Reiki tidak heran kalau Roni memang selingkuh.Dia berkata, “Kakak iparmu itu berubah banyak setelah menikah. Roni naik ke jabatan yang tinggi dan semua wanita yang ada di sekitarnya jauh lebih cantik dari iparmu. Lama kelamaan, dia pasti jadi nggak menyukai iparmu lagi.”Tatapan Stefan dingin. Suaranya juga dingin ketika berkata, “Mengapa perubahannya begitu besar? Karena dia mencintai pria itu, nggak takut badannya berubah dan melahirkan anak untuk pria itu. Setelah punya anak, dia menjaga anaknya sendiri dan mengurus rumah tangga supaya suaminya bisa bekerja dengan tenang. Dia mengorbankan masa mudanya dan kecantikannya.”Stefan juga menyakui bahwa kakak iparnya berubah terlalu banyak setelah menikah. Setidaknya, dia harus menurunkan berat badan.Namun, ini bukan alasan bagi Roni untuk selingkuh. Roni memang sudah dari sananya tidak berperasaan. Dulunya belum kelihatan, sekarang setelah menjabat posisi tinggi dan sukses dalam karirnya, dia jadi mulai tidak menyukai paras istrinya se
“Kak, apa ini?”Calvin sebenarnya sudah mencium bau seafood yang amis.“Seafood. Ada temanku yang membawanya setelah pulang dari liburan. Dia memberiku banyak sekali dan semuanya masih segar. Aku dan kakakmu nggak bisa makan sebanyak itu, jadi aku membagikannya untuk kalian bawa pulang.”Calvin melirik ke arah neneknya. Melihat neneknya tidak menolak, dia berkata, “Banyak sekali.”Keluarga mereka sama sekali tidak kekurangan seafood, tapi karena ini pemberian kakak iparnya, dia sebaiknya tetap membawanya pulang.“Nek, bagikan ini ke semua orang untuk dicicip.”Olivia menyiapkan satu porsi untuk masing-masing keluarga, mengemasnya secara terpisah dalam kantong. Sepulang ke rumah, Nenek Sarah tinggal mengambil satu porsi. Jumlahnya juga sama.“Oke, aku akan membaginya.”Nenek Sarah menunggu sampai Calvin memasukkan seafood itu ke dalam mobil. Dia bahkan tak lupa berkata pada Olivia, “Olivia, Nenek sudah mengirim pesan ke Stefan nanti, menyuruhnya untuk pulang dan menemanimu makan. Setela
Olivia pergi naik mobil.Stefan memperhatikannya pergi sebelum masuk ke toko. Dia kemudian melihat bahan-bahan makanan yang belum Olivia simpan, tapi dia tidak mengerti harus diapakan, jadi dia menyerah dan pergi ke dapur.Dia mencuci panci, memasukkan sedikit air ke dalamnya, lalu memasukkan sepiring lauk yang tidak habis dimakan tadi siang ke dalamnya. Kemudian, dia membuka kompor dan memanaskan sepiring lauk itu.Karena bosan, dia pun membuka dan melihat-lihat isi kulkas. Dia melihat kulkas itu penuh dengan seafood.Semuanya diberi oleh Amelia.Amelia cukup murah hati juga pada Olivia, sampai membawakan begitu banyak seafood ke sini.Ketika teringat bahwa Olivia lah yang mengajari Amelia bagaimana harus mendapatkan cintanya, karena itulah Amelia memberi begitu banyak seafood, dan dia sendiri bahkan juga makan cukup banyak siang tadi ....“Kak Olivia. Kak Olivia.” Terdengar teriakan Albert dari luar.Stefan segera mengecilkan api kompor, lalu cepat-cepat masuk kamar mandi dan menutup
Stefan keluar dari kamar mandi saat mendengar langkah kaki menjauh.Untungnya, Nenek menyuruhnya datang ke sini. Untungnya, dia tidak keras kepala dan memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh Nenek untuk memperbaiki hubungan ini. Kalau tidak, Albert jadi punya kesempatan untuk berduaan dengan Olivia.Olivia menjawab teleponnya dengan cepat, “Albert, ada apa?”“Kak Olivia, kamu nanti ada waktu kosong, nggak? Sekitar jam 7.30.”“Ada apa?” Olivia tidak menjawab dia ada waktu atau tidak, langsung menanyakan apa yang diinginkan pria itu.Albert ragu-ragu sejenak, kemudian berkata, “Aku mau menghadiri sebuah acara bisnis di Mambera Hotel nanti dan membutuhkan pendamping wanita. Kak, Kakak kan tahu sendiri, aku nggak punya pacar. Aku butuh bantuan Kakak untuk menemaniku pergi ke acara itu.”Olivia bahkan tidak memikirkannya lagi dan langsung menolak, “Kamu minta Junia saja yang temani. Aku nggak punya waktu. Suamiku masih menungguku di toko untuk makan bersama.”Olivia hanya menganggap Alb
Stefan bilang tidak perlu beli lauk lagi, tapi Olivia tetap membeli dua jenis lauk serta dua porsi nasi putih.Setelah membayar, dia menjinjing makanan yang dia beli keluar dari restoran cepat saji dan kembali ke mobil.“Kring, kring, kring.” Ponselnya berdering lagi.Kali ini, Stefan yang menelepon.Albert sempat datang ke toko, lalu pergi. Stefan tidak tenang, jadi menelepon Olivia.Sebelum Stefan mengatakan sesuatu, Olivia berkata, “Aku akan segera kembali.” Lalu, dia menutup teleponnya.Stefan terdiam lama sekali karena teleponnya ditutup dengan cepat oleh istrinya.Dia tahu, Olivia masih marah.Mereka berdua belum benar-benar berbaikan, tapi karena Nenek sudah ikut campur, mereka hanya menghormati Nenek.Olivia memang segera kembali ke toko.“Lauknya sudah dipanaskan? Sudah boleh makan,” tanya Olivia pada Stefan yang duduk di depan kasir sambil menjinjing makanan yang dia beli dan berjalan masuk ke toko.“Sudah.” Stefan langsung berdiri ketika melihat Olivia pulang, berjalan menge
“Kalau mau, kita juga bisa pergi ke pantai untuk liburan akhir pekan dan makan seafood yang segar.”Ini pertama kalinya Stefan menyarankan mereka pergi liburan akhir pekan.“Ini sudah bulan November.”“Asalkan matahari masih bersinar seperti biasa, bulan November di Mambera masih panas di siang hari. Cocok untuk liburan ke pantai. Nggak terlalu dingin dan nggak terlalu panas.”Olivia mengelus perutnya, “Kita bahas lagi saja nanti. Aku juga nggak bisa bilang iya sekarang, takutnya ada urusan lain di akhir pekan.”Stefan menggumam mengiyakan.Setelah membereskan meja, dia pergi ke dapur untuk mencuci piring. Dia mendengar istrinya mengingatkan, “Jangan pakai terlalu banyak sabun cuci piring. Nanti satu baskom busa semua.”Stefan mengerutkan kening dan tidak mengatakan apa-apa.Stefan mencuci piring selama sepuluh menit.Dia sempat membuka kulkas tadi, jadi tahu di dalam kulkas ada sedikit buah-buahan.Dia mencuci piring buah, lalu mengeluarkan beberapa buah dari kulkas, mencucinya dan me
Melihat mata Olivia tertuju pada ponselnya, Stefan rasanya memiliki dorongan untuk melangkah maju dan merebut ponsel itu.Untungnya, dia memiliki pengendalian diri yang kuat dan tidak benar-benar melakukan itu.Jangan sampai hubungan mereka memburuk lagi.Dia berjalan mendekat, berdiri di hadapan Olivia dan memanggil dengan suara pelan, “Istriku.”“Buk!”Olivia sangat terkejut dengan kata “Istriku” itu, sehingga dia menjatuhkan ponselnya ke lantai.Dia buru-buru membungkuk untuk mengangkat ponselnya itu, dan ketika dia melihat layarnya lecet, dia langsung berkata dengan sedih, “Case ponselku ini 200 ribu.”Stefan mengambil ponsel istrinya itu dan melihatnya. Retak dan jadi jelek. Mendengar istrinya menyayangkan case ponselnya, dia pun berkata, “Aku ganti sepuluh buah.”“Lebih banyak lagi, deh. Aku takutnya kalau sarafmu ada yang error dan kamu panggil aku ‘Istriku’ lagi, case ponselku ini masih harus dijatuhkan beberapa kali.”Sudut mulut Stefan berkedut. Dia memandang wanita itu dalam
Stefan berkata, “Kamu nggak melihat cinta di mataku? Albert melihatmu seperti aku melihatmu sekarang. Aku ini pria. Aku mengerti pria. Dia naksir kamu dan sudah naksir lama.”Hanya saja, wanita bodoh ini yang dengan bodohnya menganggap pria itu seperti adiknya.Albert tidak ingin menjadi adik Olivia. Pria itu ingin menjadi suaminya.Stefan tidak menghentikan Olivia yang sedang menggodanya.“Apa ada cinta di matamu? Aku hanya merasakan kedinginan.”Stefan jadi bingung. Aktingnya sia-sia.Olivia tersenyum malu, “Mungkin karena kamu mencontohkannya dengan nggak pas. Cinta di mata itu berasal dari hati. Kamu kan nggak mencintaiku, jadi tentu saja nggak ada cinta di matamu.”Stefan mengangkat tangannya.Akhirnya, dia menepuk kedua tangan Olivia yang meraba wajahnya dengan lancang.“Pak Stefan.”“Apa.”“Aku, um, kurasa, aku benar-benar ingin menciummu.”Stefan menatap Olivia dengan ekspresi masam.Olivia berkata dengan malu lagi, “Kamu terlihat sangat tampan.”Setelah ciuman itu, dia jadi se
“Aku dengar dari Daniel, mereka berencana daftar pernikahan mereka setelah Tahun Baru. Tunggu Odelina lebih senggang baru adakan resepsi. Aku dan papanya Daniel sudah siapkan mas kawin untuk Odelina, juga sedang pilih-pilih hari.”Mereka juga harus menunggu Odelina ada waktu senggang dan pulang ke Kota Mambera. Setelah itu, mereka baru memilih hari untuk mengantarkan mas kawin. Sekarang Odelina sangat sibuk, anaknya saja diurus Olivia. Sejak pergi ke Kota Cianter, Odelin belum kembali ke Kota Mambera. Biasanya Daniel yang bawa Russel ke sana. Tentu saja, mereka tidak akan melangsungkan resepsi pernikahan dalam waktu dekat.“Odelina nggak mau adakan resepsi. Dia bilang ini pernikahan keduanya. Buat resepsi atau nggak, nggak masalah baginya. Nggak bisa begitu. Kami nggak boleh begitu pada Odelina. Nggak hanya harus adakan resepsi, kami akan berikan resepsi pernikahan yang meriah untuk Odelina.”Yanti tidak hanya tidak ingin mengecewakan Odelina, dia juga tidak mau mengecewakan putranya.
Setengah jam kemudian, Yuna membawa Olivia ke tempat yang telah disepakati untuk bertemu Yanti. Yanti dan suaminya sudah datang. Mereka tiba lebih dulu. Setelah menunggu beberapa menit, Yuna dan Olivia tiba.“Bu Yuna.”Begitu melihat Yuna dan Olivia datang, Yanti langsung berdiri dan menyambut dengan wajah tersenyum.“Bu Yanti, maaf buat kalian menunggu.”Olivia menyapa Yanti dengan sebutan tante. Yanti tersenyum dan berkata, “Kami juga baru sampai. Baru saja duduk, belum juga minum, kalian sudah datang. Nggak lama, kok.”Yanti meraih tangan Olivia dan menanyakan keadaan Olivia. Dia melihat perut Olivia dan berkata, “Kalau pakai mantel, nggak kelihatan kalau kamu sedang hamil.”“Iya, nggak terlalu kelihatan.”Olivia mengelus perutnya sendiri. Kemudian, dia bergelayut di lengan Yuna dan berjalan ke arah Darius. Darius berdiri dan menyapa mereka sambil tersenyum ramah.Setelah semua orang duduk, Yanti memesan beberapa makanan dan minuman untuk semua orang. Kemudian, dia memuji Yuna karen
Amelia dan Jonas berpapasan dengan Olivia di luar. Keduanya menghentikan mobil dan saling menyapa. Jonas membiarkan Olivia lewat lebih dulu.Kemudian, Jonas mengemudikan mobil sambil bertanya, “Para tetua sudah pergi ke Vila Permai. Olivia pagi-pagi malah ke sini. Aku dengar Mama mau pergi bertemu Bu Yanti. Jadi sebentar lagi ada kabar baik dari Kak Odelina dan Pak Daniel?”“Bukan soal itu. Ada hubungannya dengan keluarga Gatara. Kakek Setya masih hidup. Dia dan yang lainnya adalah saksi terbaik yang bisa membuktikan kalau Patricia yang bunuh nenekku.”“Setelah tahu kebenarannya, keluarga Gatara pasti akan menentang Patricia jadi kepala keluar mereka lagi. Patricia sudah jadi kepala keluarga selama puluhan tahun. Dia nggak baik pada yang lain, terlalu mendominasi dan suka memaksakan kehendak. Banyak nggak dapat perlindungan darinya. Jadi banyak yang nggak suka dengannya.”“Kak Odelina pergi ke Kota Cianter. Sekarang sudah ada beberapa yang diam-diam berpihak padanya. Mereka diam-diam s
“Semoga anak-anak kita juga imut dan penurut seperti Audrey. Kita punya anak perempuan saja. Aku suka anak perempuan seperti Audrey.”Jangankan Amelia, semua orang yang pernah bertemu dan menjaga Audrey pasti akan suka dengan Audrey. Anak itu benar-benar semakin menggemaskan. Setiap kali bangun, dia akan main sendiri di kasur. Dia akan duduk di sana, atau melihat ke sana-sini.Bayi yang sudah berusia enam hampir tujuh bulan itu sangat pendiam, tidak berisik. Tidak seperti kakaknya, Archie. Begitu bangun, Archie akan menangis sampai semua orang yang ada di rumah tahu.Jonas menggenggam tangan Amelia dan tersenyum. “Keluarga kami kurang lebih seperti keluarga Adhitama. Kemungkinan punya anak perempuan sangat kecil. Kak Yose sudah punya anak perempuan. Kami-kami mungkin hanya akan punya anak laki-laki. Sepertinya setiap generasi hanya ada satu anak perempuan.”“Nggak ada pengecualian?” tanya Amelia.Jonas berpikir sejenak, lalu berkata, “Pokoknya selama beberapa generasi, sekalipun ada an
Orang-orang hanya tahu kalau murid mereka tersebar di mana-mana, bos besar di berbagai bidang dan sangat hebat. Hanya sedikit orang yang bisa bertemu para tetua itu. Mereka tiba-tiba datang ke Kota Mambera. Sarah saja jadi begitu bersemangat. Dia cepat-cepat datang ke rumah keluarga Sanjaya untuk mengundang mereka bertamu ke rumahnya. Apalagi keluarga Ardaba.“Benar juga. Tante siapkan bubur untuk kamu dulu. Nanti begitu sampai, kamu bisa langsung makan. Nggak terlalu panas,” kata Yuna.“Tante perhatian banget. Terima kasih, Tante.” Olivia mengucapkan terima kasih dengan sikap manis. Yang membuat Yuna spontan tersenyum lebar.Amelia menyenggol Jonas yang ada di sampingnya dan berbisik, “Sejak mamaku temukan keponakannya, senyum lembut dan cerahnya itu hanya milik keponakannya.”“Memangnya Mama nggak sayang kamu? Nggak punya hati nurani. Mama paling sayang sama kamu. Masih saja cemburu sama Oliv.”Selesai menelepon, Yuna mendengar perkataan Amelia. Dia memelototi putrinya sambil merasa
“Si tua bangka ini selalu saja seperti ini. Setiap kali aku omeli dia, dia langsung tutup telepon. Sudah tua, masih makan yang panggang dan minum minuman keras. Sudah bilang berkali-kali tetap saja nggak mau dengar,” omel Nana.Nana lupa kalau setiap kali dia dan kakak-kakak seperguruannya mengunjungi Rubah Perak, mereka pasti akan membawakan anggur dan makanan yang enak-enak. Orang yang sudah tua akan menjadi seperti anak kecil. Jadi suka makan dan minum. Namun, masih ada Kellin. Jadi mereka tidak perlu mengkhawatirkan kondisi kesehatan guru-guru mereka.Keesokan paginya, keluarga Adhitama mengatur beberapa mobil mewah untuk datang dan menjemput Dokter Panca dan yang lainnya. Hanya Setya yang kurang sehat tetap tinggal di rumah keluarga Sanjaya.Tadi malam Yuna menelepon Yanti, ibunya Daniel, dan membuat janji untuk bertemu hari ini. Setelah sarapan bersama Setya, Yuna menelepon Olivia. Yuna ingin bertemu Yanti karena ingin membicarakan Odelina dan Daniel. Meskipun Olivia adik Odelina
Setibanya tiba di Mambera Hotel, Samuel membawa Nana ke dalam dan membantunya menyelesaikan prosedur check in. Samuel juga membayar semua pengeluaran Nana di Mambera Hotel. Neneknya bilang, Nana adalah tamu keluarga mereka. Tentu saja, dia harus bermurah hati pada tamu.Setelah mendapatkan kartu kamar, Samuel menyerahkannya kepada Nana dan berkata, “Perlu aku temani ke atas?”Nana tersenyum, “Nggak perlu. Terima kasih sudah antar aku. Aku mau ke hotel tempat sebelumnya aku menginap, mau ambil barang-barangku.”“Mau ke sana sekarang juga? Perlu aku antar kamu ke sana?”“Nggak perlu juga. Terima kasih. Nanti kamu bilang saja ke nenekmu kalau kamu sudah antar aku ke hotel. Jadi dia nggak akan khawatir.”Karena Nana menolak terus, Samuel pun tidak memaksa. Dia berkata kepada Nana kalau dia masih ada urusan, lalu dia pun pergi. Nana menatap punggung Samuel yang menjauh, entah apa yang sedang dipikirkannya.Hingga sosok Samuel menghilang dari pandangannya, Nana baru melangkahkan kakinya kelu
Samuel menoleh dan melirik Nana sekilas, lalu lanjut mengemudikan mobilnya dengan fokus.“Dulu, Kakek Danu merampok orang kaya untuk diberikan kepada orang miskin. Tapi sekarang mencuri adalah tindakan yang melanggar hukum. Kalau tertangkap harus masuk penjara,” kata Samuel.“Dulu juga termasuk melanggar hukum. Cuma waktu itu semua masih kacau. Nggak ada yang bisa tangkap mereka.”“Sekarang di mana-mana ada kamera CCTV. Kalau polisi mau tangkap kamu, mereka bisa tangkap kamu dengan segala cara. Kamu masih muda, cantik lagi. Lebih baik nggak usah lanjutkan pekerjaan Kakek Danu.”Nana tertawa pelan. “Aku hanya asal ngomong. Aku nggak akan lakukan perbuatan ilegal. Guru-guruku bilang sekarang sudah beda dengan dulu. Mereka ajari kami harus patuhi hukum. Nggak boleh bunuh orang atau kejahatan lainnya.”“Guru-gurumu memang layak untuk dihormati,” kata Samuel.“Kalau mereka sudah berkumpul, nggak akan ada hal baik. Mereka hanya akan terus desak kami untuk menikah. Padahal mereka sendiri ngga
Namun, Samuel tidak bicara. Dia hanya menggerutu dalam hati kalau Nana tertawa seperti orang bodoh. Entah mengapa Rubah Perak mau terima murid seperti Nana. Karena menurut Samuel, Nana terlihat biasa-biasa saja, tidak ada yang menonjol kecuali wajahnya yang cantik.Samuel tidak pernah menyaksikan kehebatan Dokter Panca dan yang lainnya. Dia hanya pernah mendengar legenda mereka. Neneknya juga bilang kalau mereka sangat hebat. Murid mereka juga sangat hebat.Samuel pernah bertemu Kellin. Kellin sangat hebat. Samuel akui kalau Kellin yang menyembuhkan mata Rosalina. Lantas, apa keunggulan Nana?“Pak Samuel, antar aku sampai di luar saja sudah cukup. Aku bisa naik taksi sendiri. Aku juga nggak akan menginap di Mambera Hotel. Hotel kalian terlalu mahal. Jutaan per malam. Akhir-akhir ini aku nggak ada pekerjaan, nggak ada uang. Nggak sanggup tinggal di hotel semahal itu.”Nana bicara dengan Samuel sambil menonton video di ponselnya. Samuel tentu saja sangat senang. Namun, dia harus melakuka