, sampai dia terlihat seperti perempuan berusia 50 tahunan di usianya yang sudah 70 tahun. Namun sekarang, wajahnya berubah seakan dia sudah berusia 80 tahun. Felicia tidak lagi membalas perkataan Patricia. Dia tidak bisa mengatakan apa pun mengenai pernikahan orang tuanya. “Papamu selalu bilang kalau ada orang lain di hatiku, tapi selama ini aku nggak pernah berselingkuh darinya. Lagi pula, semua itu hanyalah masa lalu. Memangnya siapa di dunia ini yang nggak punya masa lalu? Papamu juga belum putus dari kekasihnya sebelum dia masuk ke dalam keluarga Gatara. Bukankah perempuan itu adalah masa lalunya?”“Aku juga nggak pernah lagi membahas tentang masa lalunya setelah kami menikah. Tapi, dia dengan seenaknya justru mengatakan kalau ada laki-laki lain di hatiku.”Mata Felicia langsung berbinar lalu berkata, “Orang yang ada d