Selesai makan, Calvin membawa buah yang sudah dia siapkan dan meletakkannya di hadapan Jordan.“Bawa keluar dan makan dengan kakakmu.”Jordan hanya membulatkan mulutnya saja. Dua menit kemudian, lelaki itu berdiri di hadapan kakaknya yang tengah duduk di sofa.“Kenapa harus canggung di rumah sendiri? Duduklah,” kata Rosalina.“Kak, aku berdiri saja. Kak, aku sungguh nggak tahu Kak Giselle bisa melakukan hal seperti itu. Maaf, Kak, marahlah sama aku.”Dia merasa tidak enak jika tidak dimarahi oleh kakaknya.“Kenapa harus memarahimu? Kamu sudah bilang kalau kamu nggak tahu kakakmu akan melakukan hal itu. Kakak juga nggak menyangka kalau dia berani merayu kakak iparmu. Lebih baik bilang dia berani atau nggak ada akal?”“Itu kakak kandungmu. Kalau memintamu untuk menolaknya di depan pintu, tentu saja nggak realistis. Aku akan menenangkan kakak iparmu. Masalah ini sudah selesai, kamu nggak perlu merasa bersalah. Yang penting kamu ingat tujuanmu pulang.”“Aku yang membekukan kartu bank Gisel
Jordan berkata, “Asalkan ada Kak Calvin, aku nggak akan bawa Kak Giselle masuk. Ini rumahnya Kakak, Kak Giselle juga jarang datang.”“Kak, Kakak masih mau menemaniku menjenguk?”“Iya.” Jordan menghela napas lega.Setengah jam kemudian, Rosalina dan Jordan duduk di sebuah mobil dengan sebuah mobil pengawal yang mengikutinya.Calvin berdiri di pintu vila sambil menatap kepergian kakak beradik itu. Setelah mereka pergi, dia baru melangkah ke mobilnya. Dia tidak ikut mereka untuk mengunjungi penjara. Awalnya dia berencana untuk ikut, tetapi karena keributan yang dibuat oleh Giselle, dia tidak ingin melihat kedua orang tua perempuan itu.***Di Adhitama Group, tampak seorang perempuan yang tengah berjalan di pintu masuk. Dia ingin masuk, tetapi selalu mengurungkan niatnya. Sekuriti yang bertugas sudah mengawasinya cukup lama dan bersikap seolah dia adalah pencuri.Hingga akhirnya Calvin muncul di depan pintu kantor, perempuan itu memberanikan diri menghentikan mobil Calvin. Satpam yang meli
Gadis itu jelas tidak percaya dengan kata-kata Calvin. Calvin hanya tersenyum dan berkata, “Memang benar, ini Adhitama Group. Selain itu, ada banyak orang yang nama belakangnya Adhitama kerja di sini. Tapi Adhitama Group punya banyak cabang perusahaan di berbagai bidang. Nggak semuanya orang dari keluarga Adhitama kerja di sini. Ada beberapa di antaranya kerja di perusahaan cabang. Satu hal lagi, nggak semua orang yang punya nama belakang Adhitama bisa kerja di Adhitama Group.”Beberapa orang dari keluarga Adhitama yang tidak kompeten tidak memenuhi kualifikasi untuk kerja di Adhitama Group. Ada juga karena keinginan mereka sendiri yang tidak mau bekerja di Adhitama Group. Orang-orang itu akan bekerja di perusahaan lain.“Oh gitu, ya. Kalau begitu, aku yang berpikir terlalu sederhana. Maaf sudah mengganggu Bapak.”Gadis itu merasa perkataan Calvin masuk akal. Bukan berarti semua orang yang memiliki nama belakang Adhitama pasti akan bekerja di Adhitama Group. Samuel mungkin benar-benar
“Sam, kamu salah apa sama dia? Sampai dia datang ke sini cari kamu,” kata Calvin.Samuel terdiam sejenak. “Seorang gadis? Namanya siapa?”“Dia nggak bilang.” Calvin bertanya lagi, “Kamu curi barangnya? Atau habis kamu apakan dia? Aku lihat dia sepertinya geram sekali setiap kali ungkit soal kamu. Dia datang karena mau buat perhitungan denganmu, kan?”Setelah mendengar gadis itu tidak memberitahu alasan dia mencari Samuel, Samuel pun berkata, “Kak Calvin, memangnya aku orang seperti itu? Lagi pula, keluarga kita nggak kekurangan apa pun. Untuk apa aku curi barang dia? Yang ada orang lain yang curi barang kita.”“Aku juga nggak mungkin lakukan apa pun padanya. Dia pasti salah orang. Lagi pula, aku nggak kenal banyak gadis muda. Biasanya aku lebih sering hadapi ibu-ibu.”Para wanita karier yang cukup tangguh sampai memenuhi kualifikasi untuk berbisnis dengan Samuel umumnya sudah berusia di atas 40 tahun.“Jangan-jangan dia target yang Nenek tetapkan untuk kamu?” ujar Calvin.Samuel berkat
Samuel hanya bertemu dengan orang yang mengganggunya dalam mimpinya. Kemudian, dia melakukan sesuatu yang membuat orang itu marah. Faktanya, dia bahkan tidak tahu nama orang tersebut. Samuel sama sekali tidak menyangka orang itu tahu namanya, bahkan bisa sampai datang ke Kota Mambera untuk mencarinya. Terlebih lagi, orang itu sampai datang ke Adhitama Group.Hati nurani Samuel merasa bersalah. Meskipun dia sendiri merasa perbuatannya tidak termasuk buruk, tetap saja dia merasa sangat gelisah, takut ketahuan oleh kakaknya.***Stefan menemani Olivia pergi ke bagian rawat inap. Olivia membawa sebuket bunga, sedangkan Stefan membawa beberapa kantong di tangannya. Keduanya sangat merendah, tidak membawa tim pengawal mereka. Mereka bahkan sengaja memakai kacamata hitam dan masker agar tidak dikenali.Keduanya pergi ke bagian rawat inap Obstetri dan Ginekologi dengan menggunakan lift. Begitu keluar dari lift, Olivia mempercepat langkah kakinya.Stefan mengikutinya dan mengingatkannya dengan
“Kak Tiara hari ini sudah boleh keluar dari rumah sakit. Jadi aku kepikiran beli buket bunga untuk Kak Tiara.” Olivia melihat ke sekeliling ruangan, lalu tertawa pelan. “Aku nggak menyangka semua orang berpikiran sama seperti aku. Semua barang sudah dibereskan? Nggak ada yang bisa aku bantu. Kalau begitu aku bantu bawa bunga saja.”Usai berkata, Olivia tertawa lagi. Tiara keluar dari rumah sakit setelah melahirkan anak. Rombongannya begitu menarik perhatian.Olivia dan Stefan berada di tengah kerumunan, masing-masing memegang buket bunga. Keduanya berjalan berdampingan, sesekali mereka akan saling menatap dan memberikan senyuman kepada satu sama lain. Mereka terlihat begitu bahagia dan mesra.Setelah keluar dari bangsal rawat inap, semua orang berjalan menuju tempat parkir rumah sakit. Tempat parkir berada di depan pintu masuk poli rawat jalan. Jadi mereka mau tidak mau harus melewati pintu masuk poli rawat jalan. Siapa sangka, Stefan dan Olivia berpapasan dengan Giselle di pintu masu
Calvin tidak hanya membentak Giselle dengan keras dan mengusirnya keluar, Calvin juga mengambil semua barang yang bisa diraihnya dan melemparkannya ke arah Giselle.Sikap pria itu membuat Giselle begitu ketakutan hingga wajahnya menjadi pucat pasi. Secara naluriah, dia pun segera berdiri dan berlari untuk menyelamatkan nyawanya sendiri. Meskipun Giselle sudah berlari sangat cepat, punggungnya beberapa kali dihantam piring yang dilemparkan Calvin, membuat Giselle sakit setengah mati.Namun, Giselle hanya bisa terus berlari dengan cepat, tidak sempat menghiraukan rasa sakit di punggungnya lagi. Setelah berlari jauh dari rumah itu, dia baru berani berhenti. Dia menunggu selama beberapa saat, baru berani berbalik dan kembali untuk mengambil mobilnya. Kemudian, dia cepat-cepat kembali ke rumah kontrakannya yang sekarang. Awalnya Giselle ingin mengoles obat sendiri. Namun, punggungnya sangat sakit tak tertahankan sehingga mau tidak mau dia harus ke rumah sakit untuk diperiksa dokter dan dib
Bibi tukang bersih-bersih itu hanya melemparkan secarik kertas ke dalam mobil Giselle lalu pergi begitu saja. Awalnya dia ingin memberitahu Giselle kalau seseorang sedang menunggunya di toko roti dekat rumah sakit. Namun, Giselle langsung memarahinya, bahkan dengan kata-kata yang begitu kasar. Bibi itu berusaha keras baru berhasil menahan diri untuk langsung memukul Giselle, tapi jangan harap dia mau bicara dengan Giselle lagi.Giselle awalnya mengira bibi itu membuang sampah ke dalam mobilnya. Dia mengambil kertas itu dan hendak turun dari mobil. Tiba-tiba dia menyadari ada tulisan di kertas tersebut. Dia membuka kertas itu dan melihat satu kalimat tertulis di sana. Kita ketemu di toko roti, Nyonya Vikar. Giselle baru sadar, ternyata bibi itu mengetuk jendela mobilnya karena sedang membantu seseorang memberikan catatan itu padanya. Giselle pun segera keluar dari mobil dan mengejar bibi itu, tapi sayangnya bibi itu sudah pergi. Terlebih lagi, Giselle baru saja memarahinya dengan amat
“Nenek bilang begitu, lalu bagaimana dengan kami? Kalau Stefan dan yang lainnya hanya dianggap biasa saja, berarti kami ini benar-benar nggak ada apa-apanya.” Aksa tertawa sambil menggoda Nenek Sarah. Jonas juga mengangguk setuju. Nenek tertawa makin bahagia. Hal yang paling dia banggakan dalam hidupnya adalah kesembilan cucunya.Tatapan Setya kembali tertuju pada Russel. Bocah itu bersembunyi di pelukan bibinya, menatap semua orang dengan rasa ingin tahu. Dia hanya bisa mendengarkan para kakek berbicara, tetapi tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. "Mirip, benar-benar mirip," gumam Setya. "Dia sangat mirip dengan Bu Reni saat kecil. Kalau dia diikat dua kuncir dan mengenakan gaun, dia akan persis seperti Bu Reni." Setya menatap Russel seakan tenggelam dalam kenangan. Dulu, anak itu selalu bersuara manja ketika bertemu dengannya dan berkata, "Kakek Setya, gendong aku, aku mau digendong." Dia tidak pernah bisa menolak permintaan si gadis kecil. Setiap kali, dia pasti akan menga
Stefan hanya terdiam mendengar ucapan neneknya, sedangkan Olivia tersenyum tipis.Nana melirik Samuel sekilas ketika semua orang tidak memperhatikannya. Saat nenek datang, dia segera memberi tahu beberapa cucunya yang masih berada di Mambera untuk datang ke kediaman keluarga Sanjaya untuk bertemu dengan para tetua. Meskipun para tetua telah menerima undangan Nenek Sarah dan berjanji untuk berkunjung ke Vila Permai, Nenek Sarah tetap khawatir mereka akan mengingkari janji dan tiba-tiba pergi. Jika begitu, di mana dia bisa menemukan mereka nanti? Meskipun mereka berasal dari generasi yang sama, Nenek Sarah sebenarnya tidak terlalu akrab dengan mereka. Selama ini dia hanya mendengar namanya tanpa pernah benar-benar bertemu. Dia pun tidak bisa menjamin apakah mereka benar-benar akan memberinya muka dan datang ke Vila Permai. Rubah Perak menatap muridnya setelah mendengar ucapan Nenek Sarah dan bercanda,"Kamu nggak perlu keliling dunia lagi. Menurutmu, bagaimana dengan muridku? Nana su
Karena dia bahkan tidak mau mengatakan nama aslinya, Olivia dan yang lainnya pun tidak bertanya lebih jauh tentang asal-usulnya. Saat mendengar Yuna sesekali mengingatkan Setya agar turun tangga dengan hati-hati, semua orang yang sedang bercanda dan tertawa pun terdiam, lalu menoleh ke arah tangga. Beberapa generasi muda ingin membantu memapah Setya, tetapi dia tersenyum dan berkata, "Nggak perlu, saya belum sampai pada tahap harus dipapah saat berjalan." Anak-anak muda ini hampir semuanya adalah keturunan Reni. Di dalam hatinya, Setya merasa sangat bersyukur. Dulu, dia mengira keluarga Reni telah hancur lebur, tetapi untungnya, kedua putri Reni berhasil ditemukan dan mereka juga memiliki keturunan. Dengan demikian, garis keturunan kepala keluarga tidak benar-benar punah. Russel belum pernah bertemu dengan Setya sebelumnya. Saat melihatnya, dia langsung bersembunyi di pelukan bibinya. Olivia berkata dengan lembut, "Russel, ini adalah kakek buyut yang sering disebut oleh Tante." R
Setya merasa lega dan berkata, "Saya tahu, suami Olivia adalah pria yang baik. Dia menikah dengan keluarga Adhitama, jadi kita nggak perlu mengkhawatirkannya. Masa depannya pasti akan lebih baik. Nyonya Sarah juga wanita yang cerdas." "Hanya saja, saya dengar Odelina sudah cerai. Hak asuh anak jatuh padanya. Sebelum saya datang ke sini, saya juga menyelidiki mantan suaminya. Keluarga mantan suaminya benar-benar keluarga yang buruk dan nggak tahu malu.""Dia masih sangat muda, baru berusia awal 30-an. Kelak, dia tetap harus mencari pria yang bersedia tinggal di rumahnya. Para kepala keluarga Gatara selalu mencari suami yang mau masuk ke dalam keluarga, bukan menikah dan keluar dari keluarga." Karena Yuna telah mengatur agar Odelina pergi ke Cianter, Setya pun memahami bahwa Yuna tidak akan bersaing untuk menjadi kepala keluarga Gatara, tetapi dia ingin generasi berikutnya yang melakukannya. Olivia adalah menantu sulung keluarga Adhitama, sehingga dia tidak cocok menjadi kepala keluar
Karena dia melahirkan dua putra dan satu putri, akhirnya ibu mertuanya benar-benar menerimanya. Sejak saat itu, dia benar-benar merasa dalam dunia bisnis, semuanya lancar. Ibu mertuanya sangat menyayangi Amelia, karena kepribadian gadis itu cukup mirip dengan neneknya. "Bu Yuna terlalu rendah hati. Anda benar-benar mewarisi kemampuan Bu Reni. Di mana pun Anda berada, Anda pasti bisa bersinar," kata Setya dengan nada penuh kebanggaan. Itu adalah kebanggaan seorang yang menganggap "anaknya" sebagai yang terbaik. Yuna membantu Setya keluar dari kamar. Perempuan itu tersenyum dan berkata, "Saya tidak ada status sebagai penerus keluarga Gatara. Kalau saya nggak memulai bisnis sendiri, maka di mana pun saya bekerja, saya tetap membutuhkan seseorang yang bisa mengenali bakat saya. Seorang pekerja nggak bisa menentukan nasibnya sendiri." Selanjutnya, dia juga memiliki perusahaan sendiri. Setelah putranya mengambil alih bisnis keluarga, dia juga menyerahkan perusahaannya kepada putranya un
Setya berbicara tentang masa lalu Sarah, lalu melirik ke arah Rudy. "Om Setya, saya juga selalu mendengarkan istri saya," kata Rudy dengan segera, memahami makna dari tatapan Setya. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya juga adalah pria yang mencintai istrinya. Lelaki itu tersenyum puas dan menjawab, "Terlihat jelas bahwa kamu sangat memanjakan Bu Yuna." Di dalam hati Yuna terasa hangat. Setya seperti keluarga dari pihak ibunya. Jika kedua orang tuanya masih hidup, dengan status serta kasih sayang Setya terhadap dia dan adiknya, dia benar-benar bisa dianggap sebagai keluarga dari pihak ibunya. Baik ayah maupun ibunya selalu berkata bahwa Setya adalah orang yang paling setia, tidak perlu khawatir bahwa dia akan berkhianat. Setya sering membantu ibunya menyelesaikan berbagai urusan. Terkadang mereka berdiskusi berdua, dan ayahnya tidak pernah merasa cemburu atau khawatir. Dalam ingatan Yuna, ibunya memiliki kesehatan yang buruk dan sering beristirahat di tempat tidur. Ayahnya adalah o
Ingatan tentang Yuna yang dulu masih kecil, kini sudah menjadi seorang nenek. Sudah tua, semuanya sudah tua. Cucu-cucu dari Reni pun sudah menikah dan memiliki anak. Jika kepala keluarga masih hidup, pasti akan sangat bahagia melihat tiga cucu perempuannya yang luar biasa. Tidak perlu khawatir tentang penerus keluarga. Siapa pun dari cucu perempuan itu yang dipilih untuk memikul tanggung jawab, tidak akan ada yang perlu dikhawatirkan. Sayangnya, kepala keluarga tidak bisa melihat pencapaian keturunannya. Saat Setya terbangun dan menyadari bahwa ini bukan mimpi, bahwa semuanya nyata, bahwa dia benar-benar bertemu dengan Yuna, air matanya pun jatuh. Dia teringat pada kepala keluarga dan merasa tidak adil untuknya. Kakak perempuan Patricia membesarkannya dengan penuh kasih saying selayaknya seperti seorang ibu. Namun, pada akhirnya justru hancur di tangan Patricia. Reni menganggap Patricia sebagai adik, bahkan seperti putrinya sendiri, sangat mencintai dan sangat memercayainya. Satu-
Cakra menatap tajam putra sulungnya dan berkata, "Kalau kalian kasih tahu mamamu, lalu dia melarang kalian kasih uang saku ke aku, apakah kalian benar-benar nggak akan kasih lagi?" "Tentu saja nggak. Kami akan berusaha mendapatkan sejumlah uang saku untuk Papa, asalkan Papa bisa menjamin nggak akan..." Ivan tiba-tiba teringat bahwa ayahnya sudah tidak bisa lagi melakukan hal itu, jadi dia tidak melanjutkan kata-katanya. Wajah Cakra menjadi muram. Dia tahu bahwa putra sulungnya berkata yang sebenarnya. Setelah menghela napas, dia pun berkata, "Terserah kalian, kalau mau bilang, silakan. Aku ini papa kalian. Sekarang aku sudah tua dan nggak punya penghasilan, apa salahnya kalian kasih aku uang saku? Apakah Patricia masih berniat untuk melarangnya?" Karena kesal terhadap Patricia, Cakra kini langsung menyebut nama istrinya begitu saja tanpa embel-embel. "Papa, aku yakin Mama nggak akan melarangnya." "Papa, sudahlah, jangan membahas hal ini lagi. Ayo, kita makan. Malam ini, kita haru
Lelaki yang benar-benar dicintai oleh Patricia lebih tua darinya sekitar belasan hingga dua puluh tahun, dan dia adalah asisten dari kakak perempuannya. Namun, lelaki itu hanya setia kepada majikannya saja, sementara perasaan Patricia hanyalah cinta sepihak. Mungkin karena cinta yang bertepuk sebelah tangan itulah, Patricia akhirnya membunuh kakaknya karena rasa benci yang lahir dari cinta. Cakra memang tidak memiliki bukti bahwa Patricia membunuh kakaknya, tetapi sebagai suaminya selama puluhan tahun, dia sangat memahami sifat kejam perempuan itu. Ditambah lagi, dia pernah mendengar bisik-bisik orang-orang di dalam keluarga besar mereka. Seperti kata pepatah, tidak ada asap jika tidak ada api. Bisa jadi, Patricia memang naik ke posisi penguasa dengan cara membunuh kakaknya. Dengan karakter seperti itu, apalagi yang tidak bisa dia lakukan? Kalau pria yang benar-benar dicintai oleh Patricia masih hidup sampai sekarang, pasti dia sudah menemukannya. Namun, besar kemungkinan pria itu