Bram tersenyum dan menjawab, “Benar juga. Pernikahan nggak bisa dipaksakan. Aku hanya ingin membantu karena melihat Tante selalu khawatir tentang kehidupan pernikahanmu dengan semua saudaramu.”Sekarang Bram bisa pastikan bahwa Chintya membutuhkan pendekatan waktu untuk bisa jatuh cinta padanya. Dia harus secara perlahan masuk ke dalam kehidupan perempuan itu agar membuatnya terbiasa dengan keberadaan Bram dan tidak bisa hidup tanpanya. Hanya dengan begitu baru bisa membuat perempuan itu menyadari bahwa itu adalah cinta.Bram sudah memilihnya sehingga dia akan mendekatinya dengan perlahan. Tidak ada gunanya jika terburu-buru.“Chintya, sebenarnya aku sakit.”Perempuan itu tercenung sesaat dan bertanya dengan nada khawatir, “Kamu sakit apa? Nggak kelihatan. Kamu terlihat jauh lebih sehat dibandingkan orang yang lainnya.”“Aku ada penyakit tanpa emosi.”“Penyakit tanpa emosi? Aku nggak pernah dengar penyakit ini.”Bram menjelaskan sedikit pada perempuan itu.“Berarti kamu nggak bisa meni
Calvin mencoba menghibur Rosalina yang sedang kesal dengan berkata, “Sayang, kamu lanjut tidur. Aku akan turun dan menyiapkan sarapan untukmu. Setelah itu, baru memanggilmu bangun. Setelah makan, kamu tidur lagi.”Rosalina mendelik dan berkata, “Jordan pulang. Hari ini kami mau mengunjungi penjara.”“Itu urusannya Jordan. Nggak masalah kalau kamu nggak pergi. Tidurlah di rumah, aku janji malam ini nggak lagi. Biar kamu istirahat sehari.”Calvin tersenyum dan menambahkan, “Aku baru menikah di usia 30 tahun. Karena terlalu senang jadi sedikit menggila.”Kemarin malam dia terlalu cepat dan membuatnya frustasi. Bahkan dia sempat berpikir apakah dirinya bermasalah. Bahkan Rosalina menenangkan Calvin dan mengajaknya untuk periksa ke dokter bersama. Namun ternyata, hal itu justru membuatnya semakin tertekan.Dia yang tampan dan gagah serta muda ternyata ada kendala dalam urusan tersebut. Dia frustasi hingga rasanya ingin menangis. Dia sangat mencintai Rosalina hingga susah payah bisa menikah.
“Kamu sudah dewasa, harus ada keberanian untuk menghadapi semuanya dan juga memikul tanggung jawab. Kakak tahu kamu dan kakakmu itu sehati. Tapi, Rosalina nggak pernah berpikir untuk mengambil keuntungan darimu. Tenang saja, yang seharusnya jadi milikmu akan tetap milikmu. Yang bukan milikmu, jangan pernah diharapkan. Jangan seperti Giselle.”Jordan mengangguk dan berkata, “Kak, aku tahu. Aku dan Kak Rosalina hanya ingin menjaga semua milik keluarga Siahaan. Kak Giselle sudah mulai mencari pengacara dan siap untuk menggugat Kak Rosalina.”Ini adalah salah satu alasan dia mengambil cuti untuk pulang. Dia harus membela Rosalina. Meski Giselle menang, dia juga tidak boleh mendapatkan banyak harta warisan.Apa gunanya mereka meributkan harta warisan ketika orang tuanya masih ada?Yang paling penting adalah kedua orang tuanya bekerja sama dengannya untuk memindahkan seluruh harta ke nama Jordan. Apakah Giselle akan mendapatkan harta melalui gugatan?Selain harta paman keduanya, sisanya adal
Beberapa peliharaan yang diikat di halaman belakang biasanya dibebaskan ketika malam. Karena sekarang pagi hari dan pelayan yang mengurusnya belum mengikat kembali peliharaan tersebut, mereka berlari ketika mendengar suara teriakan Giselle.Giselle hampir merobohkan pintu vila. Ketika dia melihat keempat ekor peliharaan tersebut, dia terkejut hingga melangkah mundur tanpa berani berteriak lagi. Wajahnya tampak ketakutan sekali.Meski pengurus rumah memberikan uang untuk menyuntikkan vaksin rabies, bekas gigitan tersebut masih terasa sakit.Dalam hatinya dia sangat membenci Giselle. Dia sendiri tidak pernah melepaskan peliharaan untuk menyerang Rosalina. Lagi pula, setiap dia mencoba menindas Rosalina, dia tidak pernah benar-benar berhasil.Meski perempuan itu tamak pendiam dan lemah, sebenarnya dia licik sekali. Setiap Giselle jatuh dalam perangkap Rosalina, dia akan mengadu pada ibunya. Meski ibunya lebih berpihak pada Giselle dan membantunya balas dendam, ibunya tetap akan memarahiny
“Memangnya aku mau datang? Ini rumah kita, Jordan. Si Buta itu mengambil harta kita disaat aku dan Papa Mama dikurung. Setelah aku dibebaskan, dia mengusirku dan nggak mengizinkan aku pulang,”“Karyawan di rumah juga rata-rata sudah diganti. Yang nggak diganti hanya orangnya sendiri.”Giselle mengadu pada adiknya lagi, “Kamu pikir aku juga suka pagi-pagi teriak di sini? Dia nggak mau angkat teleponku dan balas pesanku. Aku dibuat marah dari kemarin hingga hari ini. Tentu saja aku mau mencarinya buat perhitungan.”“Dia masih belum bangun?” tanya Giselle sambil berjalan masuk. Dia tidak berani langsung menerobos masuk.“Masih belum. Kak Calvin sudah bangun dan lagi buat sarapan. Kak, jangan sebut si Buta terus. Itu Kakak kita.”“Kamu anggap dia kakakmu, tapi dia malah merebut harta kita.”Mendengar bahwa Calvin tengah buat sarapan di dalam, dia tidak berani masuk. Begitu mendengar nama lelaki itu, dia tidak berani masuk ke rumah. Dia bahkan dirinya pernah ingin menggoda Calvin dan merebu
“Ambil yang banyak,” ujar Giselle.“Sekarang aku nggak ada banyak uang. Aku nyaris nggak bisa makan.”Jordan berkata, “Kak Giselle boleh mencari pekerjaan. Pekerjaan apa pun itu, kamu pasti bisa mendapatkannya. Kamu nggak akan mati kelaparan karena yang bisa mati kelaparan hanya orang malas.”Giselle berkata, “Aku harus cari pekerjaan? Aku anak kedua dari keluarga Siahaan masih harus cari pekerjaan? Dulu Papa dan Mama nggak mengizinkan aku kerja, katanya aku itu terlahir untuk jadi orang kaya yang hidup mewah.”“Kalau bukan karena Rosalina membekukan kartuku, aku nggak mungkin nggak ada uang dan membuatmu mengajariku?”Ekspresi Jordan juga semakin keruh. “Kak Giselle, aku nggak mengajarimu. Aku hanya mau bilang kalau kehidupan kita sekarang nggak sama seperti dulu. Kita harus mendapatkan uang mengandalkan kemampuan kita. Kalau kamu ada kemampuan, kamu juga nggak perlu takut meski kartumu dibekukan.”“Sudah, cepat ambilkan uang untukku. Aku tahu kamu lebih berpihak pada si Buta itu. Kam
Sekarang Rosalina sudah sepenuhnya mengendalikan perusahaan. Setiap pengeluarannya akan diketahui oleh kakaknya. Jika tiba-tiba ada dana besar, kemungkinan besar Rosalina akan mempertanyakannya. Jika perempuan itu tahu dia memberikan uang pada Giselle, kemungkinan Rosalina akan mengomelinya dan kecewa padanya.Selain itu, jika dia memberikan terlalu banyak uang, Giselle akan menghabiskannya tanpa kendali. Perempuan itu tidak mau belajar menjadi dewasa dan tidak mau mencari pekerjaan. Dia hanya tahu untuk mengandalkan dirinya pada Jordan.Jordan sengaja mengambil cuti untuk pulang karena ingin mengunjungi orang tuanya. Dia ingin meyakinkan mereka untuk memindahkan semua aset ke namanya agar dia yang mengendalikan uang saku Giselle dan tidak membiarkan perempuan itu menghabiskan harta keluarga Siahaan.Setelah berpikir seperti itu, Jordan memutuskan untuk memberikan uang tunai dua juta saja. Dia mengganti bajunya dengan cepat dan memasukkan uang ke dalam saku. Setelah berjalan keluar, di
Calvin diam dan tidak bersuara. Dia langsung melepaskan baju dan membuangnya ke tempat sampah dengan raut emosi.“Calvin.”Rosalina merebut baju yang ingin dibuang oleh Calvin sambil bertanya, “Bicaralah. Sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang dilakukan Giselle padamu? Bilang sama aku, aku yang akan membalasnya. Dia melecehkanmu?”Dengan wajah menggelap, Calvin berkata, “Dia mendadak masuk dan peluk aku dari belakang. Dia bahkan sembarangan menyentuh tubuhku. Aku pikir itu kamu, begitu aku menoleh dan melihat dia, aku langsung meledak. Aku dorong dia dan menendangnya keluar. Setelah itu aku melempar semua barang yang bisa aku gapai.”Rosalina tidak menyangka Giselle berani menyentuh lelakinya. Selain itu, dia bahkan langsung memeluk dan sembarangan menyentuh. Calvin juga tidak menyangka Giselle bisa begitu berani.“Sayang, baju ini sudah dia sentuh. Buang saja, aku nggak mau! Selain kamu, nggak ada perempuan yang boleh menyentuhku. Bahkan bajuku saja nggak boleh!”Dia merebut baju itu d
Samuel merutuk dalam hatinya. Mengapa neneknya dan Katarina sama-sama menyuruhnya untuk tidak menyesal di kemudian hari? Apa yang akan dia sesali? Memangnya dia tidak tahu siapa yang dia sukai dan apa yang dia inginkan? Lagi pula dia bukan anak berusia tiga tahun lagi. Usianya sudah hampir 30, sudah dewasa. Dia tidak akan melakukan apa pun yang akan dia sesali.Apa yang Katarina katakan mirip dengan apa yang dikatakan neneknya. Pantas saja neneknya menyukai Katarina.“Bu Katarina, aku nggak pernah lakukan hal yang buat aku menyesal. Sekalipun keputusan yang aku ambil nggak bagus, aku juga akan hadapi dengan tenang. Nggak akan menyesal.”Katarina tersenyum. “Oke, aku mengerti. Karena kamu benar-benar nggak bisa jatuh cinta padaku, aku juga nggak akan memaksa. Toh, aku bukan nggak ada yang mau. Untuk apa terus ganggu kamu dan jatuhkan harga diriku.”Katarina dibesarkan oleh orang tuanya dengan penuh kasih sayang. Dia adalah harta berharga di mata keluarganya. Bukannya tidak ada yang meng
“Di sekitar sini ada taman, nggak? Bawa aku ke taman saja.”Samuel terdiam, lalu berkata, “Jalan sekitar sepuluh menit, nanti sampai di taman. Tamannya nggak terlalu besar, tapi bisa jalan-jalan di sana. Pemandangannya juga cukup bagus. Kalau kamu nggak takut capek, ayo jalan ke sana.”“Nggak takut. Kalau aku nggak sanggup jalan, kamu bisa gendong aku.”“Aku bisa panggil taksi. Gendong kamu pulang? Memangnya aku nggak capek?” tukas Samuel.“Kamu sama sekali nggak bisa perlakukan perempuan dengan baik. Bagaimanapun juga, aku calon istri pilihan nenekmu. Kalau bukan karena kamu mendua, aku sudah jadi calon menantu keempat keluarga Adhitama. Orang bilang pria keluarga Adhitama sangat sayang istri. Jangan-jangan kamu ingin rusak tradisi keluargamu dan jadi pria yang nggak sayang istri. Istri itu bijaksana. Pria yang sayang istri pasti banyak rezeki”Samuel tersenyum tipis, “Yang ada penuh pikiran macam-macam. Aku mau tegaskan satu hal, aku nggak mendua. Kamu memang pilihan nenekku, tapi ki
“Aku sama Kak Oliv dan Kak Junia begitu kenal langsung akrab. Nggak perlu sampai harus menjilat.”Samuel terdiam sejenak, lalu berkata, “Karena kamu sudah kembali, kebetulan juga kita papasan, gimana kalau aku temani kamu jalan-jalan santai di luar? Sekalian kita bicarakan masalah kita. Besok aku nggak ke sini lagi. Aku juga sibuk kerja.”Setelah berpikir sejenak, lebih baik mereka bicarakan saja malam ini. Sebenarnya, mereka tidak perlu bicara pun dia sudah tahu jawaban Samuel. Tadi malam Samuel sudah menjelaskan padanya. Namun saat itu, Katarina tidak bilang dia akan menyerah. Mau tidak mau Samuel harus mengajaknya bicara.“Oke, kalau begitu maaf sudah merepotkan Pak Samuel temani aku jalan-jalan. Bagaimana kalau habis jalan-jalan, aku merasa lapar lagi? Habis olahraga, energi terpakai, perut pasti lapar lagi.”“Aku akhirnya mengerti kenapa kamu bisa akrab dengan kakak iparku dan Junia,” kata Samuel.Karena mereka sama-sama tukang makan. Samuel tidak tahu kalau Katarina sangat suka m
Bisnis suami Shella masih lumayan, bisa bertahan. Shella pasti tidak kekurangan uang. Tidak masalah Shella membawa keluarganya makan di luar tanpa mengajak orang tuanya. Selesai makan, dia malah minta ibunya mentransfer uang kepadanya. Justru aneh kalau Roni tidak marah.“Papa mengerti, Russel. Tunggu Papa sempat, Papa juga bawa Russel pergi makan hot pot, ya. Papa mau bawa mobil dulu. Nggak ngobrol dulu sama Russel. Russel harus dengarkan Tante Oliv, ya.”“Aku sangat patuh, Pa. Papa kerja saja.”Russel sudah selesai mengadu. Dia segera mengakhiri telepon dengan ayahnya. Olivia mendengarkan dari awal sampai akhir. Setelah Russel mengembalikan ponsel kepadanya, dia menyentil kening Russel dengan pelan.“Bocah kecil sudah belajar mengadu, ya,” kata Olivia.Akan tetapi, Shella benar-benar sudah keterlaluan. Hanya saja, itu tidak ada hubungannya dengan Olivia. Olivia tidak ingin ikut campur. Russel mau mengadu. Itu urusan keluarga Pamungkas sendiri.Jika Olivia yang memberitahu Roni, Roni
“Papa sudah makan?” tanya Russel.“Papa belum makan. Masih belum lapar. Habis antar dua penumpang lagi, Papa baru pergi makan,” jawab Russel dengan lembut. “Russel sudah makan, kan?”“Sudah. Tante Oliv dan Tante Junia bawa aku pergi makan hot pot. Tadi di tempat makan hot pot, aku bertemu Tante Shella. Kak Aiden panggil aku, tapi Tante Shella tutup mulutnya. Nggak tahu kenapa. Ada kakek dan neneknya Kak Aiden. Mereka ramai sekali. Kalau aku hanya ada Tante Oliv dan Tante Junia, sama Kak Katarina. Kami berempat.”Pada awalnya, Roni tidak terlalu memperhatikan. Dia tersenyum dan berkata, “Russel juga bertemu Tante, ya. Ada salam dengan Tante, nggak?”“Nggak.”Russel menjawab dengan jujur, “Kak Aiden panggil aku, tapi Tante tutup mulut Kak Aiden. Pa, kenapa Tante tutup mulut Kak Aiden, ya?”“Tantemu ... nggak usah pedulikan dia.” Akhirnya Roni sadar. Saat Shella melihat Russel, Shella tidak membiarkan Aiden menyapa pasti karena takut Russel ikut makan. Mereka telah bersaudara selama puluh
“Jangan percaya apa pun omongannya. Dia orang yang paling pandai ambil keuntungan dari orang lain,” kata Junia dengan sinis.Karena jarak mereka tidak terlalu jauh, Olivia bisa mendengar percakapan Shella dan ibunya. “Ma, aku bawa anak-anak pergi makan. Mereka bilang sudah lama nggak makan yang enak-enak. Jadi aku bawa mereka keluar. Sudah selesai makan, tapi uangku nggak cukup untuk bayar. Ma, rekening Mama ada saldo, nggak? Transfer ke aku empat juta dulu, ya.”Shella telah pergi. Olivia dan yang lainnya sudah tidak bisa mendengar jelas apa yang dia katakan lagi.“Kalau aku punya anak seperti Shella yang hanya tahu ambil keuntungan dari keluarganya, begitu lahir aku langsung cekik mati saja,” kata Junia kepada Katarina.“Saat lahir kamu juga nggak akan tahu dia akan jadi orang seperti apa,” kata Katarina.“Kalau begitu putuskan hubungan dengannya. Anggap saja nggak pernah lahirkan dia. Katarina, kamu nggak tahu. Dia tante kandungnya Russel. Paling suka ambil keuntungan dari orang lai
“Masuk akal, masuk akal. Tapi sebelum Samuel buat keputusan, lebih baik kamu tetap perjuangkan dulu,” kata Olivia.Katarina tersenyum. “Kak Oliv, Kak Junia, kita lagi makan hot pot. Nggak usah bicarakan soal pria. Suami kalian pria baik, masih bolehlah dibicarakan. Rasanya sangat bahagia. Tapi pria yang aku sukai itu nggak suka aku. Bicarakan dia akan pengaruhi nafsu makanku. Russel bilang makanan adalah hal terpenting bagi manusia. Kita makan hot pot saja.”Olivia dan Junia pun berhenti menggoda Katarina. Dalam hal perasaan, mereka juga tidak bisa mengatur-atur Samuel.“Kak Oliv, Kak Junia, kedatanganku ke sini kali ini sebenarnya nggak sia-sia. Aku dapat dua kakak. Nggak peduli aku dan Samuel bisa berakhir bahagia atau nggak, kita tetap jadi teman, jadi saudara. Kalian jangan jauhi aku, loh. Pokoknya aku pegang erat-erat kalian. Jangan coba tinggalkan aku sendirian.”Olivia spontan tertawa. Junia juga ikut tertawa. “Kamu bahkan sudah panggil aku kakak. Mana mungkin kami tinggalkan ad
“Yang tadi itu Shella sekeluarga, ya?” Setelah duduk, Junia bertanya kepada Olivia.“Seharusnya itu dia. Ternyata hidupnya masih enak, bisa dandan begitu.”Sebelum Odelina bercerai, Shella dan ibunya sering pergi ke toko buku untuk mengadu kepada Olivia. Junia pernah bertemu dengan mereka beberapa kali. Junia tidak ingin mengingatnya pun tidak bisa.“Iya, itu dia.” Olivia berkata dengan nada acuh tak acuh, “Aiden panggil Russel, dia cepat-cepat tutup mulut Aiden. Takut kita pergi nebeng makan. Dulu setiap minggu dia ke rumah kakakku untuk nebeng makan. Nggak mau bantu apa-apa lagi. Masih saja ngomong ini itu, cari masalah dengan kakakku.”Tidak peduli seberapa banyak mereka berubah, keluarga Pamungkas tetaplah keluarga Pamungkas. Seketika Olivia merasa Kota Mambera terlalu kecil. Selalu saja bisa bertemu sekali dua kali dengan orang yang tidak disukai.Katarina tidak tahu kejadian di masa lalu, tapi dia pun tidak bertanya. Dia hanya diam dan menyimak saja.“Benar-benar keluarga aneh. S
Mulan membelai kepala Liam dan berkata, “Anak yang baik bisa tahu kesalahannya sendiri dan mau berubah.”Liam mengangguk cepat. Dia akan berubah. Selama dia melakukan kesalahan dan orang dewasa memberitahunya mana yang salah, Liam pasti akan memperbaikinya.Mulan berdiri dan berkata lembut, “Kamu main sendiri dulu, ya.”“Audrey mana, Ma?” tanya Liam. “Aku mau main sama Audrey.”Sekarang Liam hanya punya satu adik perempuan, dia paling peduli dengan adik perempuannya. Walau adik laki-laki yang lain juga sangat menggemaskan.“Dibawa neneknya pergi main. Archie lagi sama Bibi. Kamu mau main sama Archie, nggak?”Liam berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku pergi cari Audrey saja. Archie ada Bibi yang temani, nggak butuh aku lagi.”Archie dan Tiano sama saja, sama-sama cengeng. Sedangkan kedua adik sepupu yang lain memang sudah beberapa bulan lebih tua dari Archie, tapi justru lebih sulit dijaga. Asalkan mereka tidur, Liam baru merasa mereka menggemaskan. Sedangkan Audrey tetap menggemaskan ti