“Kak Daniel, kakakku khawatir banget sama kamu. Sebelum berangkat, Kak Odelina berulang kali berpesan ke aku dan Stefan untuk menjenguk kamu. Aku tahu apa yang kamu pikirkan, tapi kalau kamu terus mengurung diri dan malah jadi kehilangan rasa percaya diri, gimana kamu bisa bangkit lagi? Aku tahu Kak Daniel mau bantu kakakku. Karena itu Kak Daniel harus cepat sembuh biar bisa menemani kakakku menjalani hidupnya. Apa Kak Daniel nggak mau menemani Kak Odelina? Dia selama ini terus menunggu kamu!”Beberapa saat setelah Olivia mengatakan itu, akhirnya Daniel pun menjawab, “Stefan, Olivia, kalian berdua nggak perlu menasihatiku. Aku tahu apa yang harus aku lakukan, aku cuma lagi merasa tertekan, makanya …. Demi diriku sendiri dan juga demi masa depan kakakmu, aku akan terus bertahan. Pasti suatu hari aku bisa bangkit lagi. Aku pernah bilang mau menjadi sandaran kakakmu dan selalu menemaninya dalam suka atau duka. Maaf, karena sudah bikin kalian berdua khawatir. Sejak kecelakaan mobil, aku ja
“Russel, kamu pergi main sama Nenek dulu, ya? Ada yang mau Om ngomongin sama Om Stefan dan Tante Olivia,” kata Daniel.Yanti mengusap air matanya yang menetes dan berbicara kepada Stefan dan Olivia, “Stefan, Olivia, maaf ya kamu jadi lihat Tante nangis begini.”“Tante nggak perlu cemas. Biar aku yang ngomong sama Daniel. Aku jamin lusa dia pasti sudah balik kerja lagi kayak biasa,” kata Stefan.Besok hari Minggu, jadi kantor masih libur.“Stefan, maaf ya jadi merepotkan.”“Nggak kok, Tante. Aku sama Daniel kan teman baik. Masalah dia masalahku juga.”Yanti sekali lagi berterima kasih kepada Stefan. Betapa beruntungnya Daniel memiliki teman seperti Stefan dan Reiki. Begitu ada masalah, mereka dengan sigap membantu hingga Daniel akhirnya mendapatkan kembali kepercayaan dirinya.“Russel, yuk. Nenek ajak kamu pergi jalan-jalan. Kamu mau main apa Nenek temani.”“Nek, di rumah ada layangan, nggak? Aku mau main layangan mumpung hari ini anginnya lagi kencang.”“Coba Nenek cari, ya. Seharusnya
Setelah Yanti membawa Russel pergi, Daniel langsung bertanya kepada Olivia “Waktu kakakmu pergi, dia beneran minta kalian datang ke sini? Dia … apa kelihatan lagi bete? Apa aku yang terlalu emosional sampai berpengaruh ke dia? Olivia, kamu merasa aku sudah umur segini masih kayak anak kecil?”Daniel merasa amat bersalah dan merasa dirinya hanya membuat keributan yang tidak penting.“Kak Daniel, kakakku benar-benar khawatir sama kamu, tapi karena waktunya juga mepet, dia nggak sempat datang. Dia cuma berpesan ke aku dan Stefan untuk bantu kamu sadar. Russel di sini yang paling tulus, kamu nggak percaya apa kata dia tadi? Aku nggak takut kamu bakal marah atau tersinggung, tapi aku rasa kali ini kamu sudah benar-benar keterlaluan. Sampai mengurung diri nggak makan nggak minum seharian. Nggak cuma kakakku saja yang khawatir, tapi Tante juga. Ini nggak bagus buat untuk kamu saja, tapi juga orang-orang yang ada di sekitar kamu.”Stefan ikut berpendapat, “Daniel, kami sudah berulang kali bila
“Oke. Aku bisa turun sendiri, nggak perlu dibantu.”Perubahan suasana hati Daniel cukup besar, bagaikan cuaca yang awalnya badai salju kini menjadi hari yang cerah. Dia berdiri dengan bertumpu pada sofa dan memindahkan tubuhnya ke atas kursi roda.“Aku memang nggak mau bantu kamu. Biar kamu sendiri yang jalan,” kata Stefan. Namun walau berkata demikian, dia tetap mendorong kursi rodanya ke dekat Daniel agar dia lebih mudah untuk berpindah. lantas mereka bertiga pun keluar dari kamar dan berjalan menuju ke depan lift.“Kamu turun pakai lift, aku sama Olivia lewat tangga.”“Oke, terserah kalian saja. Sekarang aku masih harus naik turun pakai lift.”Begitu Daniel sudah bisa berjalan selayaknya orang normal, lift di rumah sudah bisa istirahat. Setelah Daniel masuk ke dalam lift, Stefan menarik Olivia menuju tangga dan berkata padanya, “Daniel juga terlalu memikirkan kakakmu, makanya dia jadi mikir yang nggak-nggak.”“Semoga saja dia cepat sembuh. Sebenarnya kakakku dalam hati sudah menerim
Bandara Cianter.Ricky tiba di bandara lebih awal untuk menyambut kedatangan Odelina. Dia tidak berani untuk tidak datang secara langsung ke bandara untuk menjemput Odelina yang merupakan kakak dari kakak iparnya sekaligus ibu kandung dari Russel setelah Stefan memberikannya tugas ini. Bagaimanapun juga, Odelina sekarang adalah kerabat dari keluarga Adhitama, jadi Ricky harus menyambutnya dengan baik. Ricky terus memeriksa jam sambil menunggu kedatangan Odelina. Langit sudah berubah gelap ketika pesawat Odelina mendarat di bandara Cianter. Odelina segera mematikan mode pesawat ponselnya setelah pesawat mendarat dengan selamat. Kemudian dia mengirimkan pesan suara kepada Olivia yang berbunyi, “Olivia, aku sudah sampai di Cianter. Pesawatku baru mendarat dan aku baru akan turun dari pesawat. Aku akan meneleponmu setelah aku sampai di Blanche Hotel.”Odelina memutuskan untuk menginap di Blanche Hotel. Dia juga pernah menginap di hotel ini sebelumnya ketika dia datang bersama Tante Yuna
Ricky menarik koper Odelina lalu berkata sambil berjalan, “Kak Odelina, aku sudah memesankan ruangan pribadi beserta menunya. Jadi, kita bisa langsung makan sesampainya kita di hotel.”Rumah yang dibeli Ricky di Cianter masih belum selesai direnovasi, jadi dia tidak bisa mengajak Odelina untuk tinggal di sana. Lagi pula, Odelina pastinya juga tidak akan bersedia untuk tinggal di rumah pribadi milik saudara dari adik iparnya. Akhirnya, Ricky berinisiatif untuk memesankan kamar untuk Odelina dan rombongannya di Blanche Hotel. “Ricky, maaf merepotkanmu,” ujar Odelina.“Aku nggak merasa direpotkan sama sekali, kok. Lagi pula, kita ini kan keluarga, jadi mana mungkin aku merasa direpotkan dengan urusan kecil ini? Kak Odelina bisa mengatakan kesulitan apa pun yang Kakak temui saat di Cianter ini. Aku pasti akan membantu Kakak menyelesaikannya. Aku juga bisa meminta tolong orang lain untuk menyelesaikannya kalau saja aku nggak bisa membantumu,” balas Ricky. Odelina langsung tersenyum lalu b
Rika memutuskan untuk tidak langsung memberitahu Ricky tentang berita ini. Dia akan memberitahu Ricky setelah mereka bertemu nanti. Lagi pula, Rika juga sudah meminta sekretarisnya untuk menangani masalah ini. Selain itu, ternyata sekretaris Ricky juga sudah mengurus masalah ini setelah mengetahui tentang berita tersebut. Berita itu tidak bertahan lama di daftar popular setelah kedua sekretaris itu menanganinya dengan cepat. Di sisi lain, Olivia, Stefan dan Russel tetap berada di rumah Daniel setelah mereka semua selesai makan. Olivia juga langsung memberitahukan Daniel perihal kakaknya yang sudah tiba di Cianter dengan selamat. “Mungkin Kak Odelina akan menghubungimu setelah dia sampai di hotel,” ujar Olivia. Daniel yang sedang duduk di atas kursi roda sambil didorong oleh Stefan langsung tersenyum bahagia seraya berkata, “Aku sudah tahu, kok. Odelina sudah mengirim pesan padaku.”“Oke, kalian pasti bisa menyelesaikan masalah kalian sendiri. Russel, turun dari pangkuan Om Daniel. K
Olivia merasa lelah setelah berkeliling sebentar. Kemudian Stefan membawa Olivia dan Russel meninggalkan kediaman keluarga Lumanto untuk kembali ke rumah Stefan ketika dia masih melajang. Pasangan itu harus segera kembali ke kehidupan normal mereka setelah cuti pernikahan mereka selesai. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk tidak tinggal di Vila Permai agar perjalanan mereka ke tempat kerja jadi lebih singkat dan cepat. Mereka langsung mendengar suara nenek yang marah-marah ketika mereka masuk ke dalam rumah. Pasangan itu saling bertatapan satu sama lain. Mereka tidak menyangka kalau nenek akan berada di rumah mereka ketika mereka baru saja tiba. “Nenek!” seru Russel yang tampak sangat bahagia ketika melihat sosok nenek. Dia langsung meninggalkan Olivia dan Stefan lalu berlari menuju nenek. Nenek juga terus tersenyum sambil membuka tangannya untuk menyambut Russel ke dalam pelukannya. “Kak Stefan, Kak Olivia,” sapa Samuel yang ternyata juga berada di rumah Stefan bersama Nenek
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk