Dania sempat berpikir sejenak lalu berkata, “Kita bicara di kamar saja.”Kemudian Dania masuk ke dalam kamarnya dengan diikuti oleh Raina di belakangnya. Raina menutup pintu kamar Dania perlahan setelah berada di dalam kamar Dania. Dania dengan cepat berbisik kepada Raina, “Kita bisa bekerja sama untuk mengusir Fani dari rumah ini. Rasanya, aku ingin sekali mencabik-cabik wajahnya ketika melihat gadis itu. Sayang sekali, Mama tetap menyayanginya, sekalipun dia memberikan hukuman pada Fani.”“Papa dan Mama sudah membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Pada saat itu, mereka juga nggak tahu kalau ternyata Fani bukanlah anak kandung mereka.”“Kak, apa rencanamu untuk mengusir Fani dari keluarga ini? Mama pasti akan mengusirnya dari keluarga ini selama kita bisa membuat Mama kecewa berat pada Fani dan sangat membencinya. Dengan begitu, dia akan keluar dari rumah ini, bahkan dia juga nggak akan bisa lagi tinggal di Cianter. Dia akan keluar dari rumah ini dan kehilangan semua yang dimiliki
Orang-orang itu juga adalah orang-orang yang rakus, bahkan untuk keuntungan yang sangar kecil sekalipun. Setiap kali keluarga Vikar datang ke rumah keluarga Gatara, mereka akan langsung menyerbu seakan ingin menguasai semua hal yang ada di dalam rumah. Untung saja, Patricia tidak terlalu menyukai keluarga Vikar, jadi mereka juga tidak akan berani datang tanpa seizin Patricia. Kalau saja Patricia menyukai mereka dan mereka datang sesuka hati mereka ke rumah ini, maka Dania pastinya akan menjadi gila karena mereka. “Raina, apa kamu tahu, bagaimana kita bisa mendapatkan obat “itu”?” tanya Dania kepada Raina. Raina langsung sepakat untuk berkomplot dengan Dania ketika dia teringat bagaimana sikap ayah mertua dan Fani ketika suami mereka ketahuan berselingkuh. Raina benar-benar membenci kedua orang itu. Dia berharap rencana Dania akan berhasil dan mereka bisa mengusir Fani dari rumah ini. Lagi pula, mereka juga tidak bisa berharap suami mereka bisa mengambil alih kedudukan sebagai kepal
Kemudian Patricia berkata, “Mama nggak lapar dan nggak mau makan. Kamu makanlah dulu dan nggak usah pedulikan Mama. Mama akan berada di sini dulu lalu akan langsung pulang setelahnya. Lagi pula, kamu kan harus masih harus bersosialisasi dengan perusahaan lain malam ini, jadi kamu jangan sampai kelaparan. Kamu juga nggak bisa minum di kala perut kosong.”Patricia mulai mengurangi aktivitas sosialnya setelah putri kandungnya mulai akrab dengan urusan perusahaan. Dia menyerahkan semua urusan perusahaan kepada Felicia, kecuali jika ada urusan yang sangat penting dan membutuhkan dirinya. “Mama masih marah ya sama Papa?” tanya Felicia sambil menuangkan segelas air hangat untuk ibunya lalu meletakkannya di depan ibunya dengan nada suara prihatin. “Aku dengar dari Kak Dania kalau Papa nggak mau makan. Tapi, kurasa Papa nggak mau makan karena luka-luka yang dideritanya. Dia pasti sulit untuk makan karena rasa sakit hebat yang dirasakannya. Fani juga sangat perhatian sama Papa dengan membawaka
Baik ibu maupun anak perempuannya memiliki sifat keras yang sama. Hal ini menunjukkan kalau Felicia adalah benar-benar putri dari Patricia. Tidak lama kemudian, Patricia mengganti topik pembicaraan mereka dengan berkata, “Odelina datang ke Cianter.”“Ya, aku sudah tahu,” balas Felicia dengan wajah yang sama sekali tidak terkejut. Patricia sempat tertegun sejenak lalu dia tersenyum seraya berkata, “Ya, kamu punya asisten yang mumpuni di sisimu. Mereka bisa mengurus banyak hal dengan sangat baik. Entah leluhur kita yang mana yang mengembangkan sistem pelatihan yang luar biasa guna membentuk tangan kanan untuk setiap penerus keluarga.”“Aku sempat berpikir kalau kamu tidak tahu tentang banyak hal, tapi nyatanya kamu tahu tentang semua itu. Lumayan juga, ya.”Patricia mengambil secangkir air hangat yang dituangkan oleh Felicia sebelumnya lalu meminumnya sebanyak dua tegukan. Kemudian dia kembali meletakkan cangkir itu di atas meja lalu duduk bersandar dan membalikkan kursinya ke arah Fel
“Ma, apa asisten Tante masih hidup?” tanya Felicia berusaha mengubah topik pembicaraan mereka karena dia tahu kalau ibunya tidak akan mungkin bersedia untuk mengganti peraturan keluarga. “Dia menghilang tanpa jejak setelah tantemu meninggal. Entah ke mana dia pergi dan entah dia masih hidup atau tidak,” jawab Patricia. Dia sempat mengutus banyak orang untuk mencari asisten kakaknya setelah Patricia menjabat sebagai kepala keluarga Gatara. Namun sayangnya, dia sama sekali tidak mendapat informasi apa pun tentang orang itu. Bahkan Patricia masih memerintahkan orang untuk mencari laki-laki itu sampai sekarang.Kemungkinan besar, laki-laki itu tahu apa yang terjadi saat itu. Bahkan laki-laki itu juga memiliki bukti yang cukup kuat. Oleh karena itu, Patricia masih terus mencari laki-laki itu. Karena dia tidak mau meninggalkan bom yang bisa meledak kapan pun tanpa bisa dia duga. Mungkin saja laki-laki itu tiba-tiba saja akan muncul lalu menuduhnya sudah membunuh kedua saudaranya.Walaupun
Kemudian Patricia berkata, “Mama benar-benar nggak mau makan. Kamu makan saja sana. Mama ingin bersantai dulu sebentar setelah itu baru Mama akan pulang. Mama janji kalau Mama nggak akan terus bersedih. Masalah kecil seperti ini hanya akan membuat Mama sedih paling lama selama dua hari. Setelah itu, Mama akan baik-baik saja. Besok, Mama janji akan kembali menjadi Mama yang kamu kenal.”“Mama nggak akan rela untuk mati hanya karena laki-laki tua itu. Oh iya, kita sudah banyak mengobrol sejak tadi, jadi Mama mau dengar apa yang akan kamu lakukan untuk menghadapi Odelina yang sudah datang ke Cianter sekarang?”“Mempertahankan apa yang kupunya,” jawab Felicia singkat. Patricia sempat tertegun sejenak setelah mendengar perkataan putrinya lalu dia tersenyum seraya berkata, “Oke, kamu memang putri kandungku.”“Mama sempat menemui keponakan tertua Mama ketika Mama di Mambera. Pertemuan kami terasa sangat emosional. Karena dia terus menganggap kalau Mama yang sudah membunuh kedua orang tuanya
Presidensial Suit Blanche Hotel.Odelina dan Rika sedang duduk sambil mengobrol di ruang tamu kamar hotel, sedangkan Ricky sedang menuangkan air serta memotong buah untuk kedua perempuan itu. mereka semua tampak sangat akrab satu sama lain. “Kak Odelina, kenapa Kakak nggak menginap di rumahku saja? Rumahku cukup besar dan aku juga tinggal sendirian di sana. Aku tidak akan kesepian lagi kalau Kakak menginap di sana,” ujar Rika ramah. Odelina langsung menoleh lalu berkata sambil tersenyum, “Pak Riko, reporter akan mengabarkan kalau hubunganmu dan Pak Ricky sudah berakhir jika aku tinggal di rumahmu. Mereka pasti juga akan mengatakan kalau Pak Ricky terlalu percaya diri. Padahal Pak Riko menyukai perempuan, bukan laki-laki.”Rika langsung tersentak. Dia ingat kalau dirinya masih berpenampilan seperti laki-laki. Kalau sampai Odelina pindah ke rumahnya, pasti hal itu akan menimbulkan kesalahpahaman serta masalah baru bagi mereka semua. Lagi pula, Odelina baru saja datang ke Cianter dan b
Rika menatap tajam ke arah Ricky. Tatapan Rika langsung membuat Ricky salah tingkah. Dia sepertinya sadar kalau yang dikatakannya tentang masakan Rika salah. Ricky langsung menyentuh hidungnya canggung lalu berkata, “Masakanmu enak juga, kok.”Kemudian Odelina memberikan ruang untuk pasangan itu agar bisa saling mengobrol dengan lebih leluasa. Dia pun kembali ke dalam kamarnya lalu duduk di atas sofa. Namun, pintu kamarnya tiba-tiba saja ada yang mengetuk ketika dia belum sempat membalas pesan dari Daniel. “Siapa, ya?” tanya Odelina dari dalam kamar lalu berdiri dan berjalan untuk membuka pintu. Ternyata orang yang mengetuk pintu adalah pelayan hotel. Pelayan itu tampak tersenyum ketika Odelina membuka pintu kamarnya. “Apa benar Ibu adalah Bu Odelina? Seseorang memintaku untuk membawakan surat ini kepada Ibu,” ujar si pelayan itu sopan lalu menyerahkan selembar amplop kepada Odelina. Odelina dengan cepat mengambil amplop itu lalu berterima kasih kepada si pelayan dan menutup pintu