Suara ketukan di luar berhenti untuk sesaat dan kemudian berbunyi lagi, kemudian berhenti lagi. Daniel tidak sekali pun menyahut, apalagi membukakan pintunya.Entah telah berapa lama waktu berlalu, suara ketukan pintu itu kembali terdengar, tetapi kali ini disertai oleh suara panggilan Russel yang riang.“Om Daniel lagi di kamar? Om masih tidur atau sudah bangun? Boleh bukain pintunya? Aku bawa nampan berat banget, tanganku sudah pegal. Om Daniel cepat bukain pintunya. Om Daniel, Mama lagi pergi dan nggak ngajak aku. Mama suruh aku tinggal bareng Om Stefan dan Tante Olivia. Aku sedih mau nangis. Om Daniel bisa peluk aku, ngak? Aku mau nangisnya di paha Om saja.”Setelah Russel berkata seperti itu, dia benar-benar menangis terisak. Olivia yang melihat aktingnya itu sungguh kagum padanya. Dan ketika mendengar suara tangisan Russel, tak sampai beberapa detik Daniel langsung bergerak. Dia yang tadinya sedang berbaring di atas kasur langsung beranjak dan hendak pindah ke kursi rodanya. Akan
Di saat itu juga Olivia baru muncul dan langsung mengapa Daniel dengan hangat. Stefan yang juga datang bersamanya mengambil nampan itu dari tangan Daniel dan membawa masuk ke dalam seraya berkata, “Sudah tua tapi kelakuan masih kayak anak kecil saja. Masa harus anak kecil yang membujuk kamu? Daniel, apa kamu nggak malu? Aku saja malu.”“Kalau kamu yang merasa malu gara-gara aku, jangan datang kemari. Aku juga nggak minta kamu yang malu untuk aku.”“Kalau kamu bukan teman baikku dan mungkin jadi iparku, kamu kira aku bakal peduli sampai rela datang ke sini?”Stefan menaruh nampan itu di atas meja dan melanjutkan, “Ngapain duduk di situ, ayo sini, maan!”Russel mendongak ke atas dan menatap Daniel dengan matanya yang hitam bulat itu. “Om Daniel, tadi aku sudah janji sama Nenek bikin Om mau makan. Jadi Om harus makan, ya. Kalau nggak, nanti Nenek pikir aku ini pembohong.”“Iya, Om makan. Om nggak akan bikin Russel disangka pembohong. Russel kan anak yang baik dan pintar.”“Om Daniel, sini
Russel ingin membantu, tetapi apa daya dia masih terlalu kecil. Untuk sekadar mendorong kursi roda mungkin masih bisa, tetapi untuk memapah tubuh Daniel jelas sudah tidak mungkin. Walau begitu, Russel tidak merengek. Dia tiba-tiba menepuk tangan ketika melihat Daniel sudah pindah ke sofa, “Wah, Om Daniel hebat sudah bisa jalan sendiri!”Gurunya di TK pernah bilang, siapa pun yang melakukan sesuatu dengan baik harus diberikan pujian. Daniel sudah melakukan yang terbaik untuk pindah dari kursi roda sampai ke sofa, maka tentu saja dia juga harus diberikan pujian. Ketiga orang dewasa itu pun dibuat tertawa oleh tingkah laku Russel yang polos dan menggemaskan.“Daniel, cepat makan selagi masih hangat. Habis makan nanti kita ngobrol-ngobrol,” kata Stefan.“Benar, Om Daniel. Cepat dimakan. Aku sudah janji sama Nenek harus bikin Om mau makan. Kalau Om nggak makan, nanti Nenek nggak percaya sama aku lagi,” ucap Russel.“Nggak sia-sia Om sayang sama kamu,” kata Daniel, seraya memeluk Russel dan
“Kamu masih saja suka asal ngomong dan asal berbuat, sama kayak waktu pertama kali aku kenal kamu. Pokoknya nggak peduli kapan pun, kamu nggak boleh makan sampai berlebihan. Dulu kita masih belum jadi suami istri, kamu mau gimana juga aku nggak peduli. Tapi sekarang kamu sudah jadi istriku, aku mau kita tumbuh tua bersama, jadi aku harus bikin kamu sesehat mungkin.”Di saat itu Olivia dalam hati berpikir, memangnya kalau hidup dia diatur oleh Stefan, dia tidak akan jatu sakit selamanya? Namun memang benar, yang namanya penyakit itu sebagian besar bersumber dari apa yang dimakan sehari-hari, karena itu Olivia harus bisa mengontrol mulutnya.Setelah Daniel selesai makan dan meletakkan alat makannya dia atas meja, Russel langsung memberikan tisu untuknya. Daniel mengelus kepala saking sayangnya dia kepada Russel.“Russel, sebelum mama kamu berangkat … dia ada ngomong soal Om?” tanya Daniel.Russel mengangguk dan menjawab, “Ada. Mama minta tolong aku dan Tante Olivia untuk sering-sering je
“Kak Daniel, kakakku khawatir banget sama kamu. Sebelum berangkat, Kak Odelina berulang kali berpesan ke aku dan Stefan untuk menjenguk kamu. Aku tahu apa yang kamu pikirkan, tapi kalau kamu terus mengurung diri dan malah jadi kehilangan rasa percaya diri, gimana kamu bisa bangkit lagi? Aku tahu Kak Daniel mau bantu kakakku. Karena itu Kak Daniel harus cepat sembuh biar bisa menemani kakakku menjalani hidupnya. Apa Kak Daniel nggak mau menemani Kak Odelina? Dia selama ini terus menunggu kamu!”Beberapa saat setelah Olivia mengatakan itu, akhirnya Daniel pun menjawab, “Stefan, Olivia, kalian berdua nggak perlu menasihatiku. Aku tahu apa yang harus aku lakukan, aku cuma lagi merasa tertekan, makanya …. Demi diriku sendiri dan juga demi masa depan kakakmu, aku akan terus bertahan. Pasti suatu hari aku bisa bangkit lagi. Aku pernah bilang mau menjadi sandaran kakakmu dan selalu menemaninya dalam suka atau duka. Maaf, karena sudah bikin kalian berdua khawatir. Sejak kecelakaan mobil, aku ja
“Russel, kamu pergi main sama Nenek dulu, ya? Ada yang mau Om ngomongin sama Om Stefan dan Tante Olivia,” kata Daniel.Yanti mengusap air matanya yang menetes dan berbicara kepada Stefan dan Olivia, “Stefan, Olivia, maaf ya kamu jadi lihat Tante nangis begini.”“Tante nggak perlu cemas. Biar aku yang ngomong sama Daniel. Aku jamin lusa dia pasti sudah balik kerja lagi kayak biasa,” kata Stefan.Besok hari Minggu, jadi kantor masih libur.“Stefan, maaf ya jadi merepotkan.”“Nggak kok, Tante. Aku sama Daniel kan teman baik. Masalah dia masalahku juga.”Yanti sekali lagi berterima kasih kepada Stefan. Betapa beruntungnya Daniel memiliki teman seperti Stefan dan Reiki. Begitu ada masalah, mereka dengan sigap membantu hingga Daniel akhirnya mendapatkan kembali kepercayaan dirinya.“Russel, yuk. Nenek ajak kamu pergi jalan-jalan. Kamu mau main apa Nenek temani.”“Nek, di rumah ada layangan, nggak? Aku mau main layangan mumpung hari ini anginnya lagi kencang.”“Coba Nenek cari, ya. Seharusnya
Setelah Yanti membawa Russel pergi, Daniel langsung bertanya kepada Olivia “Waktu kakakmu pergi, dia beneran minta kalian datang ke sini? Dia … apa kelihatan lagi bete? Apa aku yang terlalu emosional sampai berpengaruh ke dia? Olivia, kamu merasa aku sudah umur segini masih kayak anak kecil?”Daniel merasa amat bersalah dan merasa dirinya hanya membuat keributan yang tidak penting.“Kak Daniel, kakakku benar-benar khawatir sama kamu, tapi karena waktunya juga mepet, dia nggak sempat datang. Dia cuma berpesan ke aku dan Stefan untuk bantu kamu sadar. Russel di sini yang paling tulus, kamu nggak percaya apa kata dia tadi? Aku nggak takut kamu bakal marah atau tersinggung, tapi aku rasa kali ini kamu sudah benar-benar keterlaluan. Sampai mengurung diri nggak makan nggak minum seharian. Nggak cuma kakakku saja yang khawatir, tapi Tante juga. Ini nggak bagus buat untuk kamu saja, tapi juga orang-orang yang ada di sekitar kamu.”Stefan ikut berpendapat, “Daniel, kami sudah berulang kali bila
“Oke. Aku bisa turun sendiri, nggak perlu dibantu.”Perubahan suasana hati Daniel cukup besar, bagaikan cuaca yang awalnya badai salju kini menjadi hari yang cerah. Dia berdiri dengan bertumpu pada sofa dan memindahkan tubuhnya ke atas kursi roda.“Aku memang nggak mau bantu kamu. Biar kamu sendiri yang jalan,” kata Stefan. Namun walau berkata demikian, dia tetap mendorong kursi rodanya ke dekat Daniel agar dia lebih mudah untuk berpindah. lantas mereka bertiga pun keluar dari kamar dan berjalan menuju ke depan lift.“Kamu turun pakai lift, aku sama Olivia lewat tangga.”“Oke, terserah kalian saja. Sekarang aku masih harus naik turun pakai lift.”Begitu Daniel sudah bisa berjalan selayaknya orang normal, lift di rumah sudah bisa istirahat. Setelah Daniel masuk ke dalam lift, Stefan menarik Olivia menuju tangga dan berkata padanya, “Daniel juga terlalu memikirkan kakakmu, makanya dia jadi mikir yang nggak-nggak.”“Semoga saja dia cepat sembuh. Sebenarnya kakakku dalam hati sudah menerim
Namun Olivia justru malah bertanya, “Russel, kamu mau menemani Liam kerjain tugasnya? Anggap saja ini sebagai latihan menulis. Ingatan kalian berdua kan bagus, kalau kamu nulis banyak dan bisa ingat apa yang kamu tulis, di masa depan bakal berguna juga buat kamu, lho.” Tidak pernah ada salahnya mengerti sedikit tentang kesehatan dan ilmu kedokteran. Karena ditatap oleh tante dan teman baiknya, Russel secara tak terduga menerima tantangan itu. Biarlah, dia pikir, tidak ada ruginya juga menemani teman baiknya mengerjakan tugas. ***Sementara itu di Aldimo ….Kemarin malam baru saja turun salju yang sangat deras, maka dari itu hari ini di mana-mana dipenuhi dengan pemandangan jalan yang putih pekat. Di halaman rumah keluarga Pangestu, terlihat dua orang anak dengan pakaian tebal sedang asyik bermain dan membuat boneka salju. Mereka adalah dua anak penerus keluarga Pangestu. Tommy membuat boneka salju dengan ukuran yang sangat besar. Setelah boneka salju itu jadi, dia mundur beberapa l
Dalam hatinya Yose berkata “Stefan belajarnya cepat juga ternyata, padahal waktu itu dia yang datang berguru padaku.” Setelah sarapan, Mulan dan Olivia membawa anak-anak mereka untuk bermain di ruang tengah utama, semetara Yose harus berangkat ke kantornya untuk bekerja. Dengan hati yang sangat berat dia menyerahkan putri kesayangannya kepada Mulan, lalu meminta Mulan untuk mengantarnya sampai ke pintu depan. Setelah itu baru Yose berangkat kerja. “Dasar … anak sudah sebesar ini masih saja manja,” ujar Mulan mengeluhkan sikap suaminya kepada Olivia. “Romantis banget. Hubungan kamu dan Yose masih sama seperti waktu pertama kali kalian pacaran. Kalau bukan romantis, apa namanya? Kamu itu kan wanita idaman yang sudah Yose impikan selama belasan tahun, wajah saja kalau dia masih suka bersikap manja sama kamu.” Seketika rona wajah Mulan langsung memerah. Di saat itu juga, Dokter Panca baru datang sambil menggendong Tiano. Sally juga datang menggandeng dua anak lelakinya untuk meramaikan
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua
“Ma, Om Stefan nggak mungkin secepat itu datang jemput aku dan Tante, ‘kan? Aku masih belum puas main di sini, aku masih mau main sebentar lagi.” Mendengar Russel bilang begitu, Liam juga ikut khawatir Russel akan segera pulang ke Mam bera, maka dia pun bergegas berbicara kepada Odelina, “Tante, jangan jemput Russel pulang dulu. Kasih Russel masih di sini beberapa hari lagi saja. Kami masih belum puas. Aku … aku nggak bakal berantem sama Russel, jadi tolong kasih Russel menginap di sini lebih lama, ya.” “Boleh, kalau begitu Tante kasih kasih Russel menginap di sana satu minggu lagi. Seharusnya nanti Stefan ada waktu kosong untuk jemput dia,” kata Odelina. Liam merasa satu minggu saja masih tidak cukup, jadi dia memberikan tawaran baru. “Tante, kalau sepuluh hari saja, boleh nggak?” “Sepuluh hari, ya …,” Odelina menghitung tanggal. “Kalau sepuluh hari, Tante sudah libur. Ya sudah, oleh. Kalau begitu Russel menginap di sana sepuluh hari lagi, tapi kalian berdua harus akur, ya. Jangan
Status keluarga Junaidi di Aldimo membuat mereka tidak bisa bertindak gegabah. Faktor lainnya adalah nantinya mereka tidak akan bisa lagi mendapat informasi apa pun tentang Liam dari Vila Ferda. Mereka menduga keluarga Junaidi mengirim anak itu ke suatu tempat, tetapi mereka tidak tahu tempat apa pastinya. “Nggak apa-apa. Libur musim panas tahun depan waktunya lebih panjang. Nante Tante bawa Russel main ke rumahmu, biar dia bisa menemani kamu selama liburan,” kata Odelina tersenyum. “Tante Odelina harus tepat janji, ya! Liburan musim panas nanti Russel harus temani aku main,” ujar Liam. Liam dan Russel pasti ada saja sesekali bertengkar, tetapi sebagian besar waktu lebih banyak mereka habiskan dengan bermain bersama. Ada banyak sekali anak-anak di Vila Ferda, tetapi Archie dan Audrey masih terlalu kecil untuk bermain bersama dengan Liam. Liam tentu saja berharap Russel yang datang untuk bermain bersama. “Pasti,” Odelina berjanji. Ketika liburan musim panas nanti, anaknya Olivia ju
“Oke!” jawab Russel dengan gembira. “Mama, aku makan sendiri, lho. Tante Olivia nggak suapin aku lagi. Aku makan juga nasinya sudah nggak berantakan di meja. Aku mau tanding sama Liam siapa yang bisa makan lebih cepat.” Lam langsung mendekat dan dengan santun menyapa Odelina. “Halo, Tante. Selamat pagi. Tante sudah makan, belum?” Odelina tersenyum. “Tante baru saja makan. Sekarang lagi perjalanan balik ke kantor. Kamu sama Russel makan yang banyak, ya, biar cepat tinggi.” “Kak Odelina, jangan suruh mereka berdua makan banyak. Mereka ini tukang makan, aku malah takut mereka makan kebanyakan dan malah jadi sakit perut mereka,” sahut Mulan. Odelina juga sadar anaknya, Russel, itu tukang makan. Namun apa mau dikata, semua orang yang menjaganya juga sama-sama suka makan. Karena mendapat pengaruh dari Olivia, reputasi Russel sebagai tukang makan justru malah makin terkenal. Sisi positifnya, paling tidak sekarang sudah tidak pilih-pilih makanan. Dulu Russel paling tidak suka makan sayur,
Selama ada Vandi di sisinya, mau dunia kiamat pun Felicia tidak akan merasa khawatir.Odelina selalu bilang kalau Vandi mencintai Felicia, dan Felicia juga memiliki perasaan kepada Vandi. Odeline sudah pernah mengingatkan Felicia agar tidak menyia-nyiakan Vandi, dan juga jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hanya menginginkan anak tanpa suami agar tidak membuat Vandi bersedih.Tidak peduli bagaimana akhir dari persaingan antara Odelina dengan keluarga Gatara, dalam hubungan asmara, Odelina hanya ingin memberikan saran demi kebaikan Felicia sendiri. Felicia mengakui perasaannya, dia memang mencintai Vandi. Tak bisa dipungkiri, memang sangat mudah untuk mencintai pria yang luar biasa seperti Vandi.Melihat Felicia sudah tertidur, Vandi menghentikan mobil dan melepas jaketnya, lalu dia gunakan jaket itu untuk menutupi tubuh Felicia. Udara masih terasa dingin meski di dalam mobil sudah menggunakan penghangat. Felicia akan mudah masuk angin jika dia tertidur begitu saja.
Felicia menyapu pandangannya ke arah bawahan Dikta yang sudah tumbang di lantai. “Cukup awasi saja mereka, nggak perlu dibunuh.”“Baik, sudah kuperintahkan ke anak buahku,” jawab Vandi.Felicia mengiyakan, lalu dia langsung naik ke mobilnya Vandi. Dengan segera Vandi mengemudikan mobil itu kembali ke Cianter. Selagi di perjalanan, Vandi berkata, “Dari awal Bu Patricia sudah merencanakan ini. Dia sudah minta Dikta untuk menyiapkan seorang pengganti. Sekarang pengganti itu ada di rumah.”“Sudah kuduga Mama pasti bakal melakukan ini,” tutur Felicia seraya memijat lehernya.Karena itu Felicia juga sudah menyiapkan rencananya sendiri. Sewaktu ibunya mengajak dia jalan-jalan di halaman rumah, Felicia sudah menunggu ibunya beraksi, agar ibunya mengira kalau rencananya berjalan dengan lancar. Dengan begitu, Felicia bisa kembali ke Cianter tanpa ketahuan.“Mama sudah tua pun tenaganya masih kuat. Leherku sampai sekarang masih sakit.”“Bu Patricia pernah latihan bela diri. Usianya sudah tua pun
Ketiga putranya sudah memiliki anak, dan menantunya juga lebih mendengarkan Cakra untuk mengungsi ke kediaman keluarga Vikar selama tahun baru.Yang ingin Cakra lindungi adalah anak cucu yang mewarisi marganya, sedangkan yang ingin Patricia lindungi adalah Felicia yang masih menggunakan marga Gatara.Namun, bagaimanapun juga mereka tetaplah cucunya, maka dari itu Patricia tidak meminta para menantunya untuk membawa anak-anak mereka ke Cianter. Biarlah mereka melewati tahun baru yang damai di sana. Akan lebih baik jika mereka jauh dari perseteruan ini. Dalam hal ini, Cakra melakukan bagiannya dengan baik. Cakra menyadari kekejaman istrinya. Jika cucunya tidak segera pergi, dikhawatirkan mereka semua juga tidak akan bertahan hidup.Patricia mengerutkan bibirnya. Apa yang akan terjadi pada malam ini semua bergantung kepada takdir mereka semua. Andaikan, belum waktunya bagi mereka untuk mati, mungkin mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat. Namun apabila mereka tidak berhasil mela