Tidak lama kemudian, Odelina sudah keluar dari parkiran bawah tanah sambil mengendarai mobil yang disiapkan untuk pengawalnya. Dia mengatur navigasi menuju tempat tujuannya ketika Daniel menelepon ponselnya. “Daniel, aku sedang keluar untuk membeli sesuatu. Aku juga sedang menyetir, jadi aku akan meneleponmu lagi nanti, ya,”Daniel mengangguk lalu berkata dari balik telepon, “Oke, hati-hati di jalan.”“Oke,” pungkas Odelina lalu menutup telepon dari Daniel. Odelina bukanlah seorang pengemudi yang suka mengebut seperti adiknya. Untung saja, mereka tinggal di daerah perkotaan dengan lalu lintas yang padat, jadi Olivia tidak bisa mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Karena Olivia pastinya akan sering mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi kalau saja mereka tinggal di daerah pinggiran kota yang lalu lintasnya cenderung sepi. Stefan pastinya tidak pernah melihat bagaimana Olivia ketika menyetir. Jika tidak, dia pasti tidak akan mengizinkan Olivia untuk mengendarai mobil a
“Bu Felicia, tolong hati-hati dan perhatikan keselamatanmu. Ibu harus menghubungi saya secepat mungkin kalau terjadi masalah,” ujar Vandi cemas. Felicia langsung tersenyum lalu berkata, “Aku juga tidak bisa mengandalkanmu dalam segala hal. Tenang saja, semuanya pasti akan baik-baik saja.”Felicia bisa melindungi dirinya sendiri, sekalipun dia menghadapi ancaman pembunuhan di depan matanya. Dia pastinya tidak akan bisa tumbuh seperti sekarang ini jika dia tidak memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Bagaimanapun juga, dia sudah dianiaya sampai hampir mati oleh keluarga angkatnya. Jadi, ilmu melindungi diri adalah hal yang wajib dimilikinya. Felicia bergegas berangkat menuju tempat pertemuannya dengan Odelina setelah menutup panggilan teleponnya dengan Vandi. Odelina sudah menunggunya ketika Felicia tiba di tempat yang Felicia sudah tentukan sebelumnya. Namun, Odelina juga tidak turun dari dalam mobilnya. Dia menunggu kedatangan Felicia di dalam mobil dan langsung membuk
“Jadi, apa rencanamu sekarang? Mamaku tahu tentang kedatanganmu ke Cianter. Tapi, tenang saja, dia tidak akan melakukan apa pun padamu. Kira-kira adakah hal yang ingin kamu ketahui? Aku akan memberitahunya jika aku tahu. Tapi, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa kalau aku nggak tahu tentang hal yang kamu tanyakan padaku,” ujar Felicia. Odelina menahan senyuman di wajahnya dan tampak serius selama beberapa saat lalu berkata, “Felicia, kita sudah beberapa kali bertemu dan aku merasa kalau kamu adalah orang yang sangat jujur dan lurus. Kamu juga teguh dengan prinsip yang kamu miliki. Tapi, bagaimanapun juga, kamu adalah anak ibumu. Kalian memiliki hubungan ibu dan anak, jadi kalian tidak bisa berdiri di kubu yang berbeda.”Senyuman di wajah Felicia perlahan menghilang lalu dia berkata, “Ya, aku adalah anak kandung ibuku. Aku memang mendapatkan banyak tekanan dengan berdiri di kubu yang berlawanan dengan ibuku. Aku harus memiliki keberanian yang sangat besar untuk melakukannya. Jadi, waja
Beberapa puluh tahun berlalu sudah, hukum mungkin tidak bisa membuat ibunya mendapatkan hukuman mati, tetapi setidaknya Felicia bisa mewariskan posisi kepala keluarga kepada keturunan tantenya.Setelah mendengar apa yang ibunya katakan tentang beberapa hal yang terjadi pada saat itu, Felicia menganggap ibunya sudah melakukan sesuatu yang sangat membahayakan. Tidak hanya haus akan kekuasaan, tetapi juga karena kebencian pribadi. Sekarang ibunya Felicia sudah berusia 70 tahun, sempat menikah dengan ayahnya selama puluhan tahun dan memiliki empat orang anak.“Ngomong panjang lebar juga nggak ada gunanya. Aku baal membuktikan dengan fakta kalau aku dan mamaku berbeda,” kata Felicia.“Kamu pas serius begitu keren banget, tapi tetap cantik. Kalau mama kamu lihat, dia pati bakal terintimidasi,” kata Odelina. “Sekarang keadaan di keluarga kamu gimana? Dengar-dengar papa kamu ketahuan selingkuh. Dua hari ini aku belum lihat muka papamu.”Odelina baru saja datang, tetapi dia juga sudah tahu apa
“Hubungan rumah tangga kalau sudah ada salah satu pihak yang selingkuh, pasti akan retak. Kalaupun nggak sampai bercerai, hidupnya bakal penuh dengan keributan. Jadi lebih baik cerai saja sekalian,” kata Odelina. “Waktu itu suamiku juga selingkuh dan melakukan KDRT. Sekarang dia sudah jadi mantan suamiku. Jangan berharap mereka bakal berubah. Bisa selingkuh sekali berarti pasti ada kedua kalinya. Toh cerai bukan berarti hidup kamu berakhir.”“Papaku nggak bakal cerai, aku yakin itu. Kalau cerai, dia nggak dapat apa-apa. Saudara-saudaranya juga nggak akan dapat apa-apa dari keluargaku lagi. Bisa saja semua yang mereka dapatkan dulu akan terbuang sia-sia.”Dengan kekejaman yang ibunya Felicia miliki, dia bisa saja melakukan itu.“Yang jelas dalam waktu dekat ini jangan harap keluargaku bisa hidup tenang. Aku merasa sebentar lagi bakal ada masalah besar yang datang.”Odelina tidak melanjutkan percakapan mereka lagi. Tantenya meminta dia untuk segera pergi ke Cianter untuk ekspansi bisnis.
“Cuma pakai masker, kacamata hitam, sama ganti gaya rambut doang. Suruh yang lain buntuti Odelina. Bukan untuk memantau, tapi supaya mereka familier dengan sosoknya dia. Lain kali kalau dia pakai make-up pun, mereka bisa dengan segera mengenali yang mana orangnya. Setiap kali aku ngajak dia ketemuan, aku yang bertanggung jawab atas keselamatannya. Kalau sampai terjadi sesuatu sama Odelina, Olivia nggak akan mengampuni aku. Oh ya, kalau Odelina butuh bantuan selama dia di sini, kamu bantu dia secara diam-diam. Jangna sampai mamaku dan cowok yang bareng sama dia itu tahu.”Pria yan Felicia maksud itu tentu saja bukan ayahnya, tetapi asisten pribadi ibunya.“Siap, Non. Sekarang sudah larut malam, ayo pulang.”“Aku nggak mau pulang. Di rumah aku nggak merasakan adanya kehangatan keluarga sedikit pun, yang ada cuma orang-orang jahat.”Vandi tidak tahu bagaimana dia bisa menjawab ucapan Felicia. Dia sebagai asisten tidak berhak untuk ikut campur dengan urusan rumah tangga sang majikan. Dia t
“Lain kali kamu jangan begitu lagi, ya. Aku benar-benar nggak pernah ada niat untuk membenci kamu. Sama kayak waktu aku masih gendut dan jelek, kamu nggak pernah membenci aku sedikit pun.”“Kamu nggak jelek. Sedikit pun nggak. Bahkan dulu waktu kamu masih bulat pun nggak jelek. Justru kamu kelihatannya bawa hoki.”“Jelek, ya jelek. Aku waktu melihat diri sendiri di cermin saja jadi benci sama badan sendiri.”Cukup sekali saja Odelina membodohi diri sendiri, dia tidak akan mengulanginya untuk yang kedua kali. Kelak dia akan menyayangi tubuhnya sendiri dan tidak lagi makan terlalu banyak hingga berat badan menjadi tak terkendali. Sewaktu tubuhnya masih gemuk, kesehatan Odelina sangat mengkhawatirkan, dia mengidap penyakit perlemakan hati dan asam urat tinggi. Setelah berat badannya menurun, asam uratnya normal dan livernya juga membaik.“Odelina, kamu beliin Russel mainan dan baju baru, aku ada dibeliin apa?”“Kamu sudah punya semuanya. Russel kan masih kecil, tumbuhnya cepat. Setiap tah
“Iya, aku bakal rajin pergi rehabilitasi. Waktu kamu pulang nanti, mungkin aku sudah bisa jalan 2-3 meter. Oh ya, kamu berapa lama di sana?”Odelina terdiam sejenak, sebelum dia menjawab, “Ada kemungkinan sampai tahun baru.”“Lama banget. Russel gimana?”“Ada Olivia yang jagain dia. Kalau dia kangen, mungkin akhir pekan aku bakal pulang sebentar untuk menemani dia. Tapi kalau nggak ada waktu, mungkin aku minta tolong Stefan untuk ajak dia datang ke sini.”Ke depannya Odelina akan makin sibuk. Untuk sementara waktu mungkin dia tidak punya banyak waktu untuk menemani Russel.“Sejak Russel lahir, dia sudah sering dijagain sama Olivia, jadi dia sudah terbiasa. Sekarang juga nggak terlalu lama sampai tahun baru, nggak terasa sebentar lagi pasti lewat.”“Tapi aku yang kangen sama kamu!”Russel hanyalah pembuka, tetapi yang sebenarnya ingin Daniel katakan adalah bahwa dia sangat merindukan Odelina. Daniel bisa gila kalau harus menunggu selama itu. Berbicara melalui telepon dan video call tida
Terlalu banyak cucu juga bukan hal yang baik.“Nggak, kok. Nenek nggak bilang apa-apa tentang kamu. Jangan selalu berpikiran buruk tentang Nenek, ya,” ujar Rosalina dengan maksud bercanda.Mendengar itu, Nene Sarah dengan sengaja meninggikan suaranya, “Rosalina, aku kasih tahu, nih. Calvin waktu kecil suka ngompol. Waktu umur dia lima tahun saja kadang-kadang masih suka ngompol. Dia selalu ngaku cari kamar mandi di mimpinya. Pas lagi nyari, begitu ketemu langsung pipis.”“Nenek!” sahut Calvin di telepon.Ya, baiklah. Di antara kakak beradik itu, memang Calvin yang paling sering mengompol. Yang lain pada umumnya sudah tidak mengompol lagi di usia mereka sudah bisa berbicara. Begitu mereka ke kamar mandi sebelum tidur, mereka akan tertidur lelap sampai hari mulai terang. Berbeda dengan Calvin,dia justru banyak minum menjelang tidur dan tidak ke kamar mandi. Makanya, dia sering terbangun di tengah malam untuk pipis. Namun bagaimanapun juga, Calvin baru berusia 5-6 tahun dan masih dianggap
Nenek Sarah tersenyum, lalu dia berkata, “Aku nggak peduli apa kata mereka. Toh cucuku ya milikku. Aku yang membesarkan mereka dari kecil, aku dan suamiku yang bersusah payah mendidik mereka dengan sepenuh hati. Aku yang paling tahu seperti apa sifat mereka, dan wanita seperti apa yang cocok dengan mereka. Aku cuma mau cucuku bahagia dan memberikan mereka istri yang pantas. Apa itu salah? Orang-orang bilang Olivia nggak pantas untuk Stefan. Mereka sering kali bertanya memangnya sudah berapa lama Olivia masuk ke keluarga Adhitama? Atau bertanya dengan kemampuan yang Olivia miliki, apa dia pantas untuk Stefan?”Sarah dari dulu memang lebih menyayangi Olivia. Dia melanjutkan, “Aku justru sangat berterima kasih sama Olivia karena dia mau menikah sama Stefan. Dengan sifat Stefan yang temperamental itu, bisa jadi dia nggak akan dapat pasangan seumur hidup. Bahkan para ahli juga pada bilang kalau Stefan dan Olivia itu memang ditakdirkan untuk jadi suami istri seumur hidup. Mereka mendapatkan
Tante Rida pernah berpesan kepada Rosalina. Andaikan Rosalina sungguh mencintai Calvin, maka terimalah cintanya. Jangan sampai Rosalina melewatkan kesempatan ini atau dialah yang akan menyesal nantinya.Setiap anak lelaki yang terlahir di keluarga Adhitama, entah di urutan yang keberapa pun, mereka sama-sama mendapatkan pendidikan yang setara. Cara mereka menyikapi hubungan asmara juga sama, yaitu fokus dengan pasangan masing-masing bahkan sampai ke tahap buta asmara. Mereka tidak akan jatuh cinta dengan mudah, tetapi sekali jatuh cinta, maka itu akan menjadi komitmen seumur hidup.“Aku bisa mengerti. Memang ini sudah risiko menjadi bagian dari keluarga yang dikenal banyak orang,” ujar Sarah, seraya menepuk punggung tangan Rosalina dengan kasih sayang.Rosalina tersenyum dan berkata, “Nek, yang aku bilang itu dulu. Sekarang aku sudah nggak merasa tertekan atau merasa minder lagi. Dulu aku merasa beruntung karena Calvin sudah memilih aku. Sekarang aku merasa aku pasti punya suatu kelebi
“Duduk dulu di sana, kita bicarakan pelan-pelan,” kata Nenek Sarah seraya menunjuk ke sebuah gazebo yang terletak tidak jauh dari mereka.”Rosalina dengan lembut menanggapi ajakan itu dan menuntun Sarah menuju ke gazebo yang dimaksud. Setelah mereka sampai di sana dan duduk, Sarah memegang tangan Rosalina dan berkata kepadanya, “Rosalina, tekanan menjadi menantu di keluarga Adhitama pasti berat, ya. Nggak peduli apa pun yang kalian lakukan, pasti akan selalu ada mata yang terus mengawasi setiap pergerakan kalian kalaupun kalian melakukannya dengan baik, nggak banyak orang yang kasih pujian ke kalian, dan kalau mereka merasa kalian kurang baik, pasti banyak yang menghujat. Kalau privasi kalian nggak terjaga dengan baik, pasti akan dengan mudah tersebar ke luar dan menimbulkan rumor yang jadi hiburan untuk orang lain. Ini akan bikin kalian sangat frustrasi dan kerepotan.”Namun ketika mendengar itu, Rosalina hanya mengatupkan bibirnya dan menjawab, “Nek, aku baik-baik saja, kok. Awalnya
Sarah hanya ingin mencari topik pembicaraan dengan cucu menantunya itu, makanya dia pura-pura tertarik.“Aku rasa mereka orang yang sama. Mereka sampai cari satu pengganti untuk menyamar jadi Giselle. Habis itu, Lisa juga muncul di depanku. Dia ingin buat aku nggak curiga. Target mereka sepertinya Olivia. Tapi karena aku paling kenal Giselle, jadi mereka mau nggak mau harus libatkan aku juga.”Hanya dengan membuat Rosalina tidak curiga, Olivia baru akan berhenti curiga. Karena Rosalina kakaknya Giselle.“Aku hanya ingin beritahu Olivia, biar bisa analisis bersama. Rasanya mereka sedang main catur besar di belakang. Nggak perlu terburu-buru. Mereka nggak buru-buru, kita juga nggak buru-buru. Makanya aku pagi ini baru datang ke sini, tapi ternyata Olivia sudah pergi.”Rosalina merasa iri pada Olivia. “Aku juga ingin libur, bawa anak-anak pergi main. Tapi sayangnya aku nggak punya keponakan.”Rosalina memiliki adik perempuan, tapi Giselle juga belum menikah. Jadi dia belum memiliki kepona
“Iya, Mama sudah tua, nggak usah keliaran ke mana-mana dan buat anak-anak khawatir,” kata Dewi.Sarah sengaja melotot ke arah menantunya. “Kenapa kamu ikut-ikutan juga? Aku nggak keliaran. Sekarang aku diam saja di rumah, kan? Aku nggak ikut Oliv pergi gendong Audrey.”Dewi langsung mengungkap kebohongan ibu mertuanya. “Bukannya karena Mama selalu mau culik anak orang setiap kali pergi ke sana jadi sekarang mereka nggak mau terima kunjungan Mama?”Wajah Sarah memerah. Rosalina spontan tertawa cekikikan.“Rosalina, temani Nenek jalan-jalan. Suasana hati Nenek jadi nggak bagus karena tantemu. Dia nggak kasih aku cucu perempuan. Aku suka cucu orang lain, dia malah salahkan aku.”“Mama juga nggak punya anak perempuan, masih saja mau salahkan aku. Memangnya kami yang nggak mau punya anak perempuan? Ada masalah dengan feng shui keluarga Adhitama. Aku curiga rumah dan makam leluhur kita ada di tanah milik seorang biksu,” kata Dewi sambil menutup mulut untuk menahan tawa.Keluarga Adhitama han
Sarah pun tidak marah. Dia justru berkata, “Sekarang transportasi sudah mudah. Ada pesawat terbang, kereta cepat, mau ke mana-mana gampang. Pagi di Kota Mambera, siang sudah di luar negeri. Takut apa jauh? Yang penting orangnya baik, cocok untuk anak-anak. Kalian harusnya senang, malah bilang orang yang aku pilihkan kejauhan. Kalau suruh kalian yang urus, rambut kalian pasti akan semakin cepat beruban. Mana bisa santai seperti sekarang.”Sarah menyentuh rambut putihnya dan berkata lagi, “Rambutku putih semua karena mengkhawatirkan pernikahan mereka.”Dewi melihat rambut putih ibu mertuanya dan bercanda, “Mama bisa saja cat rambut Mama jadi hitam. Mama rawat diri dengan baik, kelihatan seperti baru usia awal enam puluhan. Kalau rambut Mama dicat hitam, pasti kelihatan lebih muda.”“Nggak mau. Harus berani hadapi kenyataan kalau aku sudah tua.”Orang yang datang adalah Rosalina. Baru saja masuk ke ruangan, dia mendengar percakapan santai antara ibu mertua dan menantunya.“Nenek, Tante.”
Setelah Olivia dan yang lainnya pergi, Dewi baru menelepon Yuna. Yuna pun segera mengangkat telepon.“Oliv sudah berangkat?” tanya Yuna.“Baru saja berangkat. Aku lihat dia dan Russel naik ke helikopter, sampai helikopternya terbang jauh, aku baru berani telepon kamu. Dia nggak akan bisa dengar percakapan kita, kecuali dia punya pendengaran super.”“Oke, terima kasih sudah kasih kabar.”“Sama saudara sendiri nggak perlu sungkan-sungkan. Toh, tujuan kita sama,” kata Dewi.“Kamu juga sungkan sama aku. Setelah semuanya selesai, ayo kita makan bareng. Aku yang traktir.”Keduanya adalah perempuan paling terhormat di Kota Mambera, tapi mereka tidak pernah makan bersama di luar. Karena Olivia menjadi menantu keluarga Adhitama, keduanya baru menjadi sadara. Namun, keduanya belum pernah membuat janji makan bersama.Mereka juga tidak sedekat Dewi dengan ibunya Bram dan ibunya Daniel. Namun, keluarga Ardaba dan keluarga Lumanto memang sangat dekat dengan keluarga Adhitama. Wajar saja Dewi dekat d
“Aku dan Tante akan pulang sebelum Tahun Baru. Om Stefan bilang habis dari luar kota, dia akan pergi ke sana jemput aku dan Tante.”Dewi tersenyum. “Kalau begitu kita nggak akan bisa bertemu selama belasan hari.”Dewi menarik Russel ke dekatnya lagi dan memeluknya sebentar. Kemudian, dia mencium pipi Russel dan berkata, “Selamat bersenang-senang di sana. Nanti ceritkan pada Nenek kamu dan Liam main apa saja, pergi ke mana, makan apa, terus bawa oleh-oleh dari sana buat kami.”Seandainya bukan karena khawatir Olivia akan mengetahui bahwa semua orang menyembunyikan situasi di Kota Cianter darinya, Dewi pasti tidak akan membiarkan Russel pergi ke Vila Ferda secepat ini.Di hari biasa, Russel harus masuk sekolah. Akhir pekan belum tentu anak itu datang. Hanya sesekali, itu pun untuk satu atau dua hari saja. Semua orang merindukan anak itu. Sekarang Russel sedang libur panjang, tapi dia malah merengek ingin pergi bertemu teman sepermainannya.“Oliv, karena kalian pergi main, bersenang-senan