“Memangnya aku mau datang? Ini rumah kita, Jordan. Si Buta itu mengambil harta kita disaat aku dan Papa Mama dikurung. Setelah aku dibebaskan, dia mengusirku dan nggak mengizinkan aku pulang,”“Karyawan di rumah juga rata-rata sudah diganti. Yang nggak diganti hanya orangnya sendiri.”Giselle mengadu pada adiknya lagi, “Kamu pikir aku juga suka pagi-pagi teriak di sini? Dia nggak mau angkat teleponku dan balas pesanku. Aku dibuat marah dari kemarin hingga hari ini. Tentu saja aku mau mencarinya buat perhitungan.”“Dia masih belum bangun?” tanya Giselle sambil berjalan masuk. Dia tidak berani langsung menerobos masuk.“Masih belum. Kak Calvin sudah bangun dan lagi buat sarapan. Kak, jangan sebut si Buta terus. Itu Kakak kita.”“Kamu anggap dia kakakmu, tapi dia malah merebut harta kita.”Mendengar bahwa Calvin tengah buat sarapan di dalam, dia tidak berani masuk. Begitu mendengar nama lelaki itu, dia tidak berani masuk ke rumah. Dia bahkan dirinya pernah ingin menggoda Calvin dan merebu
“Ambil yang banyak,” ujar Giselle.“Sekarang aku nggak ada banyak uang. Aku nyaris nggak bisa makan.”Jordan berkata, “Kak Giselle boleh mencari pekerjaan. Pekerjaan apa pun itu, kamu pasti bisa mendapatkannya. Kamu nggak akan mati kelaparan karena yang bisa mati kelaparan hanya orang malas.”Giselle berkata, “Aku harus cari pekerjaan? Aku anak kedua dari keluarga Siahaan masih harus cari pekerjaan? Dulu Papa dan Mama nggak mengizinkan aku kerja, katanya aku itu terlahir untuk jadi orang kaya yang hidup mewah.”“Kalau bukan karena Rosalina membekukan kartuku, aku nggak mungkin nggak ada uang dan membuatmu mengajariku?”Ekspresi Jordan juga semakin keruh. “Kak Giselle, aku nggak mengajarimu. Aku hanya mau bilang kalau kehidupan kita sekarang nggak sama seperti dulu. Kita harus mendapatkan uang mengandalkan kemampuan kita. Kalau kamu ada kemampuan, kamu juga nggak perlu takut meski kartumu dibekukan.”“Sudah, cepat ambilkan uang untukku. Aku tahu kamu lebih berpihak pada si Buta itu. Kam
Sekarang Rosalina sudah sepenuhnya mengendalikan perusahaan. Setiap pengeluarannya akan diketahui oleh kakaknya. Jika tiba-tiba ada dana besar, kemungkinan besar Rosalina akan mempertanyakannya. Jika perempuan itu tahu dia memberikan uang pada Giselle, kemungkinan Rosalina akan mengomelinya dan kecewa padanya.Selain itu, jika dia memberikan terlalu banyak uang, Giselle akan menghabiskannya tanpa kendali. Perempuan itu tidak mau belajar menjadi dewasa dan tidak mau mencari pekerjaan. Dia hanya tahu untuk mengandalkan dirinya pada Jordan.Jordan sengaja mengambil cuti untuk pulang karena ingin mengunjungi orang tuanya. Dia ingin meyakinkan mereka untuk memindahkan semua aset ke namanya agar dia yang mengendalikan uang saku Giselle dan tidak membiarkan perempuan itu menghabiskan harta keluarga Siahaan.Setelah berpikir seperti itu, Jordan memutuskan untuk memberikan uang tunai dua juta saja. Dia mengganti bajunya dengan cepat dan memasukkan uang ke dalam saku. Setelah berjalan keluar, di
Calvin diam dan tidak bersuara. Dia langsung melepaskan baju dan membuangnya ke tempat sampah dengan raut emosi.“Calvin.”Rosalina merebut baju yang ingin dibuang oleh Calvin sambil bertanya, “Bicaralah. Sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang dilakukan Giselle padamu? Bilang sama aku, aku yang akan membalasnya. Dia melecehkanmu?”Dengan wajah menggelap, Calvin berkata, “Dia mendadak masuk dan peluk aku dari belakang. Dia bahkan sembarangan menyentuh tubuhku. Aku pikir itu kamu, begitu aku menoleh dan melihat dia, aku langsung meledak. Aku dorong dia dan menendangnya keluar. Setelah itu aku melempar semua barang yang bisa aku gapai.”Rosalina tidak menyangka Giselle berani menyentuh lelakinya. Selain itu, dia bahkan langsung memeluk dan sembarangan menyentuh. Calvin juga tidak menyangka Giselle bisa begitu berani.“Sayang, baju ini sudah dia sentuh. Buang saja, aku nggak mau! Selain kamu, nggak ada perempuan yang boleh menyentuhku. Bahkan bajuku saja nggak boleh!”Dia merebut baju itu d
Kenapa bisa diam-diam merayu kakak iparnya?Calvin terlihat lembut dan sopan, tetapi ternyata semua lelaki keluarga Adhitama tidak ada yang benar-benar lembut. Mereka memiliki tangan yang sangat kuat. Karena Calvin sangat mencintai Rosalina, dia juga memperlakukan adik iparnya dengan baik.Namun jika dihadapkan pada Giselle, lelaki itu tidak akan berbaik hati. Calvin tidak ikut campur karena mungkin dilarang oleh Rosalina. Perempuan itu beranggapan bahwa dirinya bisa menyelesaikan urusan keluarganya. Jika tidak, tidak ada yang tahu bagaimana nasib Giselle.Jordan mendongak dan ketika ingin meminta maaf dengan Rosalina, dia mendapati perempuan itu sudah tidak ada di hadapannya. Dia tidak tahu kapan perempuan itu masuk. Lelaki itu tenggelam dalam pikirannya sendiri dan tidak sadar dengan kepergian kakaknya. Dia diam dengan kaki yang terasa berat.Jordan merasa bersalah dengan Rosalina. Karena dia yang iba, sehingga membuat hal seperti ini terjadi. Calvin emosi dan pasti Rosalina juga aka
Setelah ciuman tersebut, Rosalina bersandar di dada lelaki itu. Setelah itu, dia menjauhkan diri dan mengelus wajah Calvin sambil berkata, “Lain kali aku nggak akan membiarkan dia menyentuhmu. Nggak ada yang boleh menyentuhmu selain aku.”“Sayang, kamu harus tepati janjimu.”Emosi Calvin sudah reda. Ketika Giselle hanya memeluk pinggangnya dari belakang dan menyentuh dadanya. Setelah dia menyadari itu bukan istrinya, Calvin langsung mendorongnya.“Jangan sampai perempuan itu muncul di hadapanku. Kalau nggak, aku akan menendangnya. Biasanya aku nggak menyakiti perempuan. Tapi, untuk orang seperti dia, aku nggak keberatan untuk buat pengecualian.”Rosalina ikut menimpali, “Kelak, aku nggak akan biarkan dia muncul di hadapanku. Kalau dia berani datang, aku yang akan pukul dia! Dasar nggak tahu malu!”Dia mengelus wajah suaminya lagi dan berkata, “Kamu terlalu tampan dan berbakat makanya menarik perhatian semua orang. Makanya banyak orang yang mencoba mendekatimu.”“Banyak oarng yang meras
Selesai makan, Calvin membawa buah yang sudah dia siapkan dan meletakkannya di hadapan Jordan.“Bawa keluar dan makan dengan kakakmu.”Jordan hanya membulatkan mulutnya saja. Dua menit kemudian, lelaki itu berdiri di hadapan kakaknya yang tengah duduk di sofa.“Kenapa harus canggung di rumah sendiri? Duduklah,” kata Rosalina.“Kak, aku berdiri saja. Kak, aku sungguh nggak tahu Kak Giselle bisa melakukan hal seperti itu. Maaf, Kak, marahlah sama aku.”Dia merasa tidak enak jika tidak dimarahi oleh kakaknya.“Kenapa harus memarahimu? Kamu sudah bilang kalau kamu nggak tahu kakakmu akan melakukan hal itu. Kakak juga nggak menyangka kalau dia berani merayu kakak iparmu. Lebih baik bilang dia berani atau nggak ada akal?”“Itu kakak kandungmu. Kalau memintamu untuk menolaknya di depan pintu, tentu saja nggak realistis. Aku akan menenangkan kakak iparmu. Masalah ini sudah selesai, kamu nggak perlu merasa bersalah. Yang penting kamu ingat tujuanmu pulang.”“Aku yang membekukan kartu bank Gisel
Jordan berkata, “Asalkan ada Kak Calvin, aku nggak akan bawa Kak Giselle masuk. Ini rumahnya Kakak, Kak Giselle juga jarang datang.”“Kak, Kakak masih mau menemaniku menjenguk?”“Iya.” Jordan menghela napas lega.Setengah jam kemudian, Rosalina dan Jordan duduk di sebuah mobil dengan sebuah mobil pengawal yang mengikutinya.Calvin berdiri di pintu vila sambil menatap kepergian kakak beradik itu. Setelah mereka pergi, dia baru melangkah ke mobilnya. Dia tidak ikut mereka untuk mengunjungi penjara. Awalnya dia berencana untuk ikut, tetapi karena keributan yang dibuat oleh Giselle, dia tidak ingin melihat kedua orang tua perempuan itu.***Di Adhitama Group, tampak seorang perempuan yang tengah berjalan di pintu masuk. Dia ingin masuk, tetapi selalu mengurungkan niatnya. Sekuriti yang bertugas sudah mengawasinya cukup lama dan bersikap seolah dia adalah pencuri.Hingga akhirnya Calvin muncul di depan pintu kantor, perempuan itu memberanikan diri menghentikan mobil Calvin. Satpam yang meli
Katarina memandangi pesan yang dikirim oleh Samuel untuk beberapa saat sebelum membalasnya. “Belum pasti. Kenapa? Pak Samuel mau mengajak aku makan malam atau nggak rela aku pergi?” Samuel menjawab, “Benar, aku mau ajak kamu makan malam. Mau berbicara lagi sama Bu Katarina.” Perempuan itu bertanya, “Berbicara tentang apa? Masa depan kita? Atau Pak Samuel sudah memutuskan, dan telah memilih dia? Kalau Pak Samuel benar-benar sudah punya pacar dan mau memperkenalkannya padaku, aku janji nggak akan lagi muncul di duniamu.” Dia memang akan berusaha untuk mendapatkannya, tetapi jika tidak ada harapan, dia memilih untuk menyerah. Keluarga seperti keluarga Adhitama memang langka, tetapi Samuel harus menyukainya dan mau menikahinya agar dia bisa masuk ke dalam keluarga tersebut. Lelaki itu terdiam beberapa menit sebelum mengirimkan pesan lagi, “Memang ada seseorang yang aku sukai, tapi aku dan dia belum dalam hubungan pacaran. Nggak pantas kalau aku mengganggu dia sekarang. Ini tentang kit
"Biarkan Samuel yang jadi pemandu wisatamu. Dia akan bawa kamu berkeliling Mambera. Di pinggiran kota ada beberapa tempat wisata yang bisa kamu kunjungi," kata Olivia.Katarina menjawab, "Samuel bahkan nggak mau peduli padaku. Pergi jalan-jalan itu harus menyenangkan, dan aku nggak mau menyambut dinginnya sikap dia dengan kehangatanku, nanti malah suasana hatiku buruk. Kamu ada waktu? Temani aku belanja, aku ingin membeli beberapa barang.""Setelah itu, besok kita ke Vila Permai untuk menemui Nenek Sarah," lanjutnya. Bukan untuk bertanya kenapa Nenek Sarah memilihnya, tetapi untuk bertemu dengan Wanita tua itu.Olivia tertawa dan menjawab, "Bisa saja, tapi aku perlu istirahat siang dulu. Sudah terbiasa begitu, kalau nggak tidur siang, sore hari aku akan lemas, nggak fokus, dan gampang sakit kepala atau mata terasa lelah.""Tunggu sampai aku selesai istirahat, baru kita pergi," ujar Olivia"Iya, setelah kamu selesai istirahat," jawab Katarina."Aku biasanya tidur setengah jam. Kantorku
“Kak Olivia, dulu waktu Nenek Sarah tertarik denganmu dan dia meminta Pak Stefan mengejarmu, ya?”Olivia tertawa dan menjawab, “Aku dan Stefan menikah secara kilat, nggak ada yang mengejar siapa. Perasaan kami tumbuh setelah pernikahan, tipikal cinta yang muncul setelah menikah. Tapi, hal ini memang nggak lepas dari peran Nenek.” Katarina mengetahui cerita tentang pernikahan kilat antara Olivia dan Stefan. Olivia menjelaskan secara singkat alasan di balik pernikahannya dengan Stefan. Dia juga baru belakangan ini mengetahui bahwa lelaki itu sepenuhnya dipaksa menikah oleh neneknya. Perempuan itu juga mengetahui bahwa Nenek Sarah telah mengincarnya sejak lama karena ramalan dari seorang ahli yang mengatakan bahwa Olivia dan Stefan memiliki takdir menjadi pasangan di kehidupan sebelumnya. Ahli itu bahkan berkata bahwa jika Stefan tidak menikahinya, lelaki itu akan tetap membujang seumur hidupnya. Nenek yang sangat menyayangi Stefan, tentu tidak bisa menerima cucunya hidup sebatang kara
Jadi, dia tidak menghubungi Samuel. Kemarin, setelah berbicara dengan Olivia dan merasa cocok, dia memutuskan untuk datang ke kantor perempuan itu. "Aku biasanya nggak minum kopi saat makan siang," katanya. Keduanya berjalan keluar dari kantor bersama. Katarina melirik perut Olivia dan berkata, "Sekarang lebih baik kamu nggak minum kopi, teh pekat, atau alkohol. Kamu sedang hamil, jadi perlu menjaga pola makan." Olivia tersenyum, "Aku tahu. Sudah lama aku nggak minum kopi, teh pekat, atau alkohol." Karena sudah lama dia tidak minum kopi, ketika Katarina datang, perempuan itu harus membuat kopi sendiri. “Bu Amelia hari ini nggak datang?” tanya Katarina.Dia sudah berada di sana selama setengah jam tetapi tidak melihat Amelia datang menyapanya. "Amelia pergi ke pasar hari ini, dia baru kembali sore nanti." Dia dan Junia sama-sama sedang hamil, meskipun mereka merasa masih sanggup bekerja keras, di mata Amelia, mereka adalah harta pusaka yang harus dirawat dengan hati-hati dan tida
“Nenek bilang menghargai pilihanku, tapi minta aku nggak boleh menyesal.”Samuel mengambil mangkuk sup dan menuangkan semangkuk sup untuk ibunya. Melihat ayahnya masuk, dia menuangkan semangkuk lagi untuk ayahnya sambil berkata, "Aku nggak pernah melakukan sesuatu yang akan membuatku menyesal." Meskipun sebelumnya dia masih bimbang, tidak tahu apakah harus memilih Katarina atau si Rubah, di dalam hatinya dia tahu, bersama si Rubah dia merasa sangat bahagia. Dia juga sangat menantikan untuk bertemu si Rubah, bahkan jika mereka akan bertengkar ketika bertemu, dia tetap menantikannya. Perasaan ini tidak bisa dia temukan pada Katarina. Samuel mendekati Katarina dengan sedikit terpaksa karena perempuan itu adalah orang yang nenek pilihkan untuknya. Faktanya, cinta memang tidak bisa dipaksakan.“Kalau begitu, yang penting kamu jangan menyesal,” ujar Fenny.Dia berpikir, bagaimana mungkin ibu mertuanya bisa dengan mudah melepaskan Samuel? Ternyata pemuda itu masih belum menyadari apa yang
Fenny meletakkan kotak hadiah itu sambil berkata, “Aku nggak tahu kalau dia pulang sendirian. Mamamu bilang dia akan pulang makan siang, jadi kupikir Katarina juga ikut. Semalam mereka makan dan minum bersama, kukira hari ini dia akan membawanya pulang agar kami bisa bertemu.” Fenny tidak lagi merasa perhiasan yang diberikan oleh putranya itu menarik. Menantu lebih menarik baginya. "Kalau begitu aku akan pergi sekarang. Aku kembali ke kantor saja.” Sambil bicara, lelaki berdiri dan pura-pura ingin pergi. Ayahnya langsung berkata, “Mamamu sudah meminta dapur untuk menambah lauk. Peliharaan kita nggak bisa menghabiskannya, kamu bantu habiskan dulu sebelum pergi.” “Sudahlah, ayo makan,” seru ibunya mengajak suami dan anaknya ke meja makan. Samuel berdiri dan mengikuti ibunya. Sambil berjalan, dia bergumam, “Aku kira benar-benar nggak diizinkan makan. Aku bahkan lebih buruk daripada peliharaan di rumah.” “Kali ini biarkan saja, tapi lain kali kalau Katarina datang lagi, kamu
Feny juga merupakan keluarga konglomerat. Sejak kecil, hal yang paling tidak pernah kekurangan baginya adalah perhiasan. Ketika menikah masuk ke keluarga Adhitama, orang tua, kakak, dan iparnya memberinya banyak perhiasan sebagai mas kawin.Jumlahnya bahkan cukup untuk membuka toko perhiasan. Mas kawin itu sekarang masih disimpan di tempat koleksi perhiasannya. Setelah putra sulung menikah dengan Rosalina, Fenny memberikan banyak koleksi perhiasannya kepada menantu perempuan tertuanya. Samuel menjawab, “Bukannya aku belum punya istri? Lihat ada model perhiasan baru, aku beli satu set untuk Mama.” “Kamu sudah beli untuk nenekmu?” Samuel menyerahkan kotak hadiah merah kepada ibunya dan menjawab, “Nenek nggak mau kami membelikan perhiasan. Aku hanya beli bunga untuk Nenek, tapi Nenek malah mengomel dan bilang aku buang-buang uang, katanya di kebunbunga di kaki gunung sudah banyak bunga.” Ibu lelaki itu menerima kotak tersebut sambil tersenyum dan berkata, “Nenekmu hanya mengomel b
Katarina tidak akan tahu bahwa barang itu dibeli olehnya. Setelah memikirkannya, Samuel akhirnya memutuskan untuk melakukan apa yang neneknya sarankan. Jika dia memberi tahu Katarina bahwa barang-barang itu adalah pemberiannya, gadis itu mungkin akan berpikir bahwa dia masih memiliki sedikit perasaan terhadapnya. Katarina akan mengira dirinya masih ada harapan dan tidak mau menyerah. Hal ituakan merepotkan. “Nenek, Nenek nggak pulang untuk makan?” Samuel melihat jam, sudah hampir waktunya makan siang. Nenek menjawab, “Nenek sudah kenyang makan banyak sate tadi. Sebentar lagi Nenek akan ke rumah mereka dan makan semangkuk bubur putih saja. Kamu pulanglah dan temani papa dan mamamu makan.” “Baik.” Melihat neneknya tidak ingin pulang ke rumah, Samuel tidak memaksanya. Neneknya suka bermain bersama teman-teman sebayanya dan tidak akan kelaparan. Dia tidak perlu khawatir neneknya kekurangan makanan. “Aku akan menelepon mereka untuk datang melihat bunga bersama.” Nenek mengeluark
Nenek terdiam sambil memandang Samuel. Semua sudah dibicarakan dengan jelas. Samuel juga mengatakan apa yang ada di pikirannya, baik yang boleh maupun yang tidak boleh diucapkan. Hari ini dia pulang ke rumah lama memang untuk jujur kepada neneknya. Lelaki itu tidak bisa seperti kakak-kakaknya, yang dengan patuh menikahi calon istri pilihan nenek. Dia memiliki orang yang ingin dia kejar. Setelah dia selesai berbicara, neneknya menghela napas dan berkata, “Apa yang kamu katakan ada benarnya. Daripada terluka lebih lama, lebih baik sudahi sekarang. Perasaan Katarina terhadapmu sepertinya juga belum terlalu dalam. Bicaralah dengan jelas padanya, biarkan dia berhenti berharap, itu juga baik.” “Jangan menunda masa depannya.” Setelah terdiam sejenak, Nenek kembali bertanya, “Samuel, kamu benar-benar nggak mau mempertimbangkan Katarina? Nggak percaya pada pilihan Nenek?” Samuel menjawab dengan serius, “Nenek, aku percaya dengan pilihan Nenek. Pilihan Nenek sangat baik. Katarina meman