“Kamu masih saja suka asal ngomong dan asal berbuat, sama kayak waktu pertama kali aku kenal kamu. Pokoknya nggak peduli kapan pun, kamu nggak boleh makan sampai berlebihan. Dulu kita masih belum jadi suami istri, kamu mau gimana juga aku nggak peduli. Tapi sekarang kamu sudah jadi istriku, aku mau kita tumbuh tua bersama, jadi aku harus bikin kamu sesehat mungkin.”Di saat itu Olivia dalam hati berpikir, memangnya kalau hidup dia diatur oleh Stefan, dia tidak akan jatu sakit selamanya? Namun memang benar, yang namanya penyakit itu sebagian besar bersumber dari apa yang dimakan sehari-hari, karena itu Olivia harus bisa mengontrol mulutnya.Setelah Daniel selesai makan dan meletakkan alat makannya dia atas meja, Russel langsung memberikan tisu untuknya. Daniel mengelus kepala saking sayangnya dia kepada Russel.“Russel, sebelum mama kamu berangkat … dia ada ngomong soal Om?” tanya Daniel.Russel mengangguk dan menjawab, “Ada. Mama minta tolong aku dan Tante Olivia untuk sering-sering je
“Kak Daniel, kakakku khawatir banget sama kamu. Sebelum berangkat, Kak Odelina berulang kali berpesan ke aku dan Stefan untuk menjenguk kamu. Aku tahu apa yang kamu pikirkan, tapi kalau kamu terus mengurung diri dan malah jadi kehilangan rasa percaya diri, gimana kamu bisa bangkit lagi? Aku tahu Kak Daniel mau bantu kakakku. Karena itu Kak Daniel harus cepat sembuh biar bisa menemani kakakku menjalani hidupnya. Apa Kak Daniel nggak mau menemani Kak Odelina? Dia selama ini terus menunggu kamu!”Beberapa saat setelah Olivia mengatakan itu, akhirnya Daniel pun menjawab, “Stefan, Olivia, kalian berdua nggak perlu menasihatiku. Aku tahu apa yang harus aku lakukan, aku cuma lagi merasa tertekan, makanya …. Demi diriku sendiri dan juga demi masa depan kakakmu, aku akan terus bertahan. Pasti suatu hari aku bisa bangkit lagi. Aku pernah bilang mau menjadi sandaran kakakmu dan selalu menemaninya dalam suka atau duka. Maaf, karena sudah bikin kalian berdua khawatir. Sejak kecelakaan mobil, aku ja
“Russel, kamu pergi main sama Nenek dulu, ya? Ada yang mau Om ngomongin sama Om Stefan dan Tante Olivia,” kata Daniel.Yanti mengusap air matanya yang menetes dan berbicara kepada Stefan dan Olivia, “Stefan, Olivia, maaf ya kamu jadi lihat Tante nangis begini.”“Tante nggak perlu cemas. Biar aku yang ngomong sama Daniel. Aku jamin lusa dia pasti sudah balik kerja lagi kayak biasa,” kata Stefan.Besok hari Minggu, jadi kantor masih libur.“Stefan, maaf ya jadi merepotkan.”“Nggak kok, Tante. Aku sama Daniel kan teman baik. Masalah dia masalahku juga.”Yanti sekali lagi berterima kasih kepada Stefan. Betapa beruntungnya Daniel memiliki teman seperti Stefan dan Reiki. Begitu ada masalah, mereka dengan sigap membantu hingga Daniel akhirnya mendapatkan kembali kepercayaan dirinya.“Russel, yuk. Nenek ajak kamu pergi jalan-jalan. Kamu mau main apa Nenek temani.”“Nek, di rumah ada layangan, nggak? Aku mau main layangan mumpung hari ini anginnya lagi kencang.”“Coba Nenek cari, ya. Seharusnya
Setelah Yanti membawa Russel pergi, Daniel langsung bertanya kepada Olivia “Waktu kakakmu pergi, dia beneran minta kalian datang ke sini? Dia … apa kelihatan lagi bete? Apa aku yang terlalu emosional sampai berpengaruh ke dia? Olivia, kamu merasa aku sudah umur segini masih kayak anak kecil?”Daniel merasa amat bersalah dan merasa dirinya hanya membuat keributan yang tidak penting.“Kak Daniel, kakakku benar-benar khawatir sama kamu, tapi karena waktunya juga mepet, dia nggak sempat datang. Dia cuma berpesan ke aku dan Stefan untuk bantu kamu sadar. Russel di sini yang paling tulus, kamu nggak percaya apa kata dia tadi? Aku nggak takut kamu bakal marah atau tersinggung, tapi aku rasa kali ini kamu sudah benar-benar keterlaluan. Sampai mengurung diri nggak makan nggak minum seharian. Nggak cuma kakakku saja yang khawatir, tapi Tante juga. Ini nggak bagus buat untuk kamu saja, tapi juga orang-orang yang ada di sekitar kamu.”Stefan ikut berpendapat, “Daniel, kami sudah berulang kali bila
“Oke. Aku bisa turun sendiri, nggak perlu dibantu.”Perubahan suasana hati Daniel cukup besar, bagaikan cuaca yang awalnya badai salju kini menjadi hari yang cerah. Dia berdiri dengan bertumpu pada sofa dan memindahkan tubuhnya ke atas kursi roda.“Aku memang nggak mau bantu kamu. Biar kamu sendiri yang jalan,” kata Stefan. Namun walau berkata demikian, dia tetap mendorong kursi rodanya ke dekat Daniel agar dia lebih mudah untuk berpindah. lantas mereka bertiga pun keluar dari kamar dan berjalan menuju ke depan lift.“Kamu turun pakai lift, aku sama Olivia lewat tangga.”“Oke, terserah kalian saja. Sekarang aku masih harus naik turun pakai lift.”Begitu Daniel sudah bisa berjalan selayaknya orang normal, lift di rumah sudah bisa istirahat. Setelah Daniel masuk ke dalam lift, Stefan menarik Olivia menuju tangga dan berkata padanya, “Daniel juga terlalu memikirkan kakakmu, makanya dia jadi mikir yang nggak-nggak.”“Semoga saja dia cepat sembuh. Sebenarnya kakakku dalam hati sudah menerim
Bandara Cianter.Ricky tiba di bandara lebih awal untuk menyambut kedatangan Odelina. Dia tidak berani untuk tidak datang secara langsung ke bandara untuk menjemput Odelina yang merupakan kakak dari kakak iparnya sekaligus ibu kandung dari Russel setelah Stefan memberikannya tugas ini. Bagaimanapun juga, Odelina sekarang adalah kerabat dari keluarga Adhitama, jadi Ricky harus menyambutnya dengan baik. Ricky terus memeriksa jam sambil menunggu kedatangan Odelina. Langit sudah berubah gelap ketika pesawat Odelina mendarat di bandara Cianter. Odelina segera mematikan mode pesawat ponselnya setelah pesawat mendarat dengan selamat. Kemudian dia mengirimkan pesan suara kepada Olivia yang berbunyi, “Olivia, aku sudah sampai di Cianter. Pesawatku baru mendarat dan aku baru akan turun dari pesawat. Aku akan meneleponmu setelah aku sampai di Blanche Hotel.”Odelina memutuskan untuk menginap di Blanche Hotel. Dia juga pernah menginap di hotel ini sebelumnya ketika dia datang bersama Tante Yuna
Ricky menarik koper Odelina lalu berkata sambil berjalan, “Kak Odelina, aku sudah memesankan ruangan pribadi beserta menunya. Jadi, kita bisa langsung makan sesampainya kita di hotel.”Rumah yang dibeli Ricky di Cianter masih belum selesai direnovasi, jadi dia tidak bisa mengajak Odelina untuk tinggal di sana. Lagi pula, Odelina pastinya juga tidak akan bersedia untuk tinggal di rumah pribadi milik saudara dari adik iparnya. Akhirnya, Ricky berinisiatif untuk memesankan kamar untuk Odelina dan rombongannya di Blanche Hotel. “Ricky, maaf merepotkanmu,” ujar Odelina.“Aku nggak merasa direpotkan sama sekali, kok. Lagi pula, kita ini kan keluarga, jadi mana mungkin aku merasa direpotkan dengan urusan kecil ini? Kak Odelina bisa mengatakan kesulitan apa pun yang Kakak temui saat di Cianter ini. Aku pasti akan membantu Kakak menyelesaikannya. Aku juga bisa meminta tolong orang lain untuk menyelesaikannya kalau saja aku nggak bisa membantumu,” balas Ricky. Odelina langsung tersenyum lalu b
Rika memutuskan untuk tidak langsung memberitahu Ricky tentang berita ini. Dia akan memberitahu Ricky setelah mereka bertemu nanti. Lagi pula, Rika juga sudah meminta sekretarisnya untuk menangani masalah ini. Selain itu, ternyata sekretaris Ricky juga sudah mengurus masalah ini setelah mengetahui tentang berita tersebut. Berita itu tidak bertahan lama di daftar popular setelah kedua sekretaris itu menanganinya dengan cepat. Di sisi lain, Olivia, Stefan dan Russel tetap berada di rumah Daniel setelah mereka semua selesai makan. Olivia juga langsung memberitahukan Daniel perihal kakaknya yang sudah tiba di Cianter dengan selamat. “Mungkin Kak Odelina akan menghubungimu setelah dia sampai di hotel,” ujar Olivia. Daniel yang sedang duduk di atas kursi roda sambil didorong oleh Stefan langsung tersenyum bahagia seraya berkata, “Aku sudah tahu, kok. Odelina sudah mengirim pesan padaku.”“Oke, kalian pasti bisa menyelesaikan masalah kalian sendiri. Russel, turun dari pangkuan Om Daniel. K
Yuna menangis sejadi-jadinya di depan nisan adiknya. Namun, tidak peduli seberapa keras tangisnya, dia tidak dapat menghidupkan kembali adiknya. Satu hal yang bisa dia lakukan hanyalah menjadi sosok ibu bagi kedua keponakannya dan memberikan mereka lebih banyak kasih sayang.Yuna dan adiknya mengalami masa kecil yang tragis. Kemudian, keduanya dipisahkan oleh dua alam yang berbeda. Setelah mengetahui penyebab kematian orang tuanya, Yuna sangat membenci Patricia.“Kalau nggak ingin orang tahu apa yang kamu lakukan, lebih baik nggak usah lakukan. Dia akan membayar harga atas semua perbuatannya,” ujar Setya dengan penuh kebencian.“Benar, Om. Dia akan bayar harga atas semua yang telah dia lakukan.”“Aku yang nggak berguna. Aku nggak punya banyak bukti. Hanya ada sedikit. Karena orang-orang yang tahu masalah ini sudah mati semua, jadi sulit untuk memberatkannya dengan bukti yang sedikit ini.” Usai berkata, Setya kembali menyalahkan dirinya sendiri dan menangis.“Aku nggak peduli ada bukti
Tahun lalu, Setya baru saja kembali dari gerbang kematian. Setelah mendengar perkataan Panca, Setya pun berusaha menenangkan dirinya. Dia menganggukkan kepala kepada teman-temannya, lalu berkata kepada yuna, “Non Yuna, aku akan berusaha tetap hidup. Sampai kalian membalaskan dendam orang tuamu, agar Bu Patricia terima hukuman atas perbuatannya. Kalau nggak, aku nggak bisa mati dengan tenang.”“Ini juga salahku. Selama bertahun-tahun, aku nggak bisa membalaskan dendam orang tuamu. Aku juga nggak bisa temukan keberadaan kamu dan adikmu.”Kalau saja Setya menemukan Yuna dan Reni lebih awal, Reni tidak akan meninggal secepat ini. Setya gagal melindungi kepala keluarga Gatara sebelumnya, juga gagal melindungi kedua putri kepala keluarga Gatara sebelumnya. Setya merasa sangat bersalah.Setya yang telah menjalani pelatihan khusus menjadi asisten terpercaya kepala keluarga Gatara. Dia telah melakukan banyak hal untuk kepala keluarga Gatara. Namun pada akhirnya, dia gagal melaksanakan dua hal t
Yuna memanggil pria itu Setya, adik Yuna juga ikut memanggilnya dengan nama itu. Setiap kali Yuna dan adiknya memanggil Setya, pria itu selalu menjawab sambil tersenyum.Dalam ingatan Yuna yang samar-samar, orang tuanya dan Setya sangat sibuk. Namun, kesehatan ibunya kurang baik, jadi ibunya sering meminta bibinya yang tidak lain adalah Patricia untuk melakukan sesuatu.Sekarang kalau dipikir-pikir, justru karena ibunya Yuna sakit. Jadi ibunya Yuna mau tidak mau sering minta Patricia mengurus perusahaan dan urusan keluarga, sehingga timbul keinginan di dalam hati Patricia untuk merebut kekuasaan.Patricia pasti merasa dia telah berbuat banyak, tapi semua orang tetap berpihak pada ibu Yuna. Oleh karena itu, Patricia ingin mengambil alih. Karena dia mengira hanya dengan menjadi kepala keluarga, semua orang akan sepenuhnya berpihak padanya.“Huh ....”Syuna memanggil Sety, Setya menghela napas sambil menahan air matanya. Keduanya sama-sama tidak memiliki kesan mendalam terhadap satu sama
Stefan tertawa pelan. “Oke, asal kamu nggak berebut dengan tantemu untuk dapat perhatian, sebenarnya kamu akan merasa sangat bahagia. Ada begitu banyak orang yang sayang sama kamu. Cepat gosok gigi dan cuci muka. Habis itu ambil tasmu dan turun untuk sarapan dulu. Nanti om sopir yang antar kamu ke sekolah. Om dan tantemu ada urusan, nggak bisa antar kamu.”Russel memanyunkan bibir lagi. Namun pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia pun pergi mencuci muka dan menggosok gigi dengan tenang. Sedangkan Stefan kembali ke kamarnya untuk membangunkan Olivia. Dia memberitahu Olivia kalau Dokter Panca membawa asisten nenek Olivia ke rumah keluarga Sanjaya.Olivia langsung bangun dan mandi secepatnya. Selesai ganti baju, dia bergegas turun bersama suaminya. Di sisi lain, Aksa juga telah membangunkan orang tuanya. Begitu mengetahui kedatangan para pria tua dan salah satu di antaranya adalah guru Kellin, Yuna langsung keluar dari kamar. Namun, suaminya segera menghentikannya.“Yuna, k
Mereka berdua sedang bertelepon, tapi Stefan malah bilang kalau dia tidak bicara dengan Aksa. Karena Aksa tahu Stefan pasti sedang mengurus Russel, Aksa pun tidak marah.“Oke, kamu bisa bicara sekarang.” Stefan akhirnya bicara dengan Aksa.Kalau bukan karena tahu Olivia masih tidur saat ini, Aksa sungguh tidak ingin menelepon Stefan. Dengar saja nada bicara Stefan, sangat menjengkelkan, bukan? Seolah-olah Aksa akan melapor ke Stefan saja.Aksa pun berkata sambil menahan amarahnya, “Dokter Panca bawa asisten nenekku datang ke sini. Selain mereka berdua, ada beberapa pak tua lainnya. Mereka mungkin para master yang menguasai dunia beberapa puluh tahun yang lalu. Kamu bilang sama Olivia. Kalau kamu bisa datang, kamu temani Olivia datang ke sini sebentar.”“Dokter Panca?” Stefan spontan mengerutkan kening. “Kamu yakin orang itu Dokter Panca?”“Aku nggak yakin. Makanya aku suruh Jonas datang. Jonas pernah bertemu dengannya. Tapi aku rasa mereka nggak akan berbohong. Nggak akan ada yang bera
Panca mewakili Setya menjelaskan alasan sebenarnya mengapa Setya tidak mampu membalaskan dendam kepala keluarga Gatara sebelumnya selama puluhan tahun. Setya terbawa emosi. Air mata mengalir di wajahnya yang penuh kerutan. Dia merasa sangat bersalah kepada kepala keluarga Gatara.Begitu mengalami pergolakan emosi, Setya terbatuk-batuk lagi. Panca bergegas mengeluarkan obat yang selalu dibawanya. Dia mengeluarkan dua butir pil dan menyuruh Setya menelan pil itu.“Kamu yang tenang. Kamu masih belum bertemu dengan Yuna,” kata Panca.Yang lain juga terus menenangkan Setya, memintanya untuk tetap tenang. Setelah minum obat dan air, Setya terlihat sedikit lebih tenang.Aksa juga terlihat sangat tegang, khawatir dengan kondisi pria tua itu. Aksa tidak pernah bertemu Panca, tapi dia tahu kemampuan dokter tua itu. Kellin adalah murid terbaik Panca. Kellin menyembuhkan mata Rosalina. Panca sendiri sudah seperti besan dengan keluarga Junaidi.Sedangkan keluarga Sanjaya juga menjadi besan keluarga
Wajah pria tua itu penuh kerutan. Berdasarkan gambaran berdasarkan ingatan Yuna, hanya mirip sekitar 30 persen. Tidak heran Bram tidak bisa menemukannya.Yuna tidak mengingat orang itu dengan jelas. Meskipun orang yang di gambar tampak nyata, jika sejak awal gambarnya sudah salah, tetap saja tidak ada gunanya. Tidak peduli seberapa bagus keterampilan orang yang menggambarnya. Lantas, apakah pria itu adalah asisten serba bisa neneknya Aksa?“Maaf, Bapak-Bapak sekalian namanya siapa, ya?” tanya Aksa.“Siapa nama kami nggak penting. Sudah puluhan tahun nggak ada yang tanya nama kami. Kami juga hampir nggak ingat lagi nama lengkap kami sendiri.” Orang yang berbicara adalah Dokter Panca.“Pak Aksa, aku adalah seorang dokter tua, sudah praktik sebagai dokter selama puluhan tahun. Orang-orang panggil aku Dokter Panca. Kellin adalah muridku. Pak Aksa mungkin pernah dengar nama muridku.”Dokter Panca yang pertama memperkenalkan diri. Di usia Aksa, dia pasti tidak mengenal Dokter Panca. Dia mung
“Tentu saja,” kata Tiara sambil tersenyum. “Kalau bisa jadi teman dekat istri Bram, itu sama saja dengan jadi teman dekat Bram.”Sebagai menantu keluarga Sanjaya, Tiara tidak perlu mencari muka di depan orang lain, apalagi menjilat. Akan tetapi, dia harus berteman dengan istri Bram. Karena akan ada saatnya mereka membutuhkan keluarga Ardaba.Misalnya sekarang, jika mereka membutuhkan keluarga Ardaba, mereka harus melalui Stefan baru bisa mendapatkan bantuan keluarga Ardaba. Dalam lingkaran pertemanan nyonya-nyonya keluarga kaya, paling hanya satu dua yang benar-benar jadi teman sejati. Kebanyakan dari mereka berteman karena ada tujuan lain. Saling memanfaatkan satu sama lain.“Kamu cepat turun dan lihat mereka penipu atau bukan,” kata Tiara sambil menidurkan anaknya. “Ini anak sebentar lagi juga tidur. Aku juga tidur sebentar lagi. Nggak usah bangunkan aku untuk sarapan. Kamu sarapan dulu baru pergi kerja.”“Oke.”Aksa mendekat, lalu mencium wajah istrinya. Kemudian, dia menyentuh waj
Bayi cepat lapar tapi juga cepat kenyang. Setelah perut kenyang, dia pun berhenti menangis. Aksa menyerahkan si bayi kepada Tiara dengan hati-hati. Kemudian, dia menelepon Bram dan menanyakan apakah Bram mendapat informasi tentang asisten itu.“Kami sudah cari sekian lama, tapi masih belum dapat informasi apa pun. Pak Aksa, aku rasa orang yang kalian cari sudah meninggal,” kata Bram dengan tidak enak hati.Banyak orang tua yang berusia 70 atau 80 tahun. Namun, jarang orang yang bisa hidup sampai usia 90 tahun. Orang tua yang dicari Yuna usianya hampir seratus tahun. Bram menduga orang itu sudah tidak hidup lagi. Selain itu, kejadian itu terjadi puluhan tahun yang lalu. Bram hanya mendapat sedikit informasi.Itu juga menjadi masalah besar bagi mereka untuk mencari orang. Yuna bahkan sudah tidak mengingat siapa nama orang itu. Dia hanya ingat saat dia masih kecil, dia selalu memanggil orang itu paman. Namun, Yuna tidak tahu namanya. Bagaimana Bram bisa mencari orang itu?Keluarga Ardaba